Prolog

286 110 31
                                    

Seorang gadis terduduk dalam diam. Matanya melihat ke arah luar jendela. Ia tersenyum,

'Damai', batinnya.

Langit biru, dengan beberapa awan putih terlihat menghiasi. Ia semakin mendongakkan kepalanya keluar jendela, sejenak ia tersenyum nanar. Melihat berjuta rumah yang kini ia tinggalkan di bawah sana.

Setetes bulir air jatuh mengenai pipinya. Terasa hangat. Mungkin ia merasa nyaman dengan kehangatan air matanya sendiri, hingga ia enggan untuk menghapusnya.

Ia menghembuskan napasnya.
Senyumannya kembali mengembang. Terlihat indah diantara tetesan air mata yang kini mengalir lebih cepat.

Tingg
Terdengar suara alarm tanda mengenakan sabuk pengaman telah dipadamkan.
Pesawat yang ia tumpangi telah melaju mantap menuju pemberhentian di negara berikutnya.

'Terima kasih.' Batinnya kembali berucap.

Ia terdiam, menjeda kalimatnya untuk memberi ruang bagi air matanya yang kembali menetes.

"Terima kasih untuk semua hal yang telah Kau berikan padaku, Tuhan. Aku belajar banyak hal. Terlalu banyak, hingga rasanya aku ingin beristirahat. Kini, izinkan aku untuk kembali menikmati kedamaian ini di tempat yang berbeda.
Sekali lagi terima kasih. Selamat Tinggal
."

Seusai batinnya menumpahkan emosi yang telah ditahannya, ia menghembuskan napasnya.
Entahlah, apakah itu sebuah ekspresi kelegaan? Ekspresi bahagia? Ataukah putus asa?
Bahkan gadis itu pun ragu, jawaban apa yang ia inginkan.

Hanya satu yang ia yakini,
Langit selalu sama. Dulu ataupun sekarang. Cerah ataupun mendung. Langitnya akan selalu dan tetap terasa damai. Entahlah, apakah itu hanya asumsi penyemangatnya, atau suara hati kecilnya?

---- Molita Zadhina ----





🌙🌙🌙
Welcome to my first story on wattpadd.

Really a beginner di dunia pernovelan, mohon bantuan sarannya yaa.

Jangan lupa vote dan commentnya. 


Semoga sukaa❤

Happy reading! 고마워 :)❤

Langit Untuk Molita [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang