Chapter 2

94 35 13
                                    

"Bell, kakak mau tanya deh sama kamu."

Seketika Bella menoleh ke arah Kelvin dan mendapati Kelvin sedang memandang ke arahnya ke tatapan serius. Tiba-tiba pikiran-pikiran negatif mulai muncul di kepalanya karena perubahan raut wajah Kelvin secara tiba-tiba.

"E... eh mau tanya apa Kak?" gugup Bella.

Setelah melihat kegugupan Bella, Kelvin mengubah rautnya seketika dan tertawa puas. Bella memandang Kelvin dengan wajar datarnya tanpa ikut tertawa.

"Hahaha, muka kamu kalo lagi tegang lucu banget asli," ujarnya sembari tertawa.

Bella yang masih kesal karena dirinya digoda dengan Kelvin hanya memandang Kelvin masih dengan tatapan datarnya. Setelah cukup lama Kelvin tertawa tanpa diikuti Bella kemudian ia memberhentikan tawanya dan melanjutkan pertanyaannya.

"Sebenernya cuma mau tanya, kok kayanya suka jatuh tanpa alesan gitu sih?" goda Kelvin lagi.

"Ihhh, ku kira apaan," gerutu Bella, "namanya uda takdir ya gimana mau dilawan, kak."

Melihat respon Bella, Kelvin kembali dibuat gemas oleh Bella dan sesaat setelah itu Kelvin mencubit kedua pipi Bella dengan gemasnya.

"Ihhh, sakit Kakk!!" seru gue.

"Haha, maaf deh maaf. Abisnya muka kamu ngegemesin banget," balas Kelvin lagi.

Setelah itu Bella mengerucutkan bibirnya sembari menutup kedua pipi dengan tangannya. Ia juga merasakan pipinya sedikit perih karena cubitan dari Kelvin. Tak lama setelah itu Bella berpamitan dengan Kelvin.

"Kak, aku pulang dulu ya?" pamit Bella setelah beberes dengan barangnya.

Mendengar ucapan Bella, Kelvin mengambil ponselnya untuk melihat jam sekarang. Mengapa Kelvin bisa membawa ponsel, ya karena pada saat ekskul memang diperbolehkan membawa ponsel.

"Mau kakak anter?"

"Haduhh, ngga usah kak ngrepotin. Aku kan juga bawa motor," jelas Bella.

"Tapi kondisi kaki kamu kaya gitu, yakin mau pulang sendiri?"

"Ihh, serius kak. Gampang kok kak, motor aku kan matic, hehe," cengir Bella.

"Yaudah kalo kamu maunya gitu, hati-hati," balasnya lembut.

"Bye, kak."

"Bye."

Setelah itu Bella mulai meninggalkan Kelvin sendirian di lapangan. Memang biasanya Kelvin sering pulang terlambat karena ia harus memastikan seluruh listrik di lapangan sudah mati dan mengunci pintu penghubung sekolah dengan lapangan basket. Hal itu karena Pak Adi selaku guru olahraga memberikan tanggung jawab penuh pada Kelvin untuk mengecek lapangan setelah latihan berakhir.

Tak butuh waktu lama untuk Bella sampai di rumahnya karena memang jarak rumah dan sekolahnya terbilang cukup dekat, sehingga hanya butuh beberapa menit untuk sampai. Setibanya di rumah, Bella melihat bahwa mamanya sudah pulang. Ia tahu karena mobil mamanya sudah terparkir rapi di garasi. Setelahnya, Bella mulai memasuki rumah dengan mengendap-endap supaya tidak ketahuan oleh Vita kalau dirinya baru saja jatuh dan ada luka memar dilututnya. Namun, kesialan kembali berpihak padanya. Tepat saat ia akan menutup pintu, Vita telah berdiri di depannya. Tak lama setelah itu, Vita melihat kaki putrinya yang memar membuatnya kemudian berteriak kesal.

"BELLAAAAA!!! YAAMPUN, MAMA HARUS BILANG BERAPA KALI SIH!!??" teriak Vita.

Dengan cepat-cepat Bella menutup pintu rumahnya karena tidak ingin suara Vita mengganggu ketenangan tetangganya karena bisa dibilang hari sudah cukup gelap.

Dengan senyum canggung kemudian Bella menjawab, "sorry dong ma, ini terakhir kalinya."

"Terakhir-terakhir terus dari kemaren, kalo besok jatuh lagi gimana?"

"Ya nanti aku bilang terakhir kalinya lagi," ujar Bella sembari menggoda Vita.

"Hish, kamu tu ya! Kalo di bilangin ngebantah terus!" kesal Vita.

"Namanya takdir mau jatuh ya jatuh lah ma, lagian uda resiko Bella juga," jawab Bella.

"Kalo misal pas ngga kebeneran kena luka dalem gimana? Emang kalo dari luar keliatannya cuma memar sama agak bengkak, tapi kan ngga tau di dalemnya gimana."

"Ihh, ma. Jangan gitu napa? Malah nakut-nakutin anaknya," oceh Bella pada Vita.

"Engga nakut-nakutin, tapi kamu harus tau juga resiko jeleknya. Terus itu dikasih saleb apa?"

Setelah itu Bella melirik ke arah lututnya dan tanpa ia sadari bibirnya tersenyum tanpa sebab. Vita yang melihat anaknya tersenyum tanpa sebab hanya bergidik ngeri, pasalnya Bella baru pulang setelah jam magrib. Tiba-tiba Bella merasakan sesuatu menyentuh dahinya.

"Ngga panas juga sih," ujar Vita.

"Ihh, emang aku gila ma?" gerutu Bella.

"Haha, lagian mama ngeri aja. Kamu juga baru pulang rumah sesudah jam 6, takut aja ketempelan."

"Au ah gelap, mau ke kamar dulu ma, beberes. Gut bai!"

"Yaudah sana. Jangan tidur dulu, nanti papa pulang awal."

"Hmm."

Bella memutuskan untuk menaiki tangga menuju kamarnya. Sesampainya di kamar ia langsung duduk di tepi kasur tanpa mengganti bajunya terlebih dulu.

"Kak, sebenernya lo suka gue ngga si?"

Bella terdiam cukup lama setelah mengucapkan hal itu. Tak lama setelah itu tiba-tiba terdengar suara ketukan keras yang membuyarkan lamunan sesaatnya itu.

"TOKK!! TOKK!! TOKK!!"

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

*TO BE CONTINUE*

PS : Jangan lupa vote, comment, and share. Btw, buat kalian yang ngga mau ketinggalan chapter baru boleh banget nambahin ke library juga. Thankyou, xoxo!

Sweetest ExpectationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang