halaman satu

372 42 12
                                    

Sore ini, Jeongyeon sudah siap dengan baju basket yang melekat di tubuh ramping nya.

Sudah menjadi jadwal tetap nya jika pada waktu weekend sore Jeongyeon dan teman-teman laki-laki nya akan bermain basket di lapangan komplek.

Setelah berkaca, gadis dengan rambut pendek itu mencabut hp nya yang tadi ia charge dan membuka salah satu aplikasi chat.

Saingan Tembok

Ver, aku main basket sama yang lain kayak biasa.

Setelah mengabari kekasihnya itu, Jeongyeon lantas mengantongi hp nya lalu bergegas turun ke bawah setelah mendengar panggilan teman-temannya di depan.

Saat melewati ruang tamu, gadis itu bertemu abang nya yang entah tengah melakukan apa ia tidak tau tapi Jeongyeon menyempatkan diri untuk berhenti sebentar.

Jeongyeon benar-benar dibuat tak habis pikir dengan tingkah konyol abang nya yang seakan tak ada habisnya.

Gadis itu menyerngit melihat June — abang nya — menggelar tikar yang biasa nya di pake ibu-ibu buat yoga, tapi bukannya yoga, abang nya itu malah berusaha entah apa Jeongyeon tak bisa melihat nya karna terhalang punggung abang nya.

"Bang, ngapain?" Tanya nya.

June menoleh sebentar, "Tadi gue mau yoga, eh nemu cicak ekor nya putus ya gue bantuin aja sambungin pake solasi tapi gak bisa-bisa."

Jeongyeon tepok jidat.

"Ngapain siiiiih? Kek gak ada kerjaan aja lu."

"Sesekali berbuat amal baik tuh bagus, gue mah buat dosa di imbangi buat baik emang nya lu." Balas June dengan wajah minta di tabok pake raket nyamuk.

Jeongyeon menghela napas, mencoba bersabar. Untung saja ia bisa menahan diri, kalo enggak, bola basket yang ada di tangannya pasti udah ngegantiin posisi kepala June.

Merasa tidak akan kalah menghadapi orang gila alias abang nya sendiri, Jeongyeon memilih langsung cabut ke gerbang.

Sampai di gerbang rumah, ia langsung dapat semburan.

"WOY ANYING LAMA BANGET! NGAPAIN SIH LU!?" Kesal Mingyu, dia udah nunggu lama mana kena sinar matahari pula.

Jeongyeon cengengesan. Gara-gara ngadepin June, dia jadi lupa udah di tungguin temen-temennya.

"Udah deh gak usah ribut, yok langsung gas aja." Ajak Yuta yang langsung jalan duluan.

Yuta sebenernya anak futsal, cuma dia gabut di rumah dan darimana jadi objek penjajahan bunda nya mending dia cabut ngebasket bareng anak komplek.

Mereka yang terdiri dari lima cowok dan Jeongyeon yang merupakan cewek sendiri itu pun melangkah menuju lapangan basket.

Sampe di lapangan basket, Jeongyeon menghela napas lagi. Ia kira hal-hal random menjurus goblok cuma bakalan ia temuin di rumah ternyata enggak.

Karna sekarang, tetangga nya yang menyebut diri mereka sebagai keluarga 12 pintu — Jeongyeon juga gak tau apa motivasi mereka namain nama keluarga kayak gitu — lagi main golf di lapang basket.

IYA, MAIN GOLF DI LAPANGAN BASKET!

Coba kau pikir, dimana selaras nya main golf di lapangan basket?

Duh Gusti, Jeongyeon rasanya mau bujuk orang tua nya buat pindah komplek.

"Woy Ong!" Sapa Jungkook pada Ong yang tengah bersiap memukul bola nya.

Ong melirik sebentar lalu mengangkat tangannya, "Oy sob!"

Iya udah cuma begitu, karna sekarang Ong fokus mukul bola yang kemudian di getok Baekhyun karna gak becus mukul nya.

Akhirnya setelah 10 menit lama nya menonton ke-randoman keluarga 12 pintu bermain golf, akhirnya Jeongyeon dan teman-temannya dapat menguasai lapangan.

Mereka main hampir dua jam lama nya, baru berenti menjelang deket-deket maghrib itu juga karna udah di teriakin ibu-ibu yang tinggal di deket lapangan, katanya kalo gak pulang nanti di aduin ke mama nya.

Dasar ibu-ibu tukang rumpi!

Jeongyeon menyeka keringat nya, ia lupa bawa handuk kecil tadi. Keringat membasahi tubuhnya, gadis itu masih sibuk mengantur napas.

Yuta menghampiri nya lalu menyodorkan sebotol air minum yang langsung di terima gadis itu.

"Thanks yut,"

Yuta mengangguk kecil lalu meminum air nya juga.

Keadaan hening setelah kedua nya sama-sama meneguk air minum masing-masing.

"Lu masih sama Vernon Je?" Tanya Yuta. Di komplek, Jeongyeon memang terbiasa di panggil Je.

"Masih." Jawab gadis itu.

Yuta hanya ber-oh saja, dia sebenernya juga tau Jeongyeon masih sama tembok datar sesekolahan mereka itu, dia cuma basa-basi aja biar ada obrolan.

"Kuat juga lu pacaran tiga bulan lebih ama kembaran tembok." Ledek Yuta sembari tertawa kecil.

Jeongyeon ikut tertawa karna nya, "Yoi lah, gue kan strong woman."

"Jujur si Je, lu cewek terkuat yang pernah gue temuin yang punya cowok cuek." Yuta kembali berbicara.

Jeongyeon mendengarkan nya.

"Tapi sesekali di tegur aja Je, gue takut nya malah dia kebiasaan jadi dingin sama lu dan jadi malah anggep lu sebelah mata karna lu biarin."

Yuta melanjutkan kalimatnya dan Jeongyeon masih senantiasa mendengarkan.

Jeongyeon agak heran dengan maksud kalimat Yuta, namun dia tak mau ambil pusing.

"Tenang Yut, gue bisa atasin." Katanya santai.

"Ya udah, yok balik." Ajak pemuda campuran Jepang itu.

Jeongyeon mengangguk, sebelum beranjak pergi, ia memutuskan mengecek hp nya.

Ada sebuah balasan disana.

Saingan Tembok

Ver, aku main basket sama yang lain kayak biasa.

Ya

; magnet , 2020.




MagnetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang