Rencana

316 46 16
                                    

"Ryu! Astaga kamu kenapa?!" Ryujin menolehkan kepalanya.

Bang Jimin?

"Abang?" Ryujin yang tau kalau itu abangnya, dia menangis lagi tapi nangisnya kayak anak balita. Perih lukanya dia tuh belum lagi perih dihati juga.

"Kamu kenapa kok bisa nyungsep?" kan Jimin mah adeknya jatuh gak ditolongin ini malah di wawancara dulu.

"Kesandung batu tadi makannya nyungsep" Ryujin cengengesan sambil masih nangis. Jimin segera membantu adiknya berdiri dan membereskan belanjaan Ryujin yang tercecer. Ryujin bohong aja, kalau dia jujur bisa2 abangnya ini ngamuk.

"Ayo pulang. Bisa jalan kan?"

"Yah bisa lah. Ini lukanya di siku bukan di kaki"

"Yaudah ayoo". Hening dijalan mereka hening. Ryujin yang sibuk meniupi luka di siku sedangkan Jimin yang sibuk melihat2 isi belanjaan Ryujin.

"Eh abang kok nyusulin aku?" tanya Ryujin membuat Jimin menolehkan kepalanya ke adiknya itu. Berhenti didepan Ryujin kemudian kedua tanganya dia taruh di pinggang dan satu alisnya terangkat sebelah.

"Kamu lagian lama banget. Abang khawatir udah gitu ini malem" Ryujin hanya cengengesan saja. Mereka berdua melanjutkan jalannya.

Jimin dan Ryujin telah sampai dirumah. Ryujin segera masuk ke kamarnya guna mengobati lukanya yang perih. Jimin ke dapur membereskan belanjaan Ryujin. Dia sekalian bikin segelas susu hangat buat adeknya. Setelah jadi, dia segera ke kamar Ryujin. Membuka pintu kamar, dia melihat Ryujin meringis mengobati lukanya.

"Susu nya nih buatan Jimin ganteng" meletakkan susu di nakas samping bed Ryujin. Kemudian pria itu duduk di samping Ryujin.

"Sini abang bantuin" katanya sambil mengambil kapas alkohol.

"Pelan-pelan tapi yaa?" sebelum itu tangannya dijauhin dulu dari Jimin.

"Iya iya"

"Aw...abang pelan-pelan" rengeknya saat Jimin menekan-nekan lukanya. Ngeri sih cukup gede lukanya. Dorongan Beomgyu emang bener-bener ya.

"Ya ini udah pelan-pelan, Ryu"

"Pelan apanya. Abang ngobatin kek punya dendam sama Ryujin"

"Yeuh dendam-dendam palalu" Jimin malah menonyor kepala Ryujin pelan.

"Udah sini kapasnya. Di bantuin abang bukannya sembuh malah parah ini nanti. Sana keluar dari kamar Ryujin" nahkan di usir sama Ryujin.

"Yeuhh...yaudah jangan tidur malam2 besok sekul" mengacak-ngacak rambut adeknya kemudian keluar kamar.

"abanggg!!!" teriaknya. Sebel dia tuh tadi di tonyor sekarang di acak2. Laknat banget jadi abang.

Setelah mengobati lukanya Ryujin mengganti pakaiannya. Kemudian dia berbaring di atas kasurnya. Ryujin mejemin matanya coba buat tidur tapi nggak bisa. Gadis itu memikirkan pria itu. Siapa lagi kalau bukan Beomgyu.

"Beomgyu tadi nangis?" tanyanya pada diri sendiri

"Dia nangis kenapa yah?"
"Ada masalah?"
"Kasian banget"
"Semoga deh masalah dia cepat selesai". Setelah mengoceh sendiri, Ryujin mejemin mata. Kali ini dia berhasil dan sudah masuk ke alam mimpi.

****
"Byee...abang jangan ngebut" setelah mobil abangnya menjauh, Ryujin berjalan memasuki sekolahnya.

Saat di koridor dia ketemu Yuna, gadis itu juga baru datang.

"Yunaaa..!" yang dipanggil menolehkan kepalanya. Terlihat Ryujin berlari kecil menghampirinya. Yuna tersenyum lebar ke arah Ryujin.

"Baru datang yah Ryu?"

Choi BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang