i

573 58 14
                                    

Taehyung tak bermasalah dengan konsep berbagi ruang privat.

Dia tumbuh besar di rumah berlahan luas yang ditinggali oleh lebih dari dua kepala keluarga. Kakeknya bersikukuh agar tiga anak laki-lakinya tinggal di bawah atap yang sama sekalipun sudah berkeluarga. Buat apa miliki rumah besar dengan banyak ruangan bila pada akhirnya kosong tak berpenghuni. Kakek terlalu terbiasa dengan kondisi rumah yang berisik sampai-sampai tak sanggup bila dapati atmosfer dingin karena tak ada yang meramaikan tempat tinggalnya. Sentimen yang sadar tak sadar tertular pada Taehyung, dan seluruh anggota keluarga saat satu atau sebagian dari mereka berada jauh dari rumah Kakek.

Sampai umurnya injak angka enam belas, Taehyung masih berbagi kamar tidur dengan Taesung, adik laki-lakinya, dan Yohan, anak pertama Paman Minseok. Dia baru dapatkan kamarnya sendiri saat cucu tertua Kakek, Namjoon, pindah ke asrama kampusnya di Busan. Itupun dia masih harus berbagi ketika Namjoon pulang setiap libur akhir semester dan perayaan Chuseok.

Taehyung sempat tanyakan pada Namjoon bagaimana rasanya hidup sendiri, jauh dari keluarga besar mereka yang begitu komunal. Pertanyaan itu melintas saat dia sibuk belajar persiapkan diri hadapi ujian masuk perguruan tinggi dan ujian kelulusan. Kampus pilihannya lumayan dekat dengan rumah, kurang dari tiga puluh menit sekali jalan dengan bus umum. Taehyung tidak perlu tinggalkan rumah.

Namjoon ingatkan Taehyung saat bulan-bulan pertama dia tinggal di asrama kampus. Hampir setiap hari mereka bertukar pesan, padahal jarang sekali mereka hubungi satu sama lain via komunikasi virtual ketika tinggal serumah. Buat apa pula, bila dari waktu ke waktu mereka selalu bertatap muka.

Topik panas yang tak pernah lepas dari obrolan keduanya adalah keluarga besar mereka. Sering sekali kakak sepupunya itu tanyakan kabar rumah, keluhkan makanan ini dan itu yang tidak bisa dia cicipi; karena membeli atau memasak sendiri, rasanya tak sama seperti rasa masakan Nenek. Hal sederhana seperti itu membuat Namjoon mudah sekali rindukan rumah.

Taehyung baru alami apa yang pernah Namjoon jelaskan padanya setelah dia terpaksa menyewa flat dekat kampus saat tahun ketiga kuliah. Terlalu banyak kegiatan kampus yang membuat dia pulang larut. Pulang-pergi rumah-kampus dirasa kurang efektif karena dia hanya membuang-buang energi di jalan. Setelah mempertimbangkan alasan A sampai Z, mau tak mau Ayah dan Ibu setujui permintaannya.

Membujuk Kakek jauh lebih sulit. Tapi berkat bantuan semua anggota keluarga besarnya, Taehyung pada akhirnya dapatkan restu untuk tinggal seorang diri. Hitung-hitung membuatnya lebih mandiri, ungkap Kakek saat ditanya mengapa pada akhirnya beliau menyetujui.

Tiga bulan pertama berat sekali. Taehyung pulang ke rumah Kakek hampir setiap minggu. Kakek sampai cibir Taehyung dan keinginannya untuk tinggal sendiri. "Untuk apa menyewa tempat tinggal bila kamu sering pulang, Nak. Sudah, kembali saja ke rumah ketimbang buang-buang uang Ayahmu."

Namjoon tertawakan Taehyung, setujui Kakek saat Taehyung curhat. Dasar. Padahal dulu dia tak ada bedanya dengan Taehyung. Hanya karena jarak kampusnya saja yang terlalu jauh Namjoon jadi jarang pulang ke rumah.

Di tahun terakhir kuliah, Jimin; teman terdekatnya sejak orientasi kampus, ajak Taehyung sewa flat berdua. Lebih murah, ungkapnya, ketimbang sewa flat untuk diri sendiri. Menghitung kebutuhannya yang melonjak tinggi untuk persiapan magang dan tugas akhir, dan uang saku terbatas yang diberikan Ayah setiap bulannya, Taehyung setujui ajakan Jimin.

Intensitas kepulangan Taehyung ke rumah Kakek berkurang drastis semenjak tinggal bersama Jimin. Bila dipikirkan ulang, alasan Taehyung sering pulang selama ini adalah karena dia merasa kesepian tinggal seorang diri. Kehadiran konstan Jimin dalam ruang privatnya membuat Taehyung merasa nyaman. Suasananya lumayan mirip dengan rumah Kakek, walau rumah Kakek selalu berhasil membikin dada Taehyung penuh dengan kehangatan sampai sesak.

niche (kookv)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang