3. Inilah saatnya 0.3

1.2K 171 62
                                    

Jenan terbujur di ranjang UKS usai diantar secara tak wajar oleh sahabatnya.

Dia terbangun dari ranjang dan mengumpulkan nyawa-nyawa tersisa saat ini.

"Ukh.." sebuah suara penuh keluhan terdengar saat dia setengah sadar.

Begitu seratus persen sadar Jenan hampir merinding membayangkan suara tadi. Dia memberanikan diri untuk turun dan mencari sumber suara yang tak lain berasal dari balik tirai di sebelahnya.

Jenan membuka perlahan tirai itu dan sosok terbaring dengan memeluk tubuhnya dan mengeluarkan suara keluhan.

"K-kamu siapa?" Tanya Jenan yang polos ini.

Sontak sosok berbalik dan membuat Jenan kaget bukan main. Bukan karena sosok itu adalah mahkluk halus melainkan pemuda yang di dorong oleh sahabatnya tadi.

"Kamu.. Jeffran?"

Jeffran tampak membuang muka sambil membersihkan air matanya.

"Lo kok bisa disini?!" Tanya Jeffran usai membersihkan air matanya dan menatap kesal kepada Jenan.

"Eh tadi itu aku.. hm apa Jeffran benar-benar kesakitan?" Tanya Jenan dengan ekspresi polosnya.

Jeffran hanya terdiam dan saat akan bergerak turun dari ranjang, pemuda itu hampir saja terjatuh jika Jenan tidak menangkap tubuhnya.

"Akkh! S-sakit~" lirih Jeffran dalam dekapan Jenan.

Jenan perlahan mendudukkan Jeffran di ranjangnya. Dia mengelus punggung Jeffran pelan-pelan dan memberikan doktrin kepada pemuda itu.

"Nggak sakit lagi kok, Jeffran. Ayo sakit kamu pergi! Jangan ganggu Jeffran lagi!" Ujar Jenan dengan nada khasnya.

Bukannya kesal, Jeffran malah tertawa kecil menyaksikan tingkah Jenan. Jeffran mendorong pelan dada Jenan, menatap pemuda itu.

"Lo unik banget sih? Hahaha"

Jenan tersenyum, "Hehe mama aku yang bilang ke aku, Jeffran. Kalau kita elus tempat yang ada sakitnya dan suruh sakitnya pergi nanti sakitnya beneran pergi kok!" Ujar Jenan dengan raut seriusnya.

Jeffran menatap aneh pemuda itu dan kembali tertawa kecil. Jenan yang melihatnya hanya bisa tersenyum lebar karena Jeffran sudah ceria saat ini.

Ketika tawa Jeffran berakhir mereka berdua saling bertatapan. Jenan yang merasa canggung pun teringat sesuatu.

"Hm, Jeffran"

"Iya?"

"Maafin Rennier ya. Dia gak bermaksud mendorong Jeffran kok, aku yakin itu. Sekejam-kejamnya mulut Rennier dia gak bakal melukai orang secara fisik dengan tega. Mungkin Rennier melakukan itu karena dia iri sama Jeffran" jelas Jenan sambil memainkan jari-jari tangannya.

"Iri? Iri gimana?" Tanya Jeffran penasaran.

"Jeffran kan ganteng dan jadi idola cewek-cewek apalagi anak kesehatan. Nah Rennier ini tuh iri banget sama Jeffran soalnya dia juga pengen punya pacar anak kesehatan tapi dia gak bisa, Jeffran".

"Gak bisa?"

Jenan mengangguk, "Iya, Jeffran. Rennier, aku dan bang Markus.. kami bertiga anak culun. Kami terlalu cupu untuk didekatin ataupun mau mendekati cewek."

Jeffran menatap tepat ke netra Jenan, "Jangan bilang karena itu lo sama temen lo yang ngedorong gw nyari masalah sama gw?"

Jenan menggelengkan kepalanya sangat kuat, "E-ENGGAK"

"Lah terus?"

"J-jenan cuma mau temenan sama Jeffran kok!"

"Hah? Lo ngomongnya kok ga nyambung?"

fakboi ; 3 burungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang