BAB 1

206 20 3
                                    

Hidup adalah perjalanan singkat. Singkatnya, kita bertemu dan aku terluka.

• • •

Matahari sudah kembali menampakkan diri ke planet biru ini. Sinar meganya dapat membuat siapa saja terbangun dari tidur nyenyaknya. Ditambah suara kicauan burung yang saling bersahutan, seakan-akan dibuat sebagai alarm alami dari semesta.

Tapi itu semua tidak berlaku bagi laki-laki bertubuh jangkung ini. Dia masih nyaman bergelayutan dengan selimut tebalnya. Menghiraukan suara-suara yang sedari tadi mengusiknya.

"JERALLD!! BANGUN WOII! GAK KULIAH LO?! UDAH SIANG BAGONG!" teriak Sultan tepat ditelinga Jeralld.

Hal itu berhasil membuat Jeralld membuka matanya terkejut akan teriakan sang kakak. Tapi hanya berlaku beberapa detik, setelahnya Jeralld kembali memejamkan mata. Terlelap.

"Heh! Malah molor lagi nih bagong! JERALLD KULIAHHH!! LO GAK LUPA KAN HARI INI YANG NGAJAR PAK YANTOO!!" geram Sultan.

Saat mendengar nama Pak Yanto, Jeralld kembali membuka matanya. Tidak hanya membuka matanya lebar, perkataan Sultan sudah cukup membuat Jeralld mendudukkan diri dari rebahannya.

Bergegas melihat kearah jam yang menggantung di dinding berseberangan dengan tempat tidurnya. Betapa terkejutnya Jeralld saat mengetahui waktunya hanya tersisa 15 menit lagi. Dengan seribu langkah, Jeralld sudah berada di kamar mandi. Dia tidak punya banyak waktu sekarang.

Bukan karena apa-apa Jeralld begitu ketakutan, hanya saja kenyataan bahwa Pak Yanto adalah guru ter-Killer di kampusnya sudah cukup bukan untuk menjadi alasannya.

Melihat itu, Sultan hanya dapat menggelengkan kepalanya. Hanya untuk membangunkan adik tidak tahu diri itu, Sultan sudah dibuat terlambat bekerja sekarang. Entah apa yang dilakukan Jeralld malam tadi hingga bisa kesiangan seperti ini.

Tamat sudah riwayat seorang Jeralld Prayoga. Jalanan pagi ini sangat padat, hingga membuat kemacetan panjang, tidak seperti biasanya. Apakah semesta sedang mengutuknya?

"AHH SHIT!" frustasi Jeralld sambil memukul setir mobilnya.

Tidak peduli dengan keadaan. Jeralld memutuskan berlari dengan jarak yang lumayan jauh ke kampusnya. Tidak ada cara lagi selain ini.

Ditengah-tengah kegiatan berlarinya, Jeralld kembali teringat kejadian malam tadi. Dimana dia dengan mati-matian menamatkan salah satu gamenya. Ya, itulah penyebab dari permasalahan pagi terkutuk Jeralld hari ini. Membuat Jeralld memaki dirinya sendiri.

Kaki-kaki panjangnya dengan tergesa-gesa menapaki satu demi satu anak tangga lobi kampus. Entah mengapa sangat sulit baginya untuk mencapai anak tangga teratas hari ini, berbeda dengan hari biasanya.

Semua yang terjadi hari ini sangat berbeda dari hari biasanya.

Netra yang tadinya fokus pada anak tangga, kini teralihkan kepada perempuan berpipi gembul dengan setumpuk buku tebal dipelukannya. Terlihat perempuan itu juga tengah berlari sepertinya. Dapat ditebak mereka berdua sedang dalam nasib yang sama. Terlambat.

Perempuan itu berlari dengan sangat gila, tidak menghiraukan sekitarnya, membuat Jeralld ternganga. Kenyataan bahwa kaki Jeralld jauh lebih panjang dari perempuan itu dan barang-barang bawaan Perempuan itu jauh lebih berat dibandingkan dengan dia, membuatnya berpikir, apakah kakinya sudah menyusut?

Ending Scene | JAEROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang