Memancing di Atas Jembatan

37 2 2
                                    

Malam ini, beredar sebuah berita tentang seorang remaja lelaki yang membunuh kekasihnya di bawah jembatan.
Sebelum mati tiba di antara keduanya, gemiricik air meramaikan resah di dada masing-masing.
Lalu resah itu termuntahkan menjadi sumpah serapah yang terus menguar bak keran yang pengaitnya rusak.
Baku hantam hanyalah sebuah ilusi bagi para pembaca.
Sambung kalimat yang mendrama hanya ada dalam sinetron yang kerap tayang Senin-Jumat, meninggalkan akhir pekan.
Kematian itu tiba tanpa perlu susah payah memanggil izrail untuk menjadi wasit.
Izrail bahkan hanya menepuk telapak tangan di atas jubahnya yang gelap.

Seorang gadis menggapai-gapai udara kosong, sedang dari lehernya, mengalir selai stowbery yang tidak memiliki bintik-merah saja.
Lantas, seperti helai daun yang jatuh di atas sungai, tubuh berselai itu terombang-ambing di dalam air tak bergelombang.
Mata malaikat izrail melirik lelaki yang pakaiannya basah kuyup, namun tak menetes.
Sedangkan aku melanjutkan menatap bulan, sambil menunggu ujung kail tersangkut di mulut ikan lele.

Sabtu, 16 Mei 2020

Kalau Kuajak Ber-Sabtu Malam dengan Puisi, Apa Kau Mau?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang