two

4.6K 444 34
                                    

"So ... you take pictures?"

Meeting satu setengah jam—dengan bumbu-bumbu awkward antara Jeongguk dan Taehyung berakhir sebelum makan siang. Mia sempat tembaknya dengan tatap penuh pertanyaan; yang dibalas Taehyung nanti aku cerita.

Dua orang selain ketiganya—Hyejin dan Wheein dari bagian tim kreatif—undur diri seselesainya meeting. Begitu pun Mia; karena dia perlu atur jadwal Taehyung selama dua minggu ke depan.

"Yeah. We were too eager that night sampai nggak ada perkenalan proper." Jeongguk memulai; ada nada shame underlining kalimatnya. Bergelut dengan kelim jaket; kentara pria itu gugup.

Di mata Taehyung, hal itu lucu. Cute. Ketika impresi pertamanya pada Jeongguk adalah; pria itu sulit digapai. Tercermin dari bagaimana sang fotografer membawa diri.

"Can't help it. You're too exquisite." Taehyung berkata pelan—sedikit flirting, karena dia suka semburat merah yang muncul di pipi si lawan bicara. "Anyway, kamu udah tahu namaku, jadi ... hi, I'll be your model for this project. So—I hope we'll get along?"

Jeongguk terima tangan Taehyung. Jabat tangannya kuat; percaya diri. Tunjukkan status.

"Yeah. Same here," katanya. "Dan kuharap nggak terlalu berlebihan kalau aku ingin bawa kamu makan siang?" Lalu pertanyaan itu terlontar. Hati-hati; sebelum Jeongguk buru-buru merevisi. "Kalau kamu nggak sibuk, tentu."

"Hey." Taehyung angkat suara. "Kalaupun aku punya jadwal setelah ini, I'll spare my time for you, Jeongguk. Ayo?"

Maka, ajakan Jeongguk berakhir diterima. Tawarkan diri bantu rapikan berkas-berkas rencana project; masukkan ke map milik Taehyung. Bukakan pintu untuknya, bahkan. Ke luar ruang meeting serta di lobi. Terima pukulan kecil Taehyung waktu dia minta maaf tak bawa mobil hari itu.

Taehyung tahu tempat makan tradisional dekat sini. Yang disambut senang hati oleh Jeongguk. Dan mereka jalan bersisian. Penuhi spasi dengan obrolan.

Ketika keduanya sampai dan pramusaji tawarkan tempat, Taehyung meminta area merokok. Tangkap tatap onyx dari sisi kirinya; sedikit berharap Jeongguk tak keberatan.

(Overthink-nya tak berbuah apa pun karena Jeongguk keluarkan pemantik dan kotak rokok tersisa tiga batang.

"I've been trying to quit." Jeongguk lirihkan di bawah hela napas. "And I'm failing."

Tawa Taehyung renyah. Dia terima pemantik dengan hiasan kepala singa milik Jeongguk. "Kamu nggak sendiri. Seharusnya ini jadi new year resolution tahun ini, well, ini bulan Mei dan aku sudah gagal.")

Mengobrol dengan Jeongguk—despite ini cuma pertemuan kedua mereka; mudah. Taehyung tak perlu ketakutan lantaran bingung cari topik. He himself is an extrovert; tapi kadang dia tak ingin bosankan lawan bicara. Usaha cari topik obrolan cukup general agar tak buat orang lain kurang nyaman.

Bersama Jeongguk—semuanya lancar. Taehyung bahas jenis wig yang digunakan salam film It pun, Jeongguk akan sambutnya suka cita.

"How is it? The States?"

Jeongguk hela tawanya. Seakan sudah prediksi pertanyaan macam ini. "It was good. Lebih bebas dibanding negara ini, tentu. But, yeah, it can be so much different. Kebiasaan-kebiasaannya, cara menyapa orang dari tingkatan tahun berbeda," jelasnya; utarakan pikiran.

"Really? Bahkan dengan orang tua sekalipun?"

"Aku pernah saksikan seorang remaja perempuan bertengkar dengan ibunya di subway. Apparently, she's only sixteen that time, dan dia memaksa tak mau lagi tinggal bersama keluarganya." Jeongguk bercerita panjang lebar. Jelaskan bagaimana pasangan orang tua-anak itu curi perhatian di tempat umum, bahkan butuh seorang penjaga untuk lerai keduanya. "Itu cuma satu dari sekian. Setiap ingat kejadian itu, aku selalu teringat Mama di Busan."

[✓] Lowkey • KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang