Teman.
Suatu hari ketika ceria ini mereda, tetaplah disisiku. Ketika aku tahu segalanya tentangmu, kita harus saling percaya. Bisakah tetap disini lebih lama? Lebih lama, dari bumi yang mengelilingi matahari. Lebih lama, dari banyaknya janji dan kenangan.• • •
Rose hanya merotasikan bola mata pongah melihat kekonyolan kedua temannya di tengah suasana kantin yang ramai."Gak jelas banget lo berdua" Elliana yang juga jengah akhirnya angkat bicara. Tidak dengan Lunda yang lebih memilih berkutik dengan layar ponselnya, tidak peduli.
"Kalian gak liat tuh yang pake rok biru? Kece banget anjir" entah apa maksud dari perkataan Yuna, namun kembali dibalas gelak tawa mengejek dari Mirana.
"Gue aduin baru tau rasa lo" ancam Jinan saat mengetahui orang yang menjadi bahan tawaan Mirana dan Yuna tidak lain adalah salah satu dosen mereka.
Tidak peduli dengan apa yang dikatakan Jinan, keduanya kembali menciptakan suara bising dengan gelak tawa mereka. "Sumpah deh, kece banget rok sama bajunya. Kayak mau konser gitu loh" kompor Yuna, lagi.
Rose menggelengkan kepala, meratapi nasib kejiwaan kedua temannya. Doakan saja Mirana dan Yuna tidak terkena karma.
"Enak juga nih dibikin, bahannya juga simple. Besok bikin ini aja ah" perkataan itu mampu membuat perhatian Rose yang semula tertuju kepada Mirana dan Yuna, kini teralihkan kepada gadis bersurai sebahu itu.
Terjadilah aksi saling tatap yang berlangsung tidak lama. Tanda tanya tercetak jelas pada wajah Jinaya.
"Jangan lupa bagi ke gue ya, Nay" ucap Rose cengengesan, saat mengetahui apa yang sedang dilakukan Jinaya. Menggulir layar ponsel dengan tujuan mencari ide masakan adalah kebiasan Jinaya.
"Iyaa, tenang aja"
Senyum merekah dapat terlihat jelas diwajah mulusnya. Tidak ada yang bisa membuat Rose sebahagia itu jika sudah bersangkutan dengan makanan.
Rose meringkuk memeluk perutnya, merasakan cacing-cacing didalam sana sedang berporak-poranda. "Makanannya kapan dipesen sih Li? Jangan bilang lo gak jadi traktir kita" prasangka buruk Rose, karena Elliana tidak kunjung memesan makanan untuk mereka.
"Sabar dikit lagi ih, Olin juga belum datang kan? Tunggu orangnya lengkap dulu ya teman-teman tercinta"
Dengusan kasar Rose dapat terdengar dengan jelas, Elliana hanya mengidikan bahu acuh.
Sepersekian detik setelahnya. Pintu berlapis kaca itu terbuka, memperlihatkan gadis berbalut dress ungu selutut lengkap dengan jepit mungil bertengger di surai hitamnya. Tatapan asing seisi ruangan tidak terelakkan kepadanya.
"Sorry ya guys, wawancaranya baru selesai" pintanya dengan aksen inggris yang lebih mendominasi.
"Lama amat. Wawancara apa pembagian sembako sampe jam makan siang begini" Lisa angkat bicara saat merasakan perutnya sudah mulai kempis.
Rose menatap Elliana penuh harap saat menyadari tidak ada yang perlu ditunggu lagi. "Udah lengkap nih Li. Pesan sekarang ya!" semangatnya.
"Hehh belom lah. Tuh, tuh, tuh masih banyak kursi kosong, tunggu bentarrr lagi" ucap Elliana dengan tangan sambil menunjuk-nunjuk kearah kursi yang masih kosong di meja mereka.
Mereka semua benar-benar tidak mengerti dengan apa yang tengah direncanakan Elliana. Dengan kesibukan masing-masing dari mereka, sangat sulit hal seperti ini untuk dilakukan. Bukan sulit, hanya saja sangat jarang. Walau seperti itu, ikatan yang terjalin sangatlah kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Scene | JAEROSE
FanfictionSaling asing menjadi awal dari kisah ini. Frasa yang lainnya? Lihat saja kapan datangnya. Kisah ini dibuat untuk kalian yang masih terjaga tanpa melepas hari yang telah lalu. Berharap kalian dapat merasakan setiap ungkapan walau hanya dengan tuli...