Baiklah, Aku memaafkan-Mu.

3 0 0
                                    

Suara burung berkicau, mentari menyonsong menyapaku dengan lembut.  Aku mulai beranjak pergi dari rumah untuk menunaikan tugasku sebagai mahasiswa dan mulai melangkah pergi untuk mengejar cita-cita. Namun, hari itu hatiku begitu perih mengingat sebuah kenangan pahit bulan lalu yang sampai saat ini masih terngiang didalam kalbu-ku.

September..

Aku berusaha bangkit untuk tak mengenang yang terjadi di bulan agustus, karena bagiku lukanya makin parah ketika aku mengingatnya. Aku menyakiti diriku sendiri dengan selalu memikirkannya. Baiklah, inilah september yang penuh suka. Aku mulai berdamai dengan keadaan sekarang yang makin hari makin membuatku tenang. Hari-hariku di isi dengan berbagai kegiatan positif, menyelesaikan tugas akhirku sebagai mahasiswa, berkumpul dengan teman-teman sebaya untuk berdiskusi menyelesaikan permasalahan yang ada di organisasi dan masih banyak lagi. Bulan Oktober, November pun telah menyapa hariku rasanya telah berubah dan aku benar-benar tidak pernah membayangkan orang di bulan agustus itu. Sebut saja dia bayang sinar jingga yang membuatku resah.

November..

Entah perkara apa, dia kembali lagi bagai jingga yang menyesakkan. Sungguh aku tak sanggup menolaknya jika dia benar ingin kembali. Karena tidak ku pungkiri perkara hatiku, maka aku masih mengingkannya tapi ini adalah kesempatan kedua kali untuk memaafkan dengan sangat dipaksakan. Bergulir sudah masa dimana aku kembali dengannya. Saat itu, aku sedang mengurus tugas akhir untuk tahap 1/3 dari kesekian banyak bimbingan dosen-ku itu baru aku orang pertama yang berhasil membuat beliau percaya bahwa aku bisa.

Desember..

Bulan Kelahiranku, suka-ku, duka-ku, dan kamu.  Rasanya berat sekali menceritakan ulang kisah ini namun tidak bisa ku pungkiri bahwa untuk merasa lega dengan apa yang telah terjadi ialah menceritakannya lewat sebuah tulisan yang semakin hari semakin menjadi debar yang tak terhingga. Ah, sudahlah pikirku saat itu. Karena pada akhirnya aku atau dia akan berakhir dengan sendirinya. Rabu, 11 Desember.. Rasanya kita telah saling sapa bahkan bercerita banyak tentang sebuah kepribadian masing-masing. Entah itu sebuah pengakraban untuk membuatku lengah untuk membuat ku semakin menjadi suka kepada mu atau entah apalah itu, aku juga tak mengerti. Di bawah pohon rindang depan universitas kita, kamu memberiku sebuah gelang tangan berwarna abu-abu kehitaman ujarmu saat itu bahwa gelang itu sama dengan teman sekamar-mu. Pikirku ya sudahlah, aku tak pernah ingin berpikir negatif tentang apa yang diberikan.

Malam harinya aku mendapat sebuah pesan singkat yang berisi untuk membangunkannya di Pagi hari untuk bisa menghadiri hari 1/3 ku. Kamis, 12 Desember.. tepat pagi itu setelah aku selesai menelponmu dan menginginkan mu untuk hadir di hari bahagiaku aku sangatlah senang sekali. Walaupun ada segelumat pertanyaan yang mengiang di otakku. 2 jam kemudian, aku mendapatkan kabar darimu lagi bahwa salah satu saudaramu mengalami kecelakaan dan kamu tidak bisa hadir untukku.

Aku menghela nafas, mengatur detak jantungku agar tak berdebar dan deg-degan lagi dengan apa yang terjadi. Kenyataannya, hari itu begitu melelahkan dan kamu tak ada terlihat. Aku tak pernah ingin menyalahkanmu namun jujur aku kecewa. Maaf, aku sangat mengharapkanmu di hari itu. Semua kejadian di hari itu sudah berlalu dan di hari kelahiranku tepat 18 Desember, kamu pun tak mengucapkan sepatah kata kalimat. Aku tak tau, apakah itu sebuah pengkhianatan atau sebuah pengusiran berskala sehingga teratur sekali jalannya. Baiklah, Aku memaafkan-Mu.

Januari dan Kamu..

Aku sudah mengalah pada keadaan, aku tetap saja memaafkan apa yang terjadi hingga ada hari dimana engkau menghampiriku di sebuah tempat. Kamu duduk di dekatku namun tak begitu dekat dan ku tanya bagaimana hasil setelah menemui dosen itu. Alhamdulillah dia sudah mendapatkan acc-nya. namun memang ada beberapa hallagi yang harus dia cari untuk referensi memperkaya setiap katanya. Sebenarnya, Januari terlihat biasa saja dan keadaan tetap baik-baik saja.

Februari..

Kamu harus tau, kalau sebuah tuduhan adalah belenggu yang selalu hadir di kehidupanku. Sedangkan kamu dengan mudahnya menyuarakan hal yang sama sekali tak pernah ku bayangkan. Kamu juga harus tau, 20 Februari adalah hal yang sangat menyakitkan bagiku. Semua mungkin seutuhnya salahku juga karena telah memberikan hal yang seharusnya aku berikan kepadamu. Aku sangat menyesali semua yang terjadi di hari itu. Entah, semua ini sangat menghantui aku. Maka, apakah ini balasan atas semua dosa-dosaku. Aku tak tau, Kurasa bukan hanya aku yang salah disini karena kita sama-sama melakukan kesalahan itu. Semoga aku atau pun kamu selalu menjaga kepercayaan yang sudah diberikan. Kelak kita akan tau dimana posisi yang benar untuk mendapatkan hal itu. Maafkan aku jika kamu membaca semua cerita ini dan menceritakan apa yang telah terjadi dalam beberapa tahun belakangan.

Pertemuan 15 Maret

Sekian lama janji yang kita buat bersama, hari dimana sangat ku tunggu untuk bisa membicarakan hal yang sebenarnya sudah lama sekali untuk aku sampaikan namun tak pernah tersampaikan adalah AKHIRI.

Pagi yang sejuk menyapaku hari itu merupakan hari yang sangat bahagia bagiku. Namun, aku tak tau apakah sama yang kita rasakan. Perjalananku menuju mu hari itu sangatlah cerah. Akhirnya kita bertemu dan membicarakan hal yang biasa-biasa saja namun sama sekali aku tak bisa menyampaikan apa yang benar-benar ingin aku sampaikan. Apakah aku terlalu bodoh untuk hal ini? Entah, aku juga tak tau. Setiap kali penjelasan sederhana darimu selalu membuatku terdiam saja dan tak mampu berkata yang mestinya harus aku sampaikan. Ah pikirku sudahlah mungkin ada hari esok yang tepat untuk aku menjelaskan dan mengakhiri semuanya. Ternyata tidak !

Di akhir Maret, Sungguh pedih dan sangat perih akan tuduhan yang bagiku sangat mengecam dan menjatuhkan hak ku sebagai perempuan muda. Aku selalu mengingat hal itu. Aku bukan sakit hati padamu namun aku tak mampu berkata atau membela diri lagi akan hal yang tak pernah aku lakukan. Pembenaran akan terbukti dengan sebuah fakta bahwa aku tak pernah melakukannya. Kelak, Kamu akan menyesali setiap apa yang kamu tuduhkan terhadapku. Komunikasi kita sudah cukup buruk sampai akhirnya benar-benar kamu bagaikan hantu yang datang dan pergi.

April

Kamu tau kan, aku marah padamu ternyata jawabanmu ya aku tau. Ternyata pikirku benar kamu sangat hebat untuk sekedar bersandiwara dan menyakiti orang adalah hal mudah bagimu. Aku terlalu kasar dalam kisah ini, menuliskan setiap bait apa yang aku rasakan adalah sangat berarti sehingga menjadi sebuah tulisan ini.

Tepat dihari ulang tahunmu aku menanyakan hal itu. Ah semua tak jauh beda ternyata dugaan ku sangatlah benar. Aku sadar dan aku paham kalau aku telah menyakiti diriku sendiri. Namun maaf, jika aku telah terlalu dalam luka dan sampai relungku kamu usik sejauh ini maka dengan sangat berat hati aku tak mau bersama-Mu. Itu kan mau mu? Iya pasti. Entah keputusanku kali ini salah atau tidak tapi semua sudah cukup. Terima Kasih..

...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 13, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BelengguWhere stories live. Discover now