Mother [ End ]

618 69 42
                                    

Memaafkan tidak menghilangkan lukanya, ia ada namun permukaannya kalah oleh besar hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memaafkan tidak menghilangkan lukanya, ia ada namun permukaannya kalah oleh besar hatinya. —

💧

Sehun menundukkan kepalanya dalam, tergelut dalam sebuah penyesalan besar membuat pria itutak kuasa untuk menatap iris Ibunya yang kini berkaca-kaca. Sedangkan Siwon masih enggan untuk melihat sosok putranya yang 2 tahun ini hilang kabar.

Ada beberapa hal yang semakin membuat Yoona teriris, yang pertama adalah surat perceraian, yang kedua adalah perminta maafan dari Sehun, dan yang ketiga adalah rasa bersalah kepada Airin dan Yuvi. Wanita berumur itu menyeka air matanya dan berusaha untuk terlihat tegar serta tegas dimata Sehun. "Jadi, bagaimana kabarmu?" tanyanya pelan, tanpa ada sedikitpun ketertarikan.

Sehun mendongak sebentar guna menatap hazel cokelat Yoona, mengigit bibir bawahnya lalu menundukkan lagi kepalanya dalam. "Entahlah," lirihnya.

Siwon menghela nafas kasar, ia berdiri dari duduknya lalu berkata dingin, "Cepat urus perceraianmu, jangan melukai hati menantuku terlalu lama lagi." katanya tanpa menatap Sehun sedikitpun, hendak pergi dari suasana kaku tersebut Siwon menoleh sejenak.

"Sudahi perilaku kekanakanmu," Dinginnya lalu pergi menuju kamar atas tanpa sepatah katapun lagi, Sedangkan Yoona masih betah untuk menutup mulut. Ia sebenarnya menunggu Sehun untuk menjelaskan semuanya dengan rinci, bagaimana, kapan, dan kenapa, semua pertanyaan tersebut ia simpan rapat dalam kepalanya.

"Bu,"

Sehun mendongak, ia lalu menghadap ke ibunya dan berlutut sambil mengenggam kedua tangan Yoona.

"Mina—ia menemuiku 2 tahun lalu, saat itu aku masih mencintainya dan memikirkan akhir kisah yang bahagia dengannya. Aku tinggal di apartemen miliknya— Bu, maafkan aku. Aku tau aku mungkin tak akan pantas mendapatkannya namun aku hanya ingin meminta maaf karena bersikap egois selama ini." bisiknya lirih, setiap kata yang diucapnya penuh rasa sakit dan penyesalan yang ia tampung hari ini.

Sehun menitikkan air mata, menangis sesenggukan, semakin erat tangisannya maka semakin erat juga genggamannya ketangan ibunya. "Bu, aku tidak tahu jika Airin hamil—sungguh maafkan aku."

"Maafkan aku bu, Sungguh." katanya lagi dan menundukkan kepalanya dalam. Sedangkan Yoona tak tahu harus bagaimana, sebagai seorang ibu melihat Sehun menangis seperti ini juga menyakiti hatinya. Namun apakah pantas putranya tersebut mendapat permintaan maaf darinya dan Airin? Wanita itu terlalu bingung hingga ia melepaskan napas kasar.

"Sehun,"

Yoona melepaskan genggamannya dan menepuk kepala putranya dengan sayang, ia mengusapnya pelan lalu berkata lirih, "Ibu tak tahu harus bereaksi seperti apa akan masalah yang kau buat selama ini."

Opening: Playing the SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang