Jeno

242 42 0
                                    

DISCLAIMER.

Chapter ini berisi semua ide imajinatif saja, tidak ada unsur ilmiah sama sekali. Sehingga diharapkan kebijakan pembaca sekalian.

-denachtwacht

dan juga, terimakasih untuk yang udah vote dan comment ♡(◡‿◡✿)

HAPPY READING!

Dalam tidurnya, Jeno selalu memanggil Jaeminnya. Perasaan bersalah karena tidak bangun lebih cepat selalu menghantui Jeno. Kepergian Jaemin ketempat yang tidak ia ketahui menjadikan Jeno sangat frustasi—hingga terbawa mimpi.

Jeno selalu mengharapkan Jaemin mengetuk pintu kamarnya kembali. Namun hal itu tak pernah terjadi. Hal yang menjadi pertanyaan besar bagi Jeno adalah ruangan yang tampak kosong diseberang kamarnya. Ruangan dengan satu bulatan besar pada lantainya, sementara sekelilingnya yang kosong—hanya coretan kecil tanpa pola pada dinding.

Selepas kepergian Jaemin, ia menggantikan Jaemin bekerja pada kedai Ny. Park. Wanita tua itu tak pernah mempermasalahkannya, karena Jeno memang pernah bekerja padanya lima tahun yang lalu. Namun, kepergian Jaemin yang mendadak, menjadi pertanyaan besar baginya. Meskipun begitu, ia tetap tidak peduli, sepanjang penghasilannya tidak berkurang dari kedai tersebut.

Setiap harinya, Jeno mencoba mempelajari hal-hal yang ditinggalkan Jaemin pada ruang tengah—ruang kerja Jaemin—seperti sketsa ruangan kaca, rumus-rumus fisika, literatur antar dimensi, kinerja ruang dan waktu dan semua hal yang begitu memusingkan bagi Jeno.

★★★

7 tahun kemudian

Jeno yang baru pulang dari resepsi si bungsu Ny. Park menghempaskan badannya lelah. Seluruh badannya terasa sangat lelah, karena ia menjadi tangan kanan Ny. Park dalam mengurus pernikahan Jisung dan Chenle. Selagi mencoba untuk beristirahat, Jeno masih mengedarkan pandangannya ke langit-langit ruang tamunya. Jemarinya ia arahkan keatas seraya mengingat Jaeminnya.

Tak lama ia tersadar, bahwa ruang tamu mereka sangat penuh dengan lukisan. Semua lukisan yang ada hanya mencerminkan satu cerita tentang kesedihan—yang mendalam—seseorang seraya merindukan orang tercintanya. Dan ia yang menyebabkan Jaemin mulai mengoleksi semua lukisan ini, karena seingatnya, Jaemin tak pernah tertarik pada lukisan.

Tetes air mata perlahan jatuh dari mata lelaki tampan itu. Ia sangat merindukan—teramat sangat—lelaki manis yang dulu menunggunya untuk bangun. Setelah berbenah diri, Jeno kembali duduk dimeja kebesaran Jaemin diruang tengah.

Jeno sangat paham, bahwa Jaemin telah bermain dengan waktu. Semua ini dilakukan Jaemin untuk bertemu dengannya dimasa depan. Karena Jeno yang memang tidak ingin untuk membuka mata saat itu. Namun, setelah hari-hari berlalu bahkan menjadi tahunan, Jeno menyadari, bahwa ia tidak dapat menemukan Jaeminnya.

Sementara dilain sisi, Jaemin berada disuatu tempat yang sangat berbeda. Ia tidak yakin bahwa ia berada di tempat yang seharusnya. Namun, semua yang ada disekelilingnya sangat berbeda dari harapannya. Tidak ada Jeno, tidak ada Jisung, Ny. Park, dan Chenle. Yang ia temukan hanyalah sebuah tempat penuh dengan gear dan tempat tidurnya. Namun, terdapat makanan disana—yang ia tak yakin itu punya siapa.

Namun, Jaemin yakin. Bahwa ia berada diantara ruang dan waktu, karena semua yang ada dihadapannya tidak berjalan dengan baik. Jam yang berada pada tangannya tiba-tiba saja mati, begitu juga jam weker yang ada disampingnya. Meskipun ia tak yakin bahwa tebakannya benar.

Namun, ketika ia teringat kembali pada Jeno. Tiba-tiba saja suatu portal terbuka, tanpa ragu Jaemin masuk kesana dan menemukan sebuah ruangan hitam, namun penuh dengan cahaya—seperti terangnya malam akibat sinar rembulan dan bintang. Didalam ruangan itu, Jaemin menemukan Jeno yang tengah tiduran pada sofa kesayangannya. Selain itu, Jaemin juga melihat pernikahan Jisung dan Chenle yang dihadiri oleh Jeno.

Otak pintar Jaemin seketika memproses semua kejadian yang ada.

Jeno berusaha keras untuk mempelajari kembali bagaimana cara Jaemin untuk pergi ke masa depan, meski ia tak tau apakah keputusannya dapat mempertemukan dirinya dan Jaemin, namun ia berusaha. Berusaha untuk mengotak-atik semua skema, figur, diagram dan semua hal yang ada dihadapannya.

Sementara itu, Jaemin yang memperhatikan Jeno, perlahan menjatuhkan jam tangannya.  Jam tangan itu tanpa sengaja jatuh dan menimpa kepala Jeno tanpa Jaemin sadari. Seketika Jeno mengaduh dan terkejut melihat jam tangan tersebut.

Jeno sangat ingat bahwa jam tangan itu merupakan jam tangan yang ia berikan sebagai hadiah ulang tahun Jaemin ke 20. Karena ia sangat hati-hari memilihkan jam tangan tersebut pada Jaemin.

Namun, entah dari mana datangnya, jam tangan itu seakan jatuh dari langit memukul kepalanya. Sementara Jaemin sangat terkejut melihat jam tangannya di tangan Jeno. Dengan penuh usaha, Jaemin mencoba melempar dirinya agar dapat jatuh pada Jeno. Namun, nihil.

Ditempat lain, Jeno yang masih mencoba untuk memikirkan sesuatu, tidak dapat menemukan petunjuk atas jatuhnya jam tangan itu. Hingga akhirnya ia terlelap dengan menggenggam erat jam tangan Jaemin yang tiba-tiba bergerak.

Tepat setelah Jeno jatuh tertidur, Jaemin terlempar keluar dari portal itu. Ia kembali ke sebuah ruangan seperti terakhir kali. Setelah mencoba untuk menenangkan pikirannya, Jaemin mencoba untuk tidur.

Keesokan harinya, Jeno mengantisipasi adanya kemungkinan benda yang akan terjatuh lagi. Sehingga membuat sikapnya menjadi sedikit aneh dimata Ny. Park. Bahkan Jisung juga mencoba meletakkan punggung tangannya pada dahi Jeno untuk memastikan bahwa lelaki ini sedang tidak baik-baik saja.

Namun, Jeno tidak membalas Jisung seperti biasa yang ia lakukan. Lelaki itu hanya melemparkan senyum bulan sabitnya pada Jisung dan bejalan melewati Jisung. Dan hanya dibalas gelengan kepala oleh suami Chenle itu.

Dilain tempat, Na Jaemin masih tertidur dengan lelapnya. Tidak terganggu dengan keadaan yang telah berubah dari realita yang biasa ia miliki. Tak lama tidur nyaman Jaemin terganggu akibat mimpi ia bertemu dengan Jeno. Mereka bertemu kembali di rumah, dengan Jaemin yang sibuk dengan peralatannya dan Jeno yang senantiasa menemani sekaligus membantunya untuk membuat sebuah jam weker.

"Mereka hanya berputar sekali, kita tidak dapat mengembalikan ke waktu yang kita mau." saat itu Jeno yang tengah bosan membaca catatan Jaemin. Jaemin kemudian berhenti dan membalas ucapan Jeno, "hal itu hanya berlaku ketika waktu yang kita hadapi seperti sekarang. Mungkin akan berbeda ketika waktu terhenti."

Tak lama, Jaemin terbangun. Mimpinya itu seperti memberikan sebuah ide di otak cerdasnya. Kemudian, Jaemin bergegas untuk membuka portalnya. Namun nihil, ia tak dapat membuka portalnya.

Dengan menggunakan semua yang ia miliki, Jaemin berpikir bagaimana cara membuka portalnya. Namun lagi-lagi tidak ada yang berubah. Selagi menunggu portal yang terbuka, Jaemin berusaha berpiki dengan cara apa ia dapat mencapai dunia Jeno.

Sementara Jeno masih sibuk bekerja di kedai Ny. Park. Banyak perkakas yang harus ia perbaiki, sehingga Jeno yakin bahwa dirinya akan pulang terlambat hari ini. Meski ia tahu Jaeminnya tidak kembali, namun Jeno hanya tetap mencoba untuk tetap berharap agar saat ia pulang, Jaemin dapat menemuinya.

Disaat Jeno memikirkannya, Jaemin lebih memilih untuk sibuk dengan semua benda disekitarnya. Semua hal yang ia rasa dapat membuka portal itu.

Tepat saat Jeno memasuki rumah setelah seharian bekerja bagaikan romusha di kedai Ny. Park, ia mendudukan diri pada sofa kesayangan Jaemin. Sekelebat bayangan Jaemin kembali menghampiri Jeno.

Dan disisi lain, Jaemin yang telah lelah dengan semua uji cobanya, tertidur sambil merindukan Jeno. Dan tiba-tiba portal itu kembali. Bergegas Jaemin menuju portal itu dan melihat Jenonya. Disana ia melihat Jeno yang tengah tertidur. Namun, tak lama ia melihat Jeno yang ditimpuk sebuah kertas—dengan tulisan tangan Jaemin.

Sekejap, Jeno langsung duduk dan membaca kertas itu.

TBC.

Hallo!!!
Akhirnya selesai juga chapter Jeno.
Untuk berikutnya akan ada chapter Nomin.

Thanks udah mampirrrr.

time traveler ; nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang