39 0 0
                                    

Kelasku memang isinya siswa siswi pintar. Namun tidak seperti di dalam cerita-cerita fiksi kelas murid unggulan akan sangat membosankan, justru kelasku inilah yang sangat ramai.

Mereka memang pintar dan menjadi kelas unggulan, namun tidak menutup kemungkinan untuk berprilaku bobrok jika tidak ada guru.

Mereka hanya tidak melanggar aturan sekolah seperti bolos, tidak mengerjakan tugas, seragam acak-acakan, merokok, dan pelanggaran lainnya. Mereka sangat rajin dan rapih. Tapi tetap saja, diluar itu mereka tetap siswa siswi pada umumnya yang akan jenuh ketika diforsir belajar.

Seperti pagi ini, kelas ini sangat ramai lebih dari biasanya. Aku yang baru masuk kelas langsung geleng-geleng kepala melihat kelakuan Daren dan Abian yang sedang berjoget didepan dengan percaya dirinya.

Ada juga yang sedang membaca buku, tipikal murid teladan yang sesungguhnya. Hebatnya ia bisa tahan baca buku sambil mendengar keributan ini.

Aku langsung menghampiri adef yang sedang menulis entah apa tapi keliatan sangat serius.

"Pagi def"

Adef menoleh, tersenyum menampilkan eyesmile nya yang sungguh sangat indah menurutku.

"Pagi ra"

"Ini tumben sekali kelas pagi begini tidak beraturan, memang mereka tidak takut guru akan datang?"

Adef masih melanjutkan menulisnya, kulihat ternyata itu catatan fisika dan beberapa lembar soal. Aku yakin sekali ini pasti suruhan bu Rania. Adef ini sangat jago fisika, makanya ia sering menjadi perwakilan sekolah untuk olimpiade fisika, dan sepertinya akan mengikuti olimpiade lagi.

"Hm, itu, memang kau tidak tau? Sekarang ini guru-guru sedang mengadakan rapat untuk acara olimpiade yang akan diselenggarakan bulan depan. Tempatnya di sekolah kita"

Aku hanya mengangguk-angguk saja. Pantas saja, mereka sangat bebas berkeliaran di dalam kelas. Jika jamkos begini, mereka memang tidak bolos, hanya saja berisik karena semuanya dilakukan di dalam kelas seperti main game, bergosip, dan lain sebagainya.

"Ngomong-ngomong, kau sedang apa? Apa kau jadi perwakilan sekolah lagi?"

Adef mengangguk, "iya, aku sebenarnya malas sekali. Berharap orang lain saja seperti Qian dan Sena. Mereka juga kan pintar"

Dasar Adef, bukannya bersyukur menjadi kepercayaan sekolah, ia malah mengeluh. Tapi memang sih, aku pernah mengikuti olimpiade kimia sekali, dan sungguh sangat menyita waktu.

"Kau harusnya bersyukur jadi kebanggaan sekolah. Yasudah, aku tidak akan mengganggu"

"Ra, nanti jam istirahat aku tidak ikut kalian ke kantin. Tapi bawakan makanan ya"

"Oke"

Aku berjalan kearah tempat duduk ku yang berada di sebelah Fei. Asal kalian tau saja, Fei ini menyukai Adef, sedaritadi ia memperhatikanku dengan Adef. Tapi aku masa bodo, karena memang dia ini menyebalkan.

"Hei Yahara, kau tadi berbiaca apa dengan Adef?"

Aku mendelik. Baru saja aku membicarakannya, ia sudah bertanya-tanya.

"Tidak ada urusannya denganmu", ingin rasanya aku mengabaikannya. Namun dia pasti terus mencecarku.

"Hei jangan bohong. Kalian tidak berpacaran kan?"

Oh sungguh aku ingin tertawa tapi kutahan. Hei, aku ini sudah bersahabat dengan Adef sejak kami sekolah dasar. Lagipula, kami ini masih ada hubungan darah. Memang tidak ada yang tau kalau aku dan Adef bersaudara.

"Memangnya kenapa kalau aku berpacaran dengan Adef?", sepertinya seru jika aku menantangnya.

"Ya! Kau tau aku menyukainya."

unilateralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang