"haus"ucap diat sambil mengelus bagian lehernya.
Serentak yang berada di ruang ICU menoleh.
"Ehh udah bangun lu yat , kenapa? Haus?"tanya putra.
"Iya nih put. Tolong ambilin gua air dong."
"Iya nih"putra memberikan air kepada diat. "Duduk yat. Jangan tiduran"kata putra seraya membantu diat untuk duduk.
"Gue kira elu udah mati Yat"ucap mungga sambil melirik diat.
"Heh lu ye mungg , temen lu tuh"ucap jaki sambil menodongkan jari telunjuknya ke arah muka Munggaran bisa disebut mungga.
"Gua lebih rela lo yang mati"ucap abun melirik sinis mungga.
Mungga yang dikatain begitu lantas cemberut. "Ah ga asik lo pada kan gua bercanda."
Diat menatap seluruh ruangan yang ia tempati sekarang. Celingukan ke sana ke mari, Mencari keberadaan Rafi.
"Cari apa?"tanya abun.
"Rafi sama husein kemana?."
"Gatau"ujar semuanya.
"Gua dibogem lagi gak ya , put , mungg , Bun , Jak"ucap diat menatap satu persatu sohibnya. "Ntar kalo gua mati bayarin utang gua yang di wardep ya?"ucap diat semakin tidak waras.
"Tenang yat. Ntar jadi doa mampus Lo"ucap putra.
"Selow kaya dipantai. Mana mungkin Rafi Setega itu"ucap abun.
"Mana sempat keburu telat. Hooh mana sempat keburu telat"jaki ketawa begitu keras. Sampai sampai pundaknya ikut bergetar.
Jaki menatap semua temannya yang berada di ruangan itu "loh kok ga ketawa? Dikit lagi pasti lucu , dikittt lagii"ucap jaki berusaha mencairkan suasana.
"Garing Lo"ucap diat disertai kekehan ringan.
"Tumben Lo diem mungg. Kerasukan Lo ya "ucap putra menatap aneh mungga.
"Enak aja. Gua lagi mikir ini hmm"ujar mungga menopang dagunya. "Lo pasti dibogem abis abisan Yat"ujar mungga. Membuat diat panas dingin di tempat.
"Mung-"kata abun merasa ucapan mungga keterlaluan.
"Yaallah semoga aing selamat"batin diat.
"WAKAKAK YAT MUKA LO ASEM BANGET"tawa mungga begitu keras. "Ya habis muka lo sepet banget kek nahan boker"ucap mungga.
"Dasar enyet"ucap diat melirik sinis mungga.
"Tenang yat. Kita bantuin lo nanti"ucap putra berusaha menenangkan diat.
"Buah semangka disayat sayat
Tenang saja Abang diat"pantun abun membuat sang empu bernama diat terkekeh."Gua ga usah dirawat lah. Gada duit gua"ucap diat berusaha melepaskan infus yang melekat di tangannya.
"Heh lo yang ngebangkitin alaskar lagi. Alaskar keluarga Lo juga men"ucap abun menepuk pundak diat.
"Gada duit guanya"ucap diat menunduk.
Cittt..terdengar suara decitan pintu.
"Biar gua yang bayar semua"ucap Rafi.
Rafi berlari menuju ranjang diat. Memeluk nya ala cowo.
"Yat maafin gua yat"ucap Rafi tepat di telinga diat.
"Gua yang harusnya minta maaf fi. Gua yang salah. Maafin gua fi"ucap diat.
"Nah gini baikan kan enak diliatnya"ucap putra menatap diat dan Rafi.
"Mangkanya fi , coba Lo tahan emosi"ucap abun.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFJENG (Relationshit)
Teen FictionTerkadang kurasakan beban yang menghimpit , cacian yang membebani , sakit yang kupendam selama ini. Jujur aku ingin seperti dulu roda kehidupan yang aku miliki sekarang sudah hancur , bukan bukannya aku tidak bersyukur. Tapi aku ingin hidup seperti...