".. aku, kakakku, dan adik-adikku selalu menghabiskan waktu bersama dengan ayah dan ibu kami jikala ada waktu luang. Ini cerita keluargaku, terima kasih telah mendengarkan."
Degupan keras jantungnya bisa Ia dengar dengan kedua telinganya. Dari semenjak Kim Haneul membacakan ceritanya didepan kelas, Jeon Hana tak bisa berhenti gusar.
Setelah Haneul sudah jelas namanya yang akan dipanggil. Walaupun Ia sudah mempersiapkan essaynya dengan sangat baik, itu tak membuat dirinya gugup. Berbeda dengan kembarannya Jeon Yuno yang walaupun tidak begitu sosial tapi memiliki kemampuan public-speaking yang bagus, Hana yang kelihatannya sangat easygoing ternyata tidak begitu berani dalam melakukan pembicaraan di depan umum.
"Tenang saja.. mama bersama denganku kan, pasti?" Menarik nafasnya dalam-dalam, Hana menepuk kedua pipinya pelan dan menganggukkan kepalanya mantap.
"Jeon Hana, giliranmu."
Hana maju kedepan kelasnya setelah membereskan seluruh kertas berisi tulisan tangan karyanya. Melirik sedikit kearah kembarannya yang menatapnya sambil mengangguk kecil. Sekali lagi Hana berkata dalam hati bahwa Ia bisa melakukan ini.
Sesampainya didepan kelas Ia menghadapkan diri kedepan temannya lalu mengulas senyum kecil sebelum mulai membacakan tugas rumahnya.
—
"Namaku Jeon Hana. Aku lahir di Seoul tanggal 4 Oktober tahun 2033. Keluarga kecilku terdiri dari 4 orang termasuk aku.
Papaku, Jeon Jungkook, adalah seorang pekerja sosial. Mungkin beberapa dari kalian mengenalnya— Jeon Jungkook yang anggota band bernama BTS. Tahun ini umurnya sudah lebih dari setengah abad dan beliau selalu bekerja keras demi aku dan kakakku, mengasihi kami, dan mendidik kami untuk dapat tumbuh menjadi orang yang baik.
Orang bilang, papa adalah cinta pertama anak perempuannya. Itu benar sekali, kupikir.
Aku sangat mencintai papaku. Dibalik tampannya beliau (Aku tidak akan menyangkal sedikitpun kalau ada yang mengatakan bahwa papaku bisa dikategorikan sebagai manusia berparas indah), sosoknya yang selalu dapat mengontrol emosinya dengan baik menjadikanku mengaguminya lebih dan lebih lagi.
Papa, kalau papa mendengar ini, terima kasih karena sudah membesarkan kami hingga seperti sekarang ini. Aku mencintaimu.
Lalu ada kakakku yang, meskipun menyebalkan, dia adalah satu lagi sosok lelaki yang aku kagumi. Ia adalah Jeon Yuno.
Mungkin karena Ia lahir beberapa menit lebih dulu dariku, atau untuk alasan yang aku tak tahu, tapi Ia memiliki kepribadian yang berbanding terbalik denganku. Kalian semua yang mengenal kami berdua pasti tahu akan hal itu.
Meskipun kadang mulutnya luar biasa pedas, aku tetap menyayanginya, because he is my older brother.
Terakhir.. mamaku.
Namanya Jeon(Choi) Yuna. Papa selalu menceritakan tentang mama padaku dan kakakku ketika kami masih kecil. Mengatakan kalau mama adalah orang yang seperti apa, seberapa besar mama menanti kelahiran kami, dan sebahagia apa mama ketika diberitahu kalau kami terlahir kembar.
Papa punya banyak sekali foto mama didalam album-album foto keluarga kami. Itu kenapa aku bisa tahu kalau mamaku berparas indah —tak kalah indahnya dari papa.
Tumbuh bersama ayah dan kakakku membuatku sering berpikir.. bagaimana ya rasanya jika mama masih hidup hingga saat ini?
Mungkin kak Yuno akan lebih dekat dengan mama sedang aku jadi daddy's girl— atau bahkan kebalikannya. Akan sangat menyenangkan kalau semua itu bisa jadi kenyataan, huh?
Kita akan piknik bersama, berjalan-jalan, berbelanja, bersenang-senang layaknya keluarga yang utuh pada umumnya.
Bukan. Aku bukan mengeluh. Bagaimana aku bisa mengeluh saat aku tahu kalau mama saat ini sedang dikelilingi malaikat-malaikat di surga sana? Mama pasti bahagia disana. Aku yakin. Tolong katakan padaku kalau ada malaikat yang membully mama. Aku akan mengatakan pada tuhan untuk menghukum malaikat itu di dalam doaku.
Mama Yuna yang sedang menikmati tidur panjangnya, halo. Aku Jeon Hana, anakmu. Sebelum aku berusia 6 tahun aku selalu bertanya-tanya, kenapa aku tidak punya mama sementara teman-temanku punya? Tapi surat itu kami temukan. Surat yang terselip didalam album terakhir yang menyimpan fotomu.
Papa membacakan surat itu untuk kami. Dan meskipun kami tidak mengerti beberapa bagian, tapi kami tahu dari surat itu bahwa mama mencintai kami, tentu saja aku sangat bersyukur akan hal itu.
Mama.. percaya tidak jika kukatakan bahwa aku bersusah payah mengedit fotomu untuk dijadikan satu dengan fotoku, papa dan kak Yuno dalam satu frame? Padahal kita tak pernah bertemu, tapi yang aku rasakan ini bahkan lebih daripada rasa sukaku pada papa. Sebesar itu aku mencintaimu, mama.
Aku dan Kak Yuno tumbuh dan berkembang dengan baik sama seperti yang mama harapkan di surat terakhir mama untukku, Kak Yuno, dan papa. Kami makan dan tidur dengan teratur, memiliki banyak teman, tidak banyak bertengkar, dan kami juga puas bermain! Oh, dan sebelum aku lupa memberitahumu, kami lahir sebagai Yuno-Hana. Bukannya Yuno-Jiho atau Hana-Naho (telat sekali mengatakan ini di belakang, ya?) Papa tak pernah lupa untuk menyiapkan makanan untuk kami. Karena papa tidak ingin kami lupa makan, papa jadi yang selalu memasakkan kami sesuatu dan tidak menyuruh bibi yang datang untuk membantu membereskan rumah kami.
Tak perlu mama katakan pun, aku tahu kalau mama mencintai aku, Kak Yuno, dan papa lebih dari apapun. Jadi mama tak perlu khawatir, okay?
Ini surat pertamaku untukmu, kuharap kau melihatku membacakan ini dari atas sana, ma. Jangan lupa terus jaga aku dan Kak Yuno agar bisa terus hidup bahagia hingga kami tua nanti, ya ma?
Salam sayang dari putri tercantikmu,
전 하나.
Itu adalah keluarga Jeon yang sangat sangat amat kusayangi melebihi apapun yang ada di dunia ini.
Berkat mereka aku ada disini saat ini, tumbuh dan berkembang menjadi Jeon Hana yang kalian kenal, Jeon Hana yang berkarakter seperti sekarang ini.
Kalau ada yang bertanya padaku, apakah aku bahagia saat ini?
Aku akan menjawab dengan pasti,
Tentu saja! Siapa yang tidak bahagia kalau kau memiliki orang-orang yang menyayangimu, dan kamu sayangi di sekitarmu? Mamaku bahkan terus memperhatikanku dari sisi tuhan.. bukankah itu hal yang keren?!"
—
Selesai Ia membacakan karyanya kelas mendadak hening sejenak, sebelum tepukan tangan datang dari tiap penghuni kelas.
"Bagus sekali, Hana-ya!"
"Itu keren!"
Kelopak mata berkedip dua kali, bingung dengan situasinya saat ini.
Oh, well.. sudahlah. Bergegas Ia ke tempat duduknya setelah mengumpulkan essay di tangannya.
Kalau kau melihat lebih dekat lagi, kau akan menemukan telinga Hana yang memerah malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Letter for You (Yukook)
Storie breviSebuah surat dari Jungkook kepada Yuna yang dirindukannya.