"Cinta itu tentang melihat dia bahagia.
Jika hari ini kamu bersamanya,
Mungkin besok aku dan kamu bisa menjadi kita"-Rena Melita-
***
Sebuah angkot berhenti di halte dekat Universitas Pradipta. Tampak seorang gadis turun dari dalamnya. Lalu bergegas memasuki kawasan kampus.
Rena, gadis culun berkaca mata itu sedang berjalan di koridor kampus. Dengan menggunakan kaca mata khas yang bertengger di hidung juga rok setengah tiang dan spansus kesayangannya, Rena melangkah dengan ringan tanpa Rena sadari penampilannya itu membuat ia terlihat sangat culun. Namun Rena tidak ambil pusing, Rena nyaman dengan apa yang ia kenakan.
Tiba-tiba Rena melihat dari arah berlawanan Dewa sedang berjalan ke arahnya. Siapa sangka pagi hari seperti ini ia bisa melihat pujaan hatinya. Ini membuat Rena gugup. Dari jarak yang masih cukup jauh saja Dewa sudah mampu membuat jantungnya berdetak cukup kencang. Rasanya ia butuh oksigen secepatnya. Dewa semakin mendekat. Rena berusaha mengontrol diri dan melangkah dengan malu-malu sambil menundukan kepalanya. Mungkin pipinya sudah merah merona sekarang. Hanya Dewa yang bisa membuatnya begini.
Sesuai dengan namanya, bak Dewa yunani setiap yang ada padanya adalah kesempurnaan. Pahatan wajah yang sialan tampan itu mampu meluluhkan hati dan menggetarkan jiwa. Saat berjalan pesona dan aura Dewa mampu membuat setiap wanita tidak berhenti menatapnya. Setidaknya begitulah menurut Rena.
Terkadang Rena lelah hanya diam-diam memuja. Ingin rasanya ia maju berusaha mendapatkan. Tapi tidak semudah itu membalik imajinasi menjadi kenyataan. Apalah daya, Rena terlalu malu hanya untuk sekedar menyapa.
Tapi di hari itu, entah mendapat keberanian dari mana ia mencoba menyapa Dewa.
"Ha.. Hai" kalimat itu hanya tertahan di tenggorokan. Padahal susah payah ia berusaha. Namun Dewa berlalu tanpa menoleh ke arahnya. Ahh dasar bodoh. Mana mungkin Dewa akan melihatnya.
"Hai sayang . . . " sapa Dewa.
"Hai, dari mana aja sih yang?" Terdengar suara manja wanita yang sekarang menjadi sorotan mata Rena.
Melinda. Wanita cantik yang populer bahkan mungkin impian setiap laki-laki di kampus.
Sekilas ia melihat dirinya pada kaca jendela kelas. Ia tersadar betapa culun penampilannya. Mana mungkin Dewa tertarik padanya. Rena jelas tidak ada apa-apanya dibandingkan Melinda. Ia hanya butiran debu yang bahkan tidak terlihat.
Mereka adalah pasangan yang serasi. Melihat hal itu malah membuat Rena semakin sakit. Matanya memanas. Mungkin memang benar, cukup baginya mencintai Dewa dalam diam.
Rena pun bergegas pergi. Mengakhiri pemandangan yang akan membuat hatinya berteriak. Dengan langkah lunglai Rena memutuskan untuk menaiki tangga menuju kelasnya.
***
TBCHai hai hai
Salam kenal
Terima kasih buat pembaca yang udah mau mampir dan membaca cerita ini.
Ini adalah cerita pertama aku. Jadi maaf yah, kalo banyak kurangnya😅
Tapi aku berharap kalian akan suka dengan cerita ini.
Mohon vote dan comment sangat diharapkan untuk kemajuan penulis.
Terima kasihSalam kenal
Dari Penulis bermata bulat
Yang sukanya makan coklat
💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Rena & Dewa
RomanceRena, gadis culun berkaca mata yang diam-diam memuja seorang Dewa. Hanya dengan memandangnya saja mampu membuat hati Rena meronta. Dewa seperti simbol ketampanan yang tidak bisa dielakkan. Meskipun demikian hidupnya tidak semulus yang terlihat. Kese...