01

117 6 0
                                    

Rachel memandang panik jalanan di depannya yang sedang macet , Ia gelisah . Pasalnya sudah jam stengah tujuh lewat lima belas menit sementara Ia masih terjebak macet.

Salahkan Maurel yang dengan kurang ajar memberinya tugas tambahan sehingga Ia telat bangun karena mengerjakan berbagai laporan  kegiatan OSIS yang akan diadakan.

Sudah tiga kali ia mengklakson mobil di depannya tapi tidak membuahkan hasil sedikitpun membuatnya makin stress.

Setelah menunggu sekitar dua puluh menit jalanan kembali normal, sekitar lima belas menit kemudian Rachel baru tiba di sekolah nya.

Beruntung Pak Iwan , satpam di sekolah nya sangat baik , beliau masih mau membuka gerbang sekolah dirinya.

Setelah memarkirkan mobilnya Rachel berniat langsung ke kelas , tapi langkahnya terhenti ketika namanya disebut.

"Iyh "

Katanya sambil berbalik dan terdiam dengan wajah datar khas Rachel kalau ketemu musuhnya.

"Lo terlambat , harusnya paling tidak Lo milih sampah dulu sebelum masuk "

Kata cowok itu dengan santai , Rachel mendengus tidak suka , Ia terlambat juga bukan salahnya , Maurel yang salah , cowok itu seakan mengerjai Rachel dengan memberikan hasil rapat yang numpuk di hari pertama  dan menyuruh Rachel untuk membuat laporan.

"Tapi kan Gua terlambat juga bukan sepenuhnya salah Gua "

"Maksudnya , itu salah mama Lo yang terlambat bangunin Lo?"

Rachel melotot , Ia sedang tidak ingin berdebat hari ini , kepalanya pusing karena selain mengerjakan laporan , Ia tentu harus mengerjakan tugas tugas nya .

"Rel , lu ngertiin Gua juga dong , Lo kan suruh gua bikin laporan banyak banget , harusnya kasih keringanan dikit "

"Yah nggak bisa gitu , itu kan tanggung jawab Lo , masa baru gitu aja Lo udah protes , udah yah , selesai milih sampah baru Lo bisa masuk kelas , btw poin terlambat Lo udah Gue Catet "

Kurang ajar .
Batin Rachel kesal , Ia dengan terpaksa memilih sampah sambil menyumpah serampahi anggota osis yang menyimpulkan untuk mencatat poin terlambat.


~high school love story~

"Rachel , Kamu mau nggak jadi pacar aku?"

Rachel mendongak , menatap sinis orang yang baru saja mengajaknya pacaran dengan sangat lembut   , kemudian berkata pedas pada orang itu .

"Otak dulu benerin , nggak sudi Gua pacaran sama orang bodoh kayak Lo "

Rani dan Yuli menatapnya tak percaya , baru kali ini mereka mendengar Rachel ngomong sepedas itu sama orang lain selain Maurel.

"Rachel Lo kenapa si  judes amat perasaan, kayak kucing Oren nggak Ran "

"Ho oh , seharusnya Lo terima , Skali skali pacaran sama manusia jangan sama buku doang biar nggak judes kayak tadi . Lama lama lu kaya perawan tua yang suka marah marah  "

Rani dan Yuli  terkekeh merasa lucu bila membayangkan Rachel menjadi perawan tua walaupun bagi mereka itu sangat mustahil.

Sementara cowok itu hilang entah kemana , mungkin malu karena ditolak dan tidak dianggap apalagi di lihatin sama seisih kantin . Memang mereka sekarang sedang berada di kantin,menikmati waktu istirahat setelah berkutat dengan pelajaran pertama

Saat sedang asik bercengkrama , melupakan kejadian tadi , seseorang tiba tiba menaruh setumpuk koran dan setumpuk hasil karya tangan siswa di tempat mereka membuat mereka mendongak.

"Lo buat majala dinding ya Ra , Ini yang punyanya anak anak udah di pisahin ,tinggal Lo gunting aja itu yang di koran "

Rachel mengerutkan dahinya , Ia merasa ini bukan tugasnya , karena Ia sebagai SEKRETARIS hanya perlu mencatat hal hal penting yang terjadi di dalam rapat OSIS , hanya perlu menyusun laporan dan menyiapkan hal hal yang penting yang perlu di perhatikan oleh Inti OSIS , ini bukan tugasnya.

"Tapi Rel , ini kan bukan tugas Gua , kemana itu yang punya tugas? Lo kira gua nggak capek apa?"

Maurel tersenyum sebentar , terlihat sangat menyebalkan di mata Rachel , Ia kemudian berkata .

"Kita lagi sibuk banget ni Ra , yang punya tugas kan bersihin mading lama di setiap lantai sekolah kita , terus anggota lain juga pada sibuk sama pekerjaan mereka , ya kan kebetulan Lo kosong , jadi boleh la "

Kalau saja mereka dalam film kartun ,pasti sudah ada asap yang keluar dari telinga Rachel , Ia capek . Di tambah beberapa hari ini Natan bilang kalau dia mau pinda , bikin Rachel tambah pusing.

Sementara Maurel , setelah mengatakan itu Ia kemudian pergi , meninggalkan kantin tanpa mempedulikan tatapan penghuni kantin padanya.

"Udah lah Ra , nanti kita bantu guntingin Kok , tenang aja "

"Tapi Gua kesal Ra, kenapa nggak nyuruh aja si wakilnya dia "

"Iyh WAKIL nya emang NGGAK GUNA"

Balas Rani sambil menekankan kata Wakil dan tidak berguna , mereka tahu kalau Ave sedang duduk dua meja di belakang mereka. Seisih kantin langsung bising sambil mencuri pandang ke arah Ave dan Rachel.

"Yaialah nggak Guna orang Dia CUMA NUMPANG GELAR DOANG "

Bukan rahasia lagi kalau Maurel dan Rachel sering berebut posisi terbaik di sekolah ini. Dan kemarin saat pemilihan ketua osis , Maurel menang .

Rachel pasrah dengan kekalahan nya , sebagai gantinya Ia mencalonkan diri sebagai ketua tim penyiaran sekolah mereka. Tapi ditolak karena Maurel menjadikan nya sekertaris OSIS.

Rachel kesal. Ia tidak suka berada satu organisasi dengan Maurel , karena Maurel seakan merendahkan nya.

Balik lagi kedalam suasana kantin , Ave terlihat berdiri . Sepertinya Ia sudah selesai makan dan akan kembali ke kelas atau merasa kecil karena sudah pasti tidak ada yang membela nya , mungkin mau menghindar.

"Heh "

Panggil Rani saat Ave melewati meja mereka , Ave kemudian menatap mereka terlihat sok berani .

"Nih ambil, tugas Lo kan "

"Itu kan tugas Rachel Ran "

"lah , lo kan juga lagi kosong , nggak kasian sama Rachel yang udah begadang hah?"

Sahut Rani nyolot , Ia bahkan menampilkan wajah datar khas Rani kalau lagi ngelabrak orang.

" kata Maurel tadi karena Rachel lagi kosong jadi dia yang ngerjain , nah lo kan  juga lagi kosong kan ? noh kerjain ."

"Tapi _"

"Udah buruan ambil , ribet amat si Lo numpang nama doang sok Lo"

Ave diam , begitu juga dengan seisi kantin yang sedang menatapnya seakan Dia orang jahat, semua orang saat ini sedang berada di pihak Rachel.

"Ambil aja napa si , ribet amat jadi cewek"

Kata Kevin , ketua tim basket yang ikut nimbrung dalam obrolan padahal Ia baru saja sampai, semuanya kembali menatap Ave.

"Buruan!!! "

Lanjut Yuli, mereka semua menatap Ave yang berdiri sendiri , jelas sekali Ia tidak bisa melawan. Di hadapannya adalah anak anak paling berpengaruh di sekolah .

Menyadari posisinya Ave kemudian  mengambil bahan mading tersebut.

"Makasih ya Ve"

Ucap Rachel dengan senyuman , terlihat tulus. Ave juga pasrah saja , padahal ia sebenarnya malas , setelahnya Ave langsung pergi dari situ.

High school Love StoryWhere stories live. Discover now