Mata Mata

1.3K 38 3
                                    

Sebuah cerita pendek, yang di dasari kecintaan saya terhadap lagu "Bend The Rules by Niall Horan"

I just called to say
That I miss you, babe
Wondering what you're doing now
At your favorite place
You go and list the names
Is there one you're leaving out?

I'm not saying that you're lying
But you're leaving out the truth
And I'm not saying that you're guilty
'Cause I don't have any proof
Feeling like I'm going crazy
And I don't know what to do
'Cause on paper, you don't break them
But it hurts so bad the way you bend the rules
The way you bend the rules

Someone makes you laugh
I can't help but ask
But you won't say what it's about
Pour myself a glass
It won't be the last
Just all medicine for now

(Versi tidak lengkap..
Di backup ga ada.. huhuhu)

******************************

Pukul 11 malam, mataku belum juga terpejam, ku pandangi handphone ku sedari tadi menunggu Arbi untuk sekedar membaca atau membalas pesanku.

Pesan yang ku kirim tidak banyak, hanya 3 eh 4 pesan yang ku kirim berkala sejak jam 6 malam tadi. Hatiku gelisah, tak biasanya dia menghilang selama ini. Ok mungkin aku agak berlebihan, namun mungkin akan berbeda jika saja aku sebelumnya tidak menerima pesan misterius ini.

Seseorang mengirimiku foto, Arbi dengan seorang remaja, muda dan tampan. Usianya mungkin baru 18 hingga 20 tahun, wajah Arbi terlihat bahagia disana, begitu pun remaja itu. Dari latar belakang foto sepertinya itu di dalam mall, atau toko buku? ya semacam itu lah.

"Hei Peter, coba lihat foto siapa ini?

Begitu bunyi pesan itu, biasanya aku lebih bersikap masa bodo, karena Arbi ku pergoki jalan dengan wanita atau gadis muda cantik, dimana aku tahu Arbi tidak akan tertarik dengan mereka semua. Ya Arbi adalah Gay, sama seperti ku. Namun kali ini berbeda, Arbi bepergian dengan remaja pria, mana putih dan tampan pula.

Nomor itu tidak dapat ku hubungi via telpon, balasan pesan pun tidak ku terima hingga sekarang. Aku seperti gila saja rasanya. Aku sadar bahwa ini adalah hari Sabtu, hari dimana ini adalah "me - time" kami berdua, tanpa boleh di ganggu oleh masing masing pihak. Tidak boleh telepon, tidak boleh ada curiga, tidak boleh ada marah marah. Hari kita berdua bebas melakukan hal yang kita berdua suka, tanpa di intimidasi atau perlu memikirkan perasaan masing masing.

Dua tahun hidup bersamanya, Arbi memang aku rasa berubah belakangan. Tepatnya sejak bulan lalu, dimana dia suka sembunyi sembunyi mengangkat telpon, atau melakukan video call menggunakan headset. Hal yang sangat jarang di lakukannya selama ini. Sangat jarang.

Ya aku dan Arbi adalah pasangan gay. Namun kami memiliki beberapa aturan khusus yang harus kami taati berdua. Senin hingga Kamis di waktu kerja kami harus berangkat dan pulang kerja bersama, Aku yang menyetir saat berangkat dan Arbi yang menyetir saat pulang.

Senin dan Selasa kami sempatkan makan malam bersama. Setiap Rabu kami memiliki waktu menonton film atau hangout di Mall, Setiap Kamis, Arbi pergi ke gym dan aku hanya dirumah saja, berlanjut di hari Jumat di karenakan waktu pulang kami berbeda, kami membawa kendaraan masing masing.   Dan baru bertemu di rumah saat malam hari, biasa menjelang tidur, karena Arbi juga pergi ke gym di hari Jumat.

Sabtu pagi merupakan hari kami berdua untuk sekedar membersihkan rumah atau bercinta dari pagi hingga siang hari. Stamina Arbi sangat kuat, dia sanggup memompa diriku hingga dua kali ejakulasi dalam satu pagi itu. Kadang aku kelelahan, namun Arbi tak peduli karena ini adalah perjanjian kami berdua. Jadi aku harus terima segala konsekuensinya.

Apartemen ini adalah milik ku, sedang segala perabotan adalah milik Arbi. Tidak besar hanya ada satu kamar, namun ini adalah istana kami berdua. Aku mengenalnya saat kuliah, dia adalah kaka tingkatku saat itu, namun kami lulus bersamaan. Bertemu kembali tak di sengaja saat interview kerja di salah satu kantor di kota ini, bedanya Arbi diterima dan aku tidak.  Namun beruntung, tak lama aku di tawari pekerjaan di tempat lain yang lebih bagus benefitnya dibanding kantor Arbi, walaupun lebih tinggi tekanannya.

2 bulan berkenalan, dan baru melakukan seks setelahnya, sengaja aku tahan krena aku mau tahu apakah dia hanya ingin kenal denganku untuk sekedar seks atau jenjang lebih serius. Dan dia bisa tahan juga, untuk berhenti menggodaku, 3 bulan kemudian, aku tawarkan dia untuk tinggal bersamaku, dan dia mau. Walau belum bisa dibilang kenal terlalu lama, beruntung ternyata dia anak baik, walaupun kondisi psikisnya sangat labil, dia bisa menjadi pribadi yang menyenangkan dan menakutkan dalam waktu singkat. Apalagi soal di ranjang, pokoknya setiap berhubungan, minimal dia harus dua kali ejakulasi. Jika belum, jangan harap aku boleh keluar kamar, bahkan sekedar untuk minum. Pasti dia larang.

Aturan "me time at weekend" sebenarnya aku lah yang membuatnya. Karena dulu saat pertama kali tinggal bersama, yang ada adalah No Day without Sex, setiap malam Arbi pasti mengenjotku, tak henti. Dari sore selepas pulang kerja, bahkan hingga dini hari. Makanya aku buat aturan ini, agar hidup seks ku lebih sehat juga. Bahkan setiap hari saat bekerja dia selalu menelpon ku, menanyakan hari ku, hingga mengirimkan artikel berisikan posisi posisu sex yang dia "tawarkan" untuk kita berdua coba nanti di rumah. Jadi setidaknya selama weekend aku ingin "lepas" darinya.. ingin waktu ku sendiri, tanpa di ganggu terus oleh semua kabarnya.

Awalnya dia keberatan dan mengajukan banding, setelah berdiskusi akhirnya terbitlah aturan baru ini. Hubungan seks diganti menjadi setiap Sabtu pagi hingga pukul 12 siang, selepas itu kami berdua dibebaskan oleh "kewajiban" kami untuk selalu bersama, alias kami berdua bebas melakukan apapun yang kami berdua mau ataupun inginkan tanpa di ributkan oleh masing masing pihak lainnya. Pokoknya only teks, tidak boleh ada telpon, atau curiga atau "tingkat peduli" yang berlebihan, dan dimulai dari Sabtu pukul 12 siang hingga Minggu pukul 8 malam.

Dan akhirnya kamu berdua menyetujuinya. Aturan dijalankan, dan berlangsung lancar hingga dua bulan pertama. Di minggu awal sebenarnya kasihan juga pada Arbi, pernah satu malam, dia tidak di kamar. Ku intip Arbi sedang di ruang TV, menonton film porno sambil mengocok kontolnya. Tapi ku biarkan dan esok paginya aku bertingkah seolah melihat apa apa.

BEND THE RULES : PETERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang