Matahari bersinar lebih terik dari biasanya, bisa jadi karena hari ini adalah awal musim kemarau hawa menjadi lebih panas dari hari-hari sebelumnya yang justru dingin karena hujan terus-menerus mengguyur kota metropolitan. Ya, daripada hujan semakin memperburuk keadaan Jakarta yang telah dilanda banjir setinggi kurang lebih satu meter ini mungkin lebih baik jika tuhan membawa serta panas agar air keruh yang membanjiri jalanan bisa menguap kembali.
"Gimana? Lo udah survei destinasi yang bakalan kita kunjungi?" Tanya seorang pemuda tampan berkulit putih dengan tinggi sekitar 176 cm yang sedang menata rambut kebanggaannya pada earphone yang terpasang di telinganya.
"Ya udah dong. Gue kan asli sini, gak perlu ragu!" Teriak seorang wanita yang melengking di gendang telinganya.
"Yaudah kalau gitu, btw Ges sekarang gua mau susul Alexis di Mall yang di rencanain sama anak-anak buat kumpul dulu. Ngobrol-ngobrol." Galang membuka tutup Pomade dan mencolek sedikit isinya untuk membuat rambutnya lebih klimis.
"Oh oke deh! Tadi Alexis bilang dia udah ada di mall sejak 10 menit lalu. Lo telat ihh!!" Ledek Gessy terdengar cemerlang di telepon.
"Dih! Lagian itu anak gak bilang-bilang sih! Yaudah gue berangkat sekarang!"
"Hati-hati!" Ujar Gessy diujung sana.
Jalanan seperti biasa macet. Galang harus ekstra sabar dan hati-hati dalam mengendalikan motornya itu. Untung indekos Galang sama mall gak terlalu jauh, jadinya dia mencari jalan yang tidak terendam banjir, dan itu bisa sedikit memangkas waktu biar gak terlalu telat datang kesana. Seingat Galang, Gessy bilang Alexis itu asli orang Jakarta. Ya pantes kalo dia cepat banget sampai nya.
Kurang dari sepuluh menit Galang sudah memasuki mall dan berbelok ke arah tempat makan khas Jepang yang diyakini ada keberadaan Alexis disana. Dari kemarin Galang menebak-nebak, bagaimana sekiranya kepribadian Alexis yang bisa betah bersahabat dengan Gessy yang sangat dewasa. Sepengetahuan Galang, anak-anak muda yang berteman dengan Gessy tidak akan bertahan lama karena kepribadian Gessy yang kolot.
Galang membawa ponsel nya yang berada disaku Jeans nya."Halo, saya udah ada didalam Mbak," Ucapnya pada orang yang dituju.
"Saya disini, mas!" Sapa seorang wanita yang berada sekitar satu setengah meter dari tempatnya berdiri. Dirinya tengah duduk dengan minuman yang telah habis setengahnya. Galang merasa bersalah karena telah membuat dirinya menunggu lama.
"Ehh, maaf mbak. Udah lama ya?" Tanya Galang basa-basi lalu duduk di kursi seberang wanita yang diketahui bernama Alexis.
"Enggak kok, mas. Santai aja." Emang kelihatan berbanding 180° penampilan nya dengan Gessy. Alexis cenderung lebih santai, riang dan modis dibanding dengan Gessy yang sekilas kayak guru madrasah, hanya saja Gessy lebih muda dan simpel pastinya.
"Oh iya, saya Galang. Galang Andi Permana." Ucap Galang mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Saya Alexis Jordan." Dengan senyuman Alexis menyambut uluran tangan Galang.
"Ehh, udah pesan minum ya. Mau pesan makan?" Tawar Galang.
"Boleh-boleh. Mau apa? Saya traktir," Ucap Alexis sambil membaca daftar menu.
"Ehh, jangan! Nanti kalo ada Dimas mbak Rugi, dia rakus," Canda Galang yang diikuti oleh tawa gelak mereka.
"Ya, gapapa santai aja. Sekali-sekali bahagiain anak indekost." Galang terenyuh. Dia dan Dimas emang sama-sama anak indekost yang super irit.
"Yaudah kalo mbak maksa. Makasih ya," Ucap Galang sambil tersenyum yang dibalas oleh senyum manis Alexis.
Alexis memanggil pelayan dan memesan banyak makanan tanpa ragu. Setelah itu dia pun asik mengobrol dengan Galang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembara : Di Malam Desa Yang Sunyi
HorrorAwal cerita ketika 4 orang yang berbeda kepribadian berkumpul dalam satu kelompok berdasar 1 sifat yang sama yaitu "Penasaran". Galang, Gessy, Dimas, dan Alexis tiba disebuah desa yang aman dan damai. Ketika sebuah ketidaktahuan mereka menjadi umpa...