Black Diary

136 10 17
                                    

Mengatasi kecewa itu susah-susah gampang ya, kadang kecewa itu tercipta dari orang yang dekat dengan kita. Membangun sebuah tembok kokoh untuk mengubur sebuah rasa benci tidaklah mudah.

Gadis kecil dengan tawa ceriannya, kini telah menjadi gadis yang penuh dengan misteri. Hanya tatapan datar yang ia berikan pada semua orang tak terkecuali dengan keluarganya.

Dia berbeda, dia spesial, dan dia adalah hati kecil yang telah dikecewakan. Buku usang dan pena hitam dia jadikan sebagai keluarganya. Dapat dibilang dia adalah anak kecil yang selalu memendam dalam-dalam rasa takut, kecewa, dan amarahnya sendirian karena seolah-olah dunianya berbeda dengan orang lain.

Tiga belas tahun yang lalu dia memulai kehidupannya, tepatnya pada tanggal enam, bulan enam, dan tahun dua ribu enam. Wajahnya yang lucu dengan pipi chuby membuat semua orang gemas padanya. Setiap tawanya adalah sebuah warna dan kekuatan dihidupnya.

~•~~•~~•~~

Starla Leana, kini sudah menjadi gadis yang cantik diumurnya yang sudah genap tujuh tahun. Senyum manis yang terus terukir dibibirnya membuat hangat hati setiap orang yang melihatnya. Disayangi semua orang itulah Starla. Namun itu hanya berlaku beberapa waktu sebelum mimpi buruk menghampirinya.

"Tolong kalian jangan pergi, aku hanya ingin semua baik baik saja. Percayalah Starla bermimpi akan terjadi sesuatu pada Fanya, tolong," ucap Starla memohon pada keluarganya agar mengikuti perkataannya.

"Kamu kenapa sih dek, kita kan mau jalan-jalan. Kalau kamu memang nggak mau ikut yaudah nggak usah ngebatalin rencana jalan-jalan kita, lagian itu cuma mimpi." ucap Stevano kesal pada adiknya.

Setelah perdebatan singkat mereka akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan namun tidak untuk starla, dia hanya diam di rumah dan berdoa semoga semua baik-baik saja.

Memang benar dalam petualangan mimpinya malam itu ia melihat Fanya adik kecilnya tertimpa sebuah kejadian mengenaskan. Ingin sekali rasanya dia percaya bahwa itu mimpi, namun hati kecilnya berkata lain kejadian itu akan benar benar terjadi. Sekarang dia hanya bisa berharap bahwa takdir kebaikan akan bersamanya hari ini.

~•~~•~~•~~

Jam terus berjalan, kini perasaan Starla sangat tidak enak. Tepat pada pukul satu, ia mendapatkan telfon dari sang ayah untuk segera menyusul mereka dirumah sakit. Dengan sigap Starla langsung bersiap pergi kerumah sakit, tentunya dengan supir dan bibi yang ada dirumah. Starla hanya menatap kosong keluar kaca mobil, tak henti-hentinya dia berdoa agar semua yang ia takutkan tidak terjadi.

Kini Starla berjalan menulusuri koridor rumah sakit didampingi dengan bibi, tetes demi tetes air mengalir membasahi wajah cantiknya. Bagaimana tidak dia melihat seorang balita yang sangat ia sayangi sekarang berwajah pucat, seluruh tubuhnya basah dengan air, dan tidur dengan nyenyak untuk selamanya. Semua yang ditakutkan Starla kini benar-benar terjadi, kilatan petir siang itu mampu membuat adiknya pergi untuk selamanya.

Starla hanya bisa diam dalam tangisnya, ia terus bergulat dengan pikirannya. "Maaf" kata itu tidak pernah berhenti diucapkan Starla dalam hati.

Derap langkah yang tadinya jauh sekarang semakin dekat, "Apakah ini yang kamu mau Starla, kenapa kamu tega sekali berkata bahwa akan terjadi sesuatu pada adikmu dan sekarang terjadi adikmu sudah pergi meninggalkan kita karena kilat. Apa salah adikmu," isak tangis perempuan mampu membuat starla merasa bersalah.

"Starla tidak pernah bermaksud agar Fanya pergi Bun," ucapnya dengan rasa takut yang terus memnuhi pikirannya.

"Mungkin jika kamu tidak berbicara seperti itu adikmu masih ada disini." satu kalimat yang membuat Starla merasa bahwa dirinyalah yang menyebabkan semua ini.

Hell's CloakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang