Son Minhyung, her lovely brother

210 38 1
                                    

Hari ini adalah hari libur sekolah dan hari ini kesempatan Wendy untuk mengunjungi adiknya, Son Minhyung.

Tak lupa sebelum ia mengunjungi adiknya ia mampir di sebuah toko bunga langganannya, Happy Joohyun.

"Selamat pagi, Wendy," sapa penjaga toko tersebut, "apakah kamu sedang ingin mencari sesuatu?"

Wendy mengangguk, "Ya, aku ingin black roses, apakah ada?"

"Ada di ujung sana." Tunjuknya.

Wendy mengangguk sekali lagi, "Baik, terimakasih."

"Black roses, black roses." Gumamnya sembari mencari rak bagian bunga yang ia cari.

"Nah! Ketemu!" Pekiknya senang.

"Bibi Joohyun, ini." Wendy menyodorkan keranjang yang berisi bunga favorit adiknya.

"Hanya ini?" Wendy mengangguk. "Seperti biasa untuk Minhyung." Joohyun mengangguk paham dan menatap Wendy sendu.

"Kamu gadis yang kuat, Wen." Wendy hanya menimpalinya dengan senyum ramah.

Omong-omong Bae Joohyun, penjaga sekaligus pemilik toko bunga langganan Wendy adalah salah satu tetangga dekatnya, jadi tak heran jika mereka cukup dekat.

"Terimakasih bibi." Wendy menerima buket bunga yang telah dihias cantik oleh Joohyun lalu keluar dari tempat tersebut.

Wendy memilih berjalan kaki tidak ingin menggunakan bus umum karena ia menghemat uangnya. Maklum ia hanya anak kos-kosan yang kecukupan finansial nya sangat sangat tipis.

Tiba-tiba angin berhembus kencang perlahan menembus jaketnya dan membuat Wendy semakin mengeratkan jaket tebalnya.

"Dinginnya." Gumamnya.

2 tahun yang lalu.

"Kak! Ayo kita kesana." Ajak Minhyung penuh antusias.

Festival Musim Salju, itu yang ditunjuk oleh Minhyung.

Wendy masih mengingatnya, bahkan sangat jelas.

"Aku tidak mau, lagipula kita harus membantu ibu, Mark." Tolaknya. Minhyung merengut dan menatap kakaknya kesal.

Mark, panggilan akrab teman atau keluarganya yang entah asal mulanya dari mana. Ternyata memori itu masih tertancap kuat dipikirannya.

"Ah..come on dude, kamu tidak seru." Rengeknya.

"Nope! Aku tetap tidak mau." Tolaknya sekali lagi. Mark mendengus kesal dan meninggalkan kakaknya.

"Huft tahun ini aku harus mengucapkan selamat tinggal pada festival itu, sayang sekali." Dumelnya sambil menendang pelan salju tersebut.

Bugh!

"Ouch!" Ringisnya lalu ia menoleh ke belakang ternyata pelaku pelemparan bola salju padanya adalah kakaknya.

"Snow ball time!" Teriak Wendy sembari menyeringai dan menyerang Minhyung dengan bola saljunya.

"Hey! Kamu tidak adil," ia pun membuat bola salju juga,"nih! Rasakan." Akhirnya dua kakak beradik itu menghabiskan waktunya dengan bermain bola salju.

Hari itu terasa sangat indah, dimana mereka menghabiskan waktunya dengan bersenang-senang, seakan akan kejadian itu tak terulang kembali.

Namun, hingga kejadian itu datang dan merenggut semua kebahagiaan Wendy seketika.

"Mark kau mau lari kemana?!"

"Ayo tangkap aku! Hahaha"

Wendy menyusul langkah Minhyung lebih cepat dan saat Minhyung ingin menyebrangi jalan, tiba-tiba terdapat mobil yang melaju berkecepatan tinggi dan membuat mobil tersebut seketika menabrak tubuh Minhyung.

"Mark! Awas!"

Brakk!

Wendy diam seketika mencerna apa yang terjadi. Ia melihat semuanya,ia menyaksikannya.

Seolah olah kejadian ini hanya kekonyolan belaka, apakah Mark ingin menjahilinya?
Apakah Mark ingin bermain main dengannya?

"M-m-mark" lirihnya.

Ia berjalan ke arah tubuh Mark yang terpental beberapa meter dari lokasi kejadian dengan pandangan kosong dan langkah yang sedikit lemas.

Air matanya jatuh seketika saat ia  melihat tubuh adiknya bersimbah darah dan mata yang tertutup tenang.

Ia duduk disamping tubuh Mark dan memeluknya.

"M-m-mark buka matamu Mark.." lirihnya.

"Mark jangan tinggalkan aku sendirian hiks." Wendy terisak dan tak peduli jika lokasi kejadian tersebut sudah dipenuhi oleh warga sekitar. Ia tetap memeluk tubuh adik kesayangannya.

"Mark maafkan aku hiks."

"Wendy! Apa yang terjadi?"

"M-m-mark hiks." Keduanya shock berat bahkan ibunya sempat pingsan dan dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Keesokan harinya upacara pemakaman Minhyung dilaksanakan dan dihadiri oleh seluruh keluarga besar mereka.

Wendy menangis kencang seolah-olah ia tak mengizinkan adik semata wayangnya meninggalkan dirinya, kedua orangtuanya berusaha menenangkan Wendy.

Wendy sangat ingat, setelah menghadiri upacara pemakaman adiknya, ia mengurung dirinya di kamar tanpa makan tanpa berbicara kepada siapapun selama 2 minggu, bahkan ia sempat dilarikan di rumah sakit karena maag yang dideritanya.

Hari itu adalah hari kesedihan Wendy dan keluarganya. Sangat sedih, sungguh sedih.

...

"Ah sudah sampai ternyata, tidak terasa sekali." Wendy pun memasuki tempat pemakaman tersebut.

"Hai Mark, kamu terlihat bahagia sekali ya" ucap Wendy pada batu nisan tersebut sembari menaruh bunga mawar tersebut. "Nih aku bawain bunga lagi, ke-20 kalinya." Wendy selalu menghitung berapa kali ia datang ke pemakaman adiknya sembari membawa bunga mawar hitam tersebut, entah gunanya untuk apa,hanya Wendy yang tau.

"Mark, aku pulang dulu ya. Gak bisa lama lama nih, tugasku masih banyak, semoga kamu bahagia di surga sana ya" sebelum ia benar benar pergi dari pemakaman tersebut,ia mendoakan adiknya terlebih dahulu, lalu meninggalkan tempat tersebut.

"Aku merindukanmu adikku, Son Minhyung"

"Aku merindukanmu adikku, Son Minhyung"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

end.

hai guys😗


wendy and her painting story.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang