Prasangka

114 10 0
                                    

"Terima kasih sudah mengantar saya pulang, Pak." ucap Aika sambil membungkukkan badan tanda terima kasihnya.

"Tidak perlu sampai seperti itu. Sudah sewajarnya saya mengantarmu pulang, Ai. Saya yang mengajak kamu untuk berkunjung dan menemui Wayner."

Ai? Tadi pak Arrson memanggilku Ai?

"Kenapa?"tanya Arrson yang melihat Aika tampak bingung.

" Maaf Pak, lebih baik kalau di kantor nanti jangan memanggil saya dengan nama Ai. Saya takut orang kantor malah salah paham."

Arrson paham, "Ah, jadi itu membuatmu tidak nyaman?"

"Iya, Pak. Saya tidak mau menambah masalah."

Menambah masalah.

Arrson mengerutkan dahinya, mencoba mengerti maksud ucapan Aika.

Tapi, itu masalah pribadi sekretarisnya. Arrson tidak mau ikut campur ataupun mencari tahu.

"Baiklah. Tapi jika Wayner yang memanggilmu Ai, apa kamu keberatan?"

Aika tersenyum, "Tentu tidak sama sekali, Pak."

"Syukurlah. Yasudah, kamu masuk sana. Saya akan segera pulang."

Aika kembali menundukkan kepalanya sebagai tanda terima kasih lalu dia segera masuk ke dalam rumahnya.

Dengan senyuman.

.
.
.
.
.

Ezra melihat layar smartphone miliknya. Tidak ada pesan yang masuk. Dia khawatir telah terjadi sesuatu pada Aika.

Hari ini aku diundang makan malam di rumah pak Arrson.

Ezra tidak tahu apakah atasan Aika itu muda atau tua, hanya saja saat ini dia tidak mau berpikiran jelek terhadap atasan Aika itu. Yang Ezra tahu, Aika sering bermain dengan anaknya dan mereka cukup akrab.

Mata hitam legamnya hanya bisa memandang sedih layar smartphone itu. Dirinya melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 10 malam. Pasti Aika sudah pulang dan sudah beristirahat.

Pagi besok, Ezra harus menghubungi Aika.

Drrt.

Smartphone miliknya bergetar, namun nama yang tidak diharapkan Ezra justru mengirim pesan padanya.

Karina.

Kau sudah tidur?

Ezra memijit ringan keningnya, dia tidak pusing hanya saja melihat nama Karina saja sudah membuat mumet pikirannya.

Dia tidak membalas pesan itu dan melempar smartphone itu ke sisi ranjang.

Lebih baik Ezra beristirahat untuk mengisi tenaganya yang telah terkuras hari ini.

.
.
.
.
.

Aika baru saja menyadari bahwa ia sama sekali belum menghubungi Ezra sejak kemarin siang. Baru saja Aika ingin menelpon Ezra, tiba-tiba saja panggilan masuk dari Arrson muncul di layar smartphone miliknya. Dengan cepat Aika menggeser layar ke atas untuk mengangkat telepon dari Arrson.

"Selamat pagi, Pak. Ada masalah apa sepagi ini menghubungi saya?"

"Apa saya harus ada masalah dulu baru bisa menghubungi kamu?"

Aika menepuk bibirnya, dia tahu bahwa dirinya telah salah bicara.

"Bukan Pak, saya tidak bermaksud-"

"Ah sudah, saya tidak mau panjang lebar. Saya sedang menuju ke arah rumahmu. Sekitar 15 menit lagi saya akan sampai. Saya harap kamu sudah siap berangkat kerja saat saya sampai sana."ucap Arrson.

"Hah?" Aika terdiam mendengar ucapan Arrson, dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Apa perlu saya mengulangnya kembali Nona Aika? Saya harap kamu sudah bersiap dalam waktu 15 menit lagi. Saya akan mematikan teleponnya, bahaya jika saya menelpon saat berkendara."

Tut.

Arrson menutup teleponnya tanpa harus mendengar jawaban dari Aika yang tengah lemot dalam pikirannya.

Aika segera bergegas menuju kamar mandinya dan segera membersihkan dirinya. Tak berselang lama, panggilan masuk dari Ezra datang, sayangnya Aika masih sibuk di kamar mandi. panggilan masuk itu tidak terjawab oleh Aika.

Ezra (3) panggilan tidak terjawab.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang