.
.
.
.Waktu sudah menunjukkan jam makan malam. Artinya keluarga kerajaan yang ada di kastil harus segera menuju ruang makan.
"Dimana Olivia?" tanya Rafael sambil melihat-lihat sekitar. Tidak terlihat sama sekali batang hidung adik bungsungnya itu.
"Aku belum melihatnya sedari tadi," jawab Vincent.
Rafael beranjak dari kursinya. Ia membuka jendela ruang makan, terlihat adiknya sedang berlari dengan Jillano, kekasihnya. Sepertinya mereka habis bepergian jauh.
"Dia pergi dengan kekasihnya. Kau tahu?" tanya Rafael pada Louvin.
"Tidak taun. Dia tidak memberi tahu apapun pada saya," Rafael hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Tidak lama, pintu ruang makan terbuka mengejutkan orang-orang yang ada di ruangan itu. Olivia datang dengan keringat membasahi wajahnya. Di belakanganya ada seorang pelayan dan Jillano. Olivia dan Jillano menunduk pada Rafael.
"Kita sudah terlambat makan malam. Sebaiknya kalian duduk,"
Makan malam pun dimulai. Tentunya tidak ada yang berbicara selama makan. Yang ada hanya suara dentingan sendok dan garpu. Suasana seperti ini sebenarnya biasa saat makan, namun sepertinya kali ini berbeda.
Olivia melirik melihat kakaknya. Wajahnya terlihat sedikit tegas. Biasanya kalau makan malam wajahnya akan terlihat santai. Ah, mungkin ini karena ia pergi tanpa izin. Huh, matilah aku batin Olivia.
Makan malam selesai dalam lima belas menit. Sesudahnya, seluruh penghuni kastil langsung pergi beristirahat. Namun kali ini Rafael meminta Olivia dan Jillano menunda waktu istirahat mereka.
"Kau terlambat makan malam Olivia. Lagi"
"Maaf. Aku-"
"Bisa jelaskan kau pergi darimana?" Rafael menatap tajam Olivia, membuat gadis itu menunduk.
"Aku, pergi ke-" Olivia menjeda perkataannya. Rafael beralih menatap Jillano.
"Kami, pergi ke dunia manusia yang mulia" Rafael membulatkan matanya. Sepengetahuannya, dunia itu sangatlah berbahaya bagaimana bisa Olivia dan Jillano pergi kesana.
"Ah, aku tahu aku bersalah. Aku pergi karena tidak ada izin sama sekali. Juga, aku tidak pergi dengan orang suruhan kerajaan-"
"Jillano kau boleh pulang," Jillano menatap Olivia. Olivia memberi isyarat agar kekasihnya itu segera pergi.
"Terimakasih yang mulia" Jillano membungkuk kemudian pergi.
"Bagaimana kalau ada bahaya terjadi padamu? Setidaknya kau beri tahu aku atau Vincent. Kau punya dua kakak laki-laki apa kau lupa?" Olivia menunduk nanun tatapannya terlihat nalas.
"Ya sudah, kau boleh istirahat. Aku tidak mau kau melakukan ini lagi. Apalagi kau pergi ke dunia asing,"
"Baiklah," Olivia pergi sementara Rafael masih tinggal.
Adik perempuannya memang seperti itu. Pergi ke suatu tempat tanpa izin atau tanpa pendamping. Walaupun dia sudah besar, tapi Rafael tetap mengkhawatirkan Olivia. Rafael tidak mau kehilangan keluarganya lagi.
Pintu ruang makan kembali terbuka. Itu Louvin. Mungkin ia kembali setelah melihat Olivia pergi.
"Tidak ke kamarmu?" Louvin duduk di kursi kosong sebelah Rafael.
"Aku baru akan kesana, tapi kau datang," Louvin terkekeh.
"Olivia pergi kemana? Ke kerajaan seberang lagi?" Rafael menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of Magic
FanfictionApa kau percaya, karena sihir kau bisa bertemu dengan cintamu? Mungkin itu mustahil bagi kalian, namun bagi Rafael itu nyata.