Chapter 2

55 3 0
                                    

Pukul 16.00 WIB, tepatnya ba'da Ashar semua crew wedding organizer Li & D berkumpul. Hari ini kami memang ada jadwal rapat untuk Prepare dan checklist bahwa semuanya sudah siap sesuai keinginan klien menuju H-7 acara.

Syukurlah tugasku selsai tepat waktu. Setelah melakasanakan shalat ashar di mushola, aku segera memasuki ruangan crew.

Di sana sudah ada mas Daniel dan kang Zaid. Aku memanggil mereka dengan sebutan berbeda antara 'Mas dan Kang' karena menyesuaikan dengan asal daerah mereka masing-masing.

Mas Daniel asli orang Yogyakarta, dia penanggung jawab LO team WO kami. Selain cekatan, mas Daniel juga memiliki tingkat ke-fokusan yang extra. Sedangkan kang Zaid asli sunda, sama sepertiku. Dia sebagai MC. Gak usah di tanya lagi gimana ke piawai-annya merangkai kata yang baku sampai cara pegang mic nya saja dia perhatikan. Pokoknya dia mc terbaik yang pernah aku temui.

Mas Daniel dan kang Zaid sudah hampir enam tahun berbabung bersama team Wedding Organizer Li & D sebagai crew yang mengatur susunan acara dan keberlangsungan acara pada hari-H. Katakanlah mereka dua orang terpenting dalam berjalannya acara pernikahan dan suksesnya team WO.

Aku masih berdiri di ambang pintu, tak lama dari kedatanganku kak Faiq sudah berdiri mematung di belakangku. Setiap melihat sosoknya, seolah tubuhku sudah spontan untuk menjauh seperti sudah di setting otomatis sebelumnya.

Aku duduk di kursi seberang mas Daniel dan kang Zaid yang masih kosong. Aku memilih posisi kursi paling pojok dekat jendela. Dan sang raja menyebalkan itu dengan santainya duduk di sebelahku, ujian apalagi ini?

Aku meletakkan buku catatanku yang berwarna biru muda di atas meja kemudian melempar senyuman pada mas Daniel dan kang Zaid sekilas. Mereka membalas senyumku.

"Ada rencana buat lanjut S1, Af?" tanya mas Daniel membuka keheningan ruangan sambil menunggu kedatangan crew yang lain.

Aku menyunggingkan senyumku, "rencana sih ada mas, cuma belum mantep." Kataku hambar.

Mas Daniel mengangguk mengerti. "Mau ngambil prodi apa?" tanyanya lagi.

"Desain, mungkin." Jawabku tak yakin.

Kang Zaid menimpal, "menurutku ambil prodi yang lain aja. Kamu udah mahir di bidang desain kok walaupun dulu ngambil prodi manajemen bisnis." Katanya sedikit meledek.

Mas Daniel mengangguk menyetujui, sementara sang raja yang saat ini duduk di sebelahku hanya menyimak dengan intens percakapan antara kami. Aku tahu betul, dia bukan typical orang yang mudah bergabung dan ikut campur dalam obrolan. Ini sisi baiknya seorang kak Faiq yang aku segani, tapi entah kenapa kebencianku yang selalu mendominasi penilaian terhadapnya.

"Tapi kan kang, aku belum pernah belajar desain secara detail. Tersusun materinya, terstruktur prosesnya, dan sistematis. Sedangkan aku hanya mengandalkan tutor-tutor yang ada di youtube buat belajar. Selebihnya otodidak, aku mengikuti instingku semaunya." Jelasku santai di ikuti dengan tawa pendek.

Kang Zaid dan mas Daniel terkekeh. "Btw, tuh! Orang di sebelahmu kan masternya prodi DKV. Kamu bisa, kan? Belajarnya sama Faiq aja? Gak usah ngeluarin biaya alias gratisan." jeda beberapa detik, "Iya gak iq?" mas Daniel memutar matanya pada kak Faiq.

Kak Faiq mengangkat wajahnya kemudian mengangguk tersenyum meng-iyakan. "Dengan senang hati!" ucapnya melirik ke arahku.

Aku hanya membalas senyum tipis tanpa meliriknya. "Di dunia ini gak ada yang gratisan mas, kang." Sindirku.

"Tapi di dunia ini ada istilah ikhlas." Celetuk kak Faiq.

Kang Zaid manggut-manggut. "Nah! Ikhlas." Ucapnya memetik jari telunjuk dan jempolnya.

Yes, I doTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang