Pagi ini, Kenzie memutuskan tetap pergi ke sekolah. Ia tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihannya. Ia ingin bangkit, tetap bersemangat menjalani hidupnya walaupun sudah sangat kacau.
"Zee, lo yakin ikut upacara?" Lara bertanya dengan nada khawatir. Terra dan Keana mengangguk setuju.
Mereka sedang berjalan ke arah lapangan upacara sekarang. Sejak di kelas mereka sudah menyuruh Kenzie untuk tidak ikut upacara, tapi Kenzie tetap bersikeras ikut.
"Mending lo dikelas aja atau istirahat di UKS, muka lo pucat banget," usul Mita.
Wajah Kenzie memang pucat, mungkin karena ia tidak makan sejak kemarin. Walaupun tadi ia ingin sarapan, tapi setelah turun tangga ia membatalkannya setelah mengingat kejadian yang membuatnya tidak selera makan. Kenzie memang ingin bangkit, namun bukan berarti ia tidak butuh waktu untuk siap akan segala yang akan terjadi setelah ini. Ia harus mempersiapkan diri untuk hal yang lebih buruk lagi. Walaupun ia tidak menginginkan itu terjadi. Tapi, bagaimanapun ia tidak bisa menolaknya.
Kenzie hanya menggelengkan kepala pelan dan mengatakan kepada teman-temannya bahwa ia baik-baik saja. Mereka pun tidak bisa memaksa Kenzie lagi. Yang bisa mereka lakukan sekarang adalah mengawasi Kenzie saat upacara berlangsung agar bisa langsung bertindak jika terjadi sesuatu pada Kenzie.
Selama upacara berlangsung Kenzie baik-baik saja, walaupun ia sedikit pusing karena cahaya matahari yang perlahan mulai terasa panas dan menyilaukan pandangannya. Kenzie tetap bertahan sampai upacara selesai.
Namun, ketika barisan dibubarkan ia kehilangan teman-temannya karena banyak murid yang berbondong-bondong ingin pergi dari lapangan itu. Beberapa orang tak sengaja menabrak Kenzie yang membuat ia kehilangan keseimbangan.
Brukk
"Akhh...."
Kenzie jatuh tersungkur. Ia tidak mampu untuk bangkit, lapangan sudah sangat sepi Kenzie tidak tahu akan meminta tolong kepada siapa. Kenzie merutuk diri sendiri karena tidak mendengarkan teman-temannya tadi agar tidak ikut upacara. Kepalanya pusing, apalagi posisinya sedang menghadap ke arah matahari terbit, ia hanya dapat menundukkan kepala agar bisa menghindari cahaya silau itu.
Tak jauh dari posisi Kenzie sekarang. Seorang cowok tengah melihat kiri kanan mencari seseorang. Namun tatapannya berhenti pada gadis yang sedang terduduk disisi lapangan. Cowok itu memang tidak melihat wajah Kenzie karena Kenzie dalam posisi menunduk. Cowok itu merasa tidak asing saat melihat postur tubuh Kenzie. Ia memutuskan untuk menghampiri gadis itu.
"Lo butuh bantuan?" Cowok itu kemudian berjongkok di depan Kenzie.
Kenzie langsung mendongak mendengar suara cowok itu yang familiar telinganya akhir-akhir ini. Ia terkejut melihat Vino berada didepannya, begitu juga Vino yang tak kalah terkejut melihat kondisi Kenzie sekarang.
"Lo ngapain duduk disini? Tuh muka kenapa pucat banget?"
Kenzie menghela napas, "siapa juga yang mau duduk disini kak Vino. Bantuin Zee berdiri kek," jawabnya kesal seraya mengulurkan tangannya supaya dibantu Vino berdiri.
Vino mengabaikan tangan Kenzie. Ia malah bergerak mendekati Kenzie.
"Eh, ini mau ngapain?" Kenzie melotot, wajah Vino hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Kenzie gugup bukan main.
"Gue cuma mau gendong lo. Lutut lo lecet gitu mana bisa jalan. Ke UKS dulu obatin luka lo," kata Vino dengan raut datar, walaupun sebenarnya ia ingin mencubit pipi Kenzie, gemas dengan tingkah polos adik kelasnya itu. Kemudian Vino menggendong Kenzie ala bridal style.
"Lho, kok bisa lecet ya?" Gumam Kenzie polos, namun masih bisa terdengar oleh Vino karena jarak mereka begitu dekat sekarang.
Vino geleng-geleng kepala, "lo kan, habis jatuh Zee!" Batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zee
Teen FictionWhen I Don't Know Why You Came. Ditinggal oleh orang-orang yang disayanginya berkali-kali, tetap tidak membuatnya terbiasa dengan kata sendiri. Sepi semakin menyelimuti dirinya. Sekuat tenaga ia berdiri tegak hanya karena harapan yang selalu ada dal...