Tahun mulai berganti, kini Starla telah menginjak dijenjang SMA. Tepat hari ini adalah hari menghilangnya Dela. Kejadian satu tahun yang lalu itu masih menjadi topik hangat semua orang. Siapapun yang mendengar kabar itu akan menatap Starla dengan tatapan yang sulit diartikan.
Starla merupakan salah satu murid di SMA Bangsa Indah. Siapa yang tak kenal Sekolah Bangsa Indah. Selain dikenal sebagai sekolah tertua, disana juga menyimpan berbagai misteri. Tapi bukan karena itu alasan Starla bersekolah di sana, karena memang ia mencari sekolah yang dekat dengan rumahnya.
"Hai Arla, Lo juga sekolah di sini? Kelas apa?" sapa Dio yang duduk tidak jauh dari Starla.
"X MIPA 2" ucap Starla singkat, kemudian kembali fokus pada bukunya. Dio yang melihat itu pun hanya menjawab 'oh' dan kemudian berlalu meninggalkan Starla. Jangan salah Dio adalah murid berprestasi ke dua setelah Starla.
Starla bangkit dari duduknya kemudian berjalan melewati lorong-lorong gelap. Suara langkah kaki yang terdengar tegas mulai memasuki ruangan X IPA 2, jangan salah suara langkah kaki itu bukan berasal dari langkah kaki seorang guru namun langkah kaki Starla. Jubah merah yang menempel ditubuhnya dan menutupi sedikit wajah pucat itu membuat seisi ruangan hening melihatnya.
Kabar menghilangnya Dela secara misterius itu membuat banyak orang mengganggap Starlalah yang menjadi penyebabnya. Tatapan takut, waspada, dan tidak suka memang sering didapatkan oleh Starla.
"Brak! Sret!"
"Pasti lo kan yang udah bikin Dela hilang, udah cupu, nggak tau diri!" Starla yang mendapat gertakan dan gebrakan dari Tasya kini hanya diam, karena semua itu tidak ada pengaruhnya untuk Starla.
Namun ketika Tasya mulai menarik jubah merahnya seketika aura gelap Starla muncul, tak disangka bayangan hitam kini juga muncul tepat di belakang Starla. Suasana kelas menjadi mencekam, hanya hembusan nafas yang terdengar. Sorot mata Starla kini menunjukkan rasa kebencian.
"Be prepared because soon you will meet and be with Dela." ucap Starla tepat disamping telinga Tasya. Tasya hanya terpaku mendengar perkataan Starla.
"A - ayo pergi!" Tasya memberikan perintah pada dua orang temannya untuk pergi meninggalkan kelas itu. Starla yang melihat raut ketakutan pada Tasya hanya tersenyum iblis. Semua penghuni kelas merasa merinding setelah kejadian antara Starla dan Tasya.
><•><•><•><•><•><
Suara nyaring mulai terdengar diseluruh penjuru sekolah. Setelah tiga jam berkutat dengan buku akhirnya semua siswa dapat mengistirahatkan pikirannya. Satu persatu murid mulai meninggalkan kelas, kini yang tersisa hanyalah Starla.
"Apakah kamu juga akan membawa gadis itu, Nak?" tanya nenek yang seketika muncul disamping Starla.
"Iya Nek, Starla juga akan membawanya," ucap Starla dengan nada datarnya dan jangan lupa lirikan mata yang menjadi ciri khas Starla.
"Baiklah Nak, itu semua juga untuk kebaikan temanmu." Setelah mengucapkan itu, suara serak dari sang nenek perlahan mulai menghilang.
Starla yang sedang melihat luar cendela, tiba-tiba membuka buku diarynya dan menggoreskan tinta yang membentuk angka "23.23"
><•><•><•><•><
Seorang gadis tampak berjalan sendirian sore ini. Bahkan dia juga masih memakai pakaian khas anak sekolah. Walaupun bel pulang sudah dibunyikan lima menit yang lalu, membuat gadis itu mengurungkan niatnya untuk pulang.
Gadis itu terus berjalan hingga tiba di gubug sederhana namun penuh dengan ketenangan. Ia perlahan memejamkan mata tepat dipangkuan nenek. Wajahnya terlihat begitu damai saat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hell's Cloak
Mystery / ThrillerGadis berkulit pucat itu tidak seperti gadis biasanya, dia selalu diam, tenang, namun mematikan. Sorot matanya memberikan begitu banyak makna. Satu tatapannya adalah pilihan antara menyerah atau menyerang. Siapapun yang berani mengusiknya maka bersi...