Nomin

301 51 10
                                    

DISCLAIMER.

Kisah ini hanyalah fantasi dengan sedikit sekali unsur ilmiah, sehingga diharapkan kebijakan pembaca.

denachtwacht.

HAPPY READING!

Jeno.

Jangan coba untuk mencariku dimasa depan. Biarlah aku yang akan menemuimu dari masa yang aku tidak tau dimana. Aku terjebak diantara kedua waktu. Aku melihat jam tangan yang terjatuh kemaren bisa kembali hidup, namun disini jam tangan itu mati. Jadi, cukup kau selalu pikirkan aku, maka aku yakin kita akan bertemu lagi.

Nana

Tak lama, tetes air mata turun melewati pipi Jeno. 7 tahun penantiannya tidak akan sia-sia. Ia yakin, bahwa Jaemin akan menemuinya cepat ataupun lambat. Yang harus ia lakukan hanya percaya dan tetap menunggu Jaeminnya, karena jika ia bertindak gegabah bukannya dapat menemui Jaeminnya, Jeno mungkin akan kehilangannya.

Sementara Jaemin yang melihat Jeno menangis, perlahan juga ikutan menangis. Setidaknya ia sudah memberitahu Jeno akan hal yang sebaiknya ia lakukan. Ia tak tahu sudah berapa lama ia meninggalkan Jeno dengan bodohnya malam itu. Namun, dengan itu, kini ia tahu bahwa Jeno juga sama menunggu dengannya.

Jeno masih tidak dapat menyembunyikan raut bahagianya melihat surat yang sedari tadi ia genggam. Hingga akhirnya kertas itu menjadi remuk, namun secepat mungkin Jeno kembali merapikan kertas itu hingga kembali layak. Disisi lain, Jaemin tertawa melihat tingkah laku Jeno.

Hingga malam hari, Jeno tidak dapat tidur. Pikirannya penuh dengan Jaemin yang akan menemuinya. Namun, disisi lain, Jaemin yang telah tertidur dikotak kesayangannya, melupakan Jeno dan portal yang telah menghilang.

Keesokan harinya, Jeno dengan bahagianya menyapa semua orang di kedai Ny. Park. Jisung yang melihat tingkah Jeno menggelengkan kepalanya hanya merasa temannya itu sudah gila. Dan ia berencana untuk membawa Jeno ke psiakiater secepatnya.

Sementara itu, Jaemin terbangun dengan pemandangan sekitar yang berubah menjadi gelap. Sekitarnya berubah menjadi hitam, tidak seperti diportal, namun lebih mencekam karena ia tak dapat melihat apapun. Langsung saja pikirannya berpindah kepada Jeno yang mungkin saja mengharapkan ia akan kembali, namun Jaemin juga tidak bisa menghilangkan raut paniknya.

Tiba ditempat yang ia tidak tau sama sekali, hanya tempat hitam. Perlahan Jaemin merasa bahwa tubuhnya tertarik kekiri kekanan keatas dan kebawah oleh kekuatan yang ia tak tau apa. Dan semuanya kembali menggelap.

Sementara Jeno, yang telah berharap akan menerima pesan atau apapun dari Jaemin hanya dapat menunggu. Ia berharap Jaemin dapat memberinya suatu pesan, namun nihil. Hingga ia tertidur, Jeno tidak memperoleh satupun pesan dari Jaemin.

Keesokan harinya merupakan hari libur. Ia tak ingat sejak kapan dirinya mendapat jatah libur dari bos gila uang seperti Ny. Park, namun hal itu tak jadi perdebatan karena Jeno merasa bahwa ia memang harus menanti Jaeminnya pulang. Mungkin sajakan, jika hari ini Jaemin pulang? Namun lagi-lagi, Jeno harus menelan pil pahit, karena Jaemin masih tak kembali.

Perlahan partikel tubuh Jaemin terpisah menjadi sangat kecil. Namun Jaemin tak merasakan apapun, ia hanya merasakan tubuhnya seperti dibelah banyak.

Didunianya, Jeno masih mengharapkan Jaemin setidaknya memberi kabar padanya.

Keesokan harinya, Jeno sengaja duduk disofa karena terakhir kali Jaemin memberinya surat ketika ia disana. Mungkin ia akan mendapatkan pesan disana, namun tak ada apapun.

Hal yang sama dilakukan oleh Jeno, hingga ia tampak seperti orang gila. Ia benar-benar menunggu sesuatu yang teramat tidak jelas. Terkadang Jeno tampak sangat sensitif, namun dihari lain Jeno menjadi sangat pemarah atas apapun. Bahkan Chenle juga menjadi korban kemarahannya, padahal sebelumnya ia sangat sayang pada suami Jisung itu.

Hingga setahun berlalu.

Namun, saat kepercayaan Jeno semakin tipis pada Jaemin, tiba-tiba saja jam tangan Jaemin yang senantiasa ia gunakan itu mati. Padahal ia baru beberapa hari lalu menyervis jam tangan itu. Tetapi tetap saja jam tangan itu mati.

"Apakah ini suatu pertanda?" Jeno mencoba untuk membangun kembali kepercayaannya pada Jaemin yang akan kembali padanya. Namun hal ini tetap saja terlihat mustahil baginya.

Masih dalam keterkejutannya, sosok pemuda yang sangat dirindukannya perlahan menghampiri. "Jeno!" panggilnya, dan hal ini sontak menghentikan Jeno dari keterkejutannya dan kembali dengan keterkejutan lainnya.

"Jeno!"

"Jeno!"

"Jen!" kemudian Jaemin langsung terbangun dari tidurnya. Sakit pala perlahan menghampirinya, sebab dengan refleks ia terbangun dari tidurnya. Tidak lama, Jeno yang duduk disampingnya terbangun. Dengan tangan keduanya yang masih bertautan.

"Jaemin, akhirnya kau bangun. Sudah lama aku menunggu kau bangun" balas Jeno dengan suara serak khas bangun tidur. Tak lama, Jaemin bertanya, "berapa lama aku tertidur?". Setelah mendengar pertanyaan Jaemin, Jeno pun melihat tangannya dan berhitung dengan pelan menyebut angka, "satu.. dua.." Dengan sabarnya Jaemin menunggu, hingga Jeno membalas, "satu hari. Kau tidur lama sekali. Itu tidur atau mati?" kekehan keluar dari Jeno.

"Aku mimpi buruk Jeno. Kau tertidur, dan tak bangun. Hingga aku terserap dalam black hole dan menghilang." aku Jaemin pada Jeno, kemudian Jeno mengusap pelan punggung Jaemin untuk menenangkannya. "Sssttt, itu karena kau terlalu fokus menonton filmnya."



FIN.

Yeeayyy! Akhirnya kelar juga. Maaf dengan ending yang tidak sesuai, namun karena sejak awal kisah ini adalah fantasi tentang waktu.

Setiap masukan sangat berarti, oleh karena itu, mari tinggalkan jejakkk.

Terimakasih sudah mampir,

denachtwacht.

time traveler ; nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang