epilogue

4K 399 47
                                    

Adalah alarm berbunyi nyaring dan bias matahari lewat gorden; yang sambut Taehyung di detik pertama dia buka mata.

Suasananya hangat, despite karena dia bergelung di bawah selimut tebalnya semalaman. Ah, ya. Dan ada heater tambahan yang saat ini peluk erat tubuhnya dari belakang. Rasakan lehernya menghangat; dan fakta bahwa interaksi kulit ke kulit dengan personal human heater-nya buatnya mengingat kejadian beberapa jam ke belakang.

Jeongguk benar buktikan kata-katanya. Dia muncul di depan pintu flat Taehyung seselesainya acara. Luar biasa panik saat Hoseok yang bukakan pintu, hening sebentar, sebelum si koreografer tepuk bahunya. Senyum tersungging serta deham pelan.

"He's there, crying. Go comfort him," katanya. "You did the right thing. Terima kasih untuk tidak lukai hatinya." Kalimat Hoseok tulus; gambarkan bagaimana orang-orang dari past relationship Taehyung perlakukannya tak adil. "I'm gonna head out now; you need the flat to yourself—"

"What—"

Hoseok tersenyum licik. Dua individu itu tahu artinya.

Berengsek. Jangan mulai dengan peristiwa pertama yang pertemukan Taehyung dan Jeongguk. Fucking in the stall, for God's sake!

Maka selepas Hoseok pergi, Jeongguk tarik napasnya pelan. Kali kedua kunjungi tempat ini; namun situasinya berbanding terbalik dengan yang pertama.

Letakkan sepatu di sebelah rak, langkahkan kaki pelan. Seolah suara sedikit pun akan buyarkan konsentrasinya. Iya. Misinya sekarang adalah temui Taehyung; tenangkannya, dan mungkin berinya sedikit penjelasan. (Disusul dengan pernyataan pentingnya, tentu.)

"Taehyungie?"

Lorong dari pintu menuju ruang tengah terasa panjang. Permukaan tangan berkeringat. Sosok Taehyung masih belum terlihat.

Hingga sekian langkah kemudian, deguk halus seseorang terdengar. Hati Jeongguk serasa melilit. Sisi rasional otaknya bilang, pastilah Taehyung emosional. Jeongguk baru saja secara tak langsung umumkan relationship mereka di saluran teve nasional.

Figur Taehyung hampir tenggelam di tengah sofa. Tekuk lutut dan peluknya; perasaan Jeongguk tambah kalut.

Percepat langkah dan hampiri objek yang akhir-akhir ini okupasi pikiran. Sebelah tangan sapu anak rambut Taehyung yang tutupi dahi. Suaranya pelan kala panggil namanya, sedangkan the latter geleng kepala menolak angkat wajahnya.

"Face me, please?" Jeongguk meminta lagi.

"You just confessed—" Taehyung menggumam kecil; suara terbenam lipatan tangan. "—in front of everybody."

Tawa Jeongguk menggantung di tenggorokan; entah pertanda baik atau buruk, dia tak paham.

"I did." Dia mengamini. "I'm sorry ...."

Kali ini, Taehyung angkat kepalanya. Dahi mengerut, rambut bagian depan teracak. Air mukanya berantakan dengan sisa jejak airmata mengering di kanan kiri pipi. Bibir mengerucut.

Satu pukulan mendarat di bahu Jeongguk. Alis si pelaku menukik.

"Tae?"

"Kenapa minta maaf?" tanya Taehyung galak.

Jeongguk—di sisi lain, telan air liur gugup. Oke. Um. Apa dia salah bicara? Sial.

"Kamu ... nggak keberatan?"

"Why would I?" Sekarang Taehyung melipat dua tangan; basically dalam posisi adili Jeongguk. Sebenarnya terlihat lucu—pemandangan ini. Jeongguk practically duduk pasrah.

[✓] Lowkey • KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang