"Asshole! Kita jadi kan ke tempat perempuan-perempuan itu?"
"Jadilah, uang kemarin masih ada kan?"
"Santai, kemarin aku ngerampok 8-12" Taeyong menunjukkan uang uang yang ada didalam tas hitamnya. Ia mengenakan kaos yang sudah agak robek dan dilapisi lagi dengan jaket hitam kulit yang ia rampas dari pria tua di gang terpencil. Jaket itu sudah seperti barang yang harus ada ditubuhnya agar kejahatan yang ia lakukan berhasil.
"Ayo kita berangkat sekarang, aku haus tangan lembut para jalang itu menyentuh tubuhku, wah aku tidak sabar!" Taeyong keluar kegirangan dari rumah kecilnya bersama Doyoung teman seperampokannya.
Rumah itu diberikan orangtuanya setelah ia berumur 18 tahun. Tidak lama, kedua orangtuanya meninggalkan ia untuk urusan pekerjaan. Ia tinggal sendirian, orangtua nya hanya mengirimkan berupa materi tanpa pulang dan menjenguknya. Ia menyesali kehidupannya dan mencoba mencari kebahagiaan melalu hal yang negatif. Seperti minum minuman keras, mengkonsumsi narkoba, dan merampok. Doyoung adalah teman berandalnya yang sekarang tinggal bersama sama dengan dia dan melakukan kejahatan dengan dia.
"Aduh, yang ini mahal banget, kurangin dikit lah!"
"Nggak bisa dong mas, ini best quality, agak miring ya cari aja yang bawahnya ini"
"Ini ini, saya mau yang ini"
Taeyong masih memilih 'objeknya' sedangkan Doyoung sudah menemukan yang pas dan ia segera pergi untuk menikmati malam itu. Doyoung menepuk pundak Taeyong dan diantarkan untuk menuju ke ruangan yang akan digunakan.
"nah, mas yang ini mau yang mana?"
"saya nggak tau mbak, bingung"
"mas, saya kasih deh harga miring buat yang diatas ini, gimana mau nggak?"
"wah, jangan lah, kasian"
"udah tenang aja mas, spesial buat mas"
Wanita itu pergi kebelakang dan kembali membawa seorang wanita cantik, berumur sekitar 24 tahun, mengenakan pakaian putih tipis tanpa lengan sehingga bra biru tua yang dibaliknya terlihat jelas. Batang rokok yang ditangannya ia letakkan di asbak dan menjulurkan tangannya ke Taeyong.
"Yuk, main"
Taeyong melamun sampai tangan wanita itu menggandeng dan mengajak Taeyong menghilang di kegelapan Lorong. Taeyong masih tidak percaya, wajah wanita itu tidak terlihat 'liar' dibanding wanita yang dipilih Doyoung tadi.
"Mungkin kamu better kalo dilepas bajunya, aku mau lihat, kalau malu, bilang ya"
"enggak kok" Taeyong segera melepas atasannya dan memulai foreplay-nya. Taeyong bukanlah orang yang berbakat dalam hal ini, di umurnya yang ke 25, ia hanya memiliki pengalaman berhubungan sex 2 kali, itupun ia sering melupakan foreplay yang seharusnya ada. Tetapi entah kenapa, malam itu ia melakukannya dengan sangat baik dan bahkan wanita itu meminta Taeyong untuk sering sering kembali.
"boleh aku minta nomormu? Kamu bisa panggil aku, dan mungkin aku yang akan bayar kamu"
"boleh aku tulis aja di handphone mu?"
Wanita itu memberikan handphone nya. "Lee Taeyong"
"Save me as Jihyun or anything you like"
"Okay, I think I'll go, thank you for the night!"
"call me, Taeyong"
Taeyong pergi keluar setelah meletakkan tarifnya di coffee table. Ia segera merokok ganja dan menunggu Doyoung menyelesaikan sesinya.
"that girl hot dude, you should try next time" Doyoung keluar dengan wajah yang terlihat lelah dan basah oleh keringat. Olahraga malam mereka terasa worth. Taeyong tertawa dan enggan membicarakan partnernya tadi.
"how about you? Seru nggak?" Doyoung melontarkan pertanyaannya penasaran.
"seru kok, mine is cute, kinda like her"
"dude, kita harus balik kesini lagi" ucap Doyoung sambil mengikuti Taeyong menuju mustang 1965 hitamnya. Taeyong mengangguk setuju.
----------
*phone call vibrating*
Taeyong berhenti menghisap kokainnya dan mengambil ponselnya. Panggilan itu berasal dari Jihyun.
"hey, can we meet?" Jihyun membuka pembicaraan.
"Okay, see you at 1975 diner, 9"
"no no no, your place please?"
"duh, gimana ya, sebetulnya aku tinggal sama temenku, dan mungkin kamu bakal nggak nyaman"
"not a big deal"
Taeyong menyetujui hal itu. Dengan segera ia mengirim lokasinya ke Jihyun. Setelah sekitar sepuluh menit, seseorang mengetuk pintu rumah. Taeyong membukakan pintu, tetapi bukan Jihyun yang datang, tetapi tiga orang polisi.
"apakah benar ini kediaman Lee Taeyong?"
"Iya, saya Lee Taeyong"
Taeyong terlihat agak ketakutan karena kejahatan yang sudah ia lakukan. Bukan satu atau dua, melainkan berkali-kali. Polisi itu duduk di sofa coklat dan dari balik dapur Doyoung terkejut melihat tiga polisi datang, Doyoung takut jika polisi itu akan menangkap mereka. Jadi ia 'menculik' Taeyong sebentar. Dan bercakap-cakap dengan berbisik.
"dude what the fuck?!"
"calm down, they came not to arrest us, just chill"
"terus mereka mau apa?"
"I don't know man, just calm the fuck down"
Taeyong kembali ke ruang tamu meninggalkan Doyoung. Polisi itu segera menginformasikan mengenai pembunuhan. Polisi itu juga menunjukkan footage yang diduga pembunuh sedang berjalan kearah kedai burger. Sekitar empat orang pemuda dan terlihat mencurigakan. Taeyong dimintai keterangan karena satu jam sebelum pembunuhan itu, Taeyong tertangkap sedang berjalan ke dalam diner bersama Doyoung.
"apakah ini anda?"
"iya, itu saya"
"kira kira berapa lama anda berada disini?"
"saya keluar saat empat orang itu masuk ke dalam kedai"
"apakah anda mengenali mereka?"
"enggak pak, we really don't give a shit about them"
"ya at least sekarang anda harus peduli untuk membantu kami"
"itu eksplanasi saya, apa anda bisa keluar? Saya akan kedatangan tamu"
Jihyun sedang menguping dari balik pintu saat melihat mobil polisi berhenti didepan rumah Taeyong. Polisi segera keluar dan memperingatkan Taeyong jika ia melihat empat pemuda itu, segera informasikan ke polisi. Jihyun sudah menunggu di samping pintu rumah dan segera masuk setelah polisi benar benar pergi. Taeyong mempersilahkan Jihyun masuk dan menyiapkan cola untuk Jihyun. Di dapur, Doyoung menanyakan perihal keterangan Taeyong tadi.
"siapa yang di footage tadi?"
"fuck, it was Jeno and his friends, Jaemin, Renjun, and Haechan"
"shit! we fucked up"
🏍🏍🏍🏍🏍🏍🏍🏍🏍🏍
Segini dulu yak!
Vote and comment, dear.
YOU ARE READING
Wet, Wild and Weed - Lee Taeyong
Fanfiction[🔞] "They may hate us together, but they can't stop us, Taeyong" "It's not living if it's not with you, always and forever" [bahasa]