Prolog

4 0 1
                                    

Seorang gadis dengan jaket rajut berwarna biru tengah menyusuri koridor sekolah barunya. Dia adalah Kaila Maheswari, murid pindahan dari Yogyakarta. Menurut Kaila Yogyakarta masih menjadi yang terbaik di hatinya. Raga nya saja yang pindah tetapi hati nya tertinggal di Yogyakarta.

Kaila asik menyusuri gedung sekolah SMA Kencana sambil sesekali memperbaiki tas ransel nya yang berwarna hampir senada dengan warna jaket rajut nya, tujuan utama Kaila saat ini adalah mencari ruang kepala sekolah yang akan membimbing nya menuju kelas baru.

"Besar banget gedungnya." Gumam nya.

Di sisi barat koridor, ada tiga orang pemuda dengan pakaian yang tidak rapi sama sekali tengah asik berlarian disepanjang koridor. Mereka berlomba menuju kantin rahasia di belakang pagar untuk membeli rokok, jauh dari jangkauan guru dan siapapun berhasil masuk kesana maka akan ketagihan untuk kembali, katanya.

"Eh minggu lalu lo kalah taruhan buat cium si bohay Citra jadi.., lo yang bayarin kita nyebat, ye nggak Al?" Senggol seorang pemuda kalung beraksen taring berwarna putih yang menggantung di lehernya -- Arion, pada sahabat nya yang tengah memperbaiki tatanan rambut.

"Betul tuh Ar, gue setuju pake banget." Imbuh Alvaro.

Sedangkan yang tengah menjadi objek obrolan mereka saat ini hanya memasang wajah datar, pasrah, sambil melirik siswi yang berlalu-lalang. Khususnya yang memakai seragam minim, rok di atas lutut dan baju yang sengaja di ketatkan.

"Galen, len, lo sebenarnya dengar kita nggak sih?" Desak Arion dengan tak sabaran kepada Galen sebab sudah tak sabar ingin mencicipi nikmatnya rokok.

"Bacot." Sahut Galen singkat, galen sengaja tak melakukan taruhan itu beberapa minggu lalu, mengingat namanya saja Galen sudah muak apalagi harus mencium bibirnya yang penuh polesan lipstik merah? Tidak.

Kaila berjalan tanpa tujuan tanpa berani bertanya kepada siswa-siswi yang asik berlalu-lalang didepannya, pepatah mengatakan 'malu bertanya sesat dijalan' dan benar terjadi.

Brukk!

Gadis itu menabrak tubuh jangkung Alvaro hingga ia jatuh terduduk merasakan dinginnya ubin.

"Aw!" Pekik Kaila kesakitan di lantai.

Baik Alvaro, arion dan Galen sangat terkejut dengan tubrukan itu.

"Ya ampun neng! Lo kenapa sampai nabrak gue sih? Silau ya sama ketampanan gue?" Tanya Arion tanpa ada niat menolong.

"M--maaf tadi saya kebingungan sekali." Jawab Kaila buru-buru berdiri walau rasanya masih ngilu, tanpa di bantu, catat itu.

Galen menatap Kaila dengan intens. Tepatnya menilai penampilan nya. Yang Galen lihat : baju yang tak di ketatkan, rok panjang menutupi lutut, dandanan minimalis. Membuat Galen teringat satu hal, murid baru.

Kaila merasa risih berada diantara orang-orang yang sama sekali belum ia kenal, ia semakin menarik jaketnya untuk menutupi tubuh bagian atas.

"Biar abang Alvaro tebak, eneng ini murid baru kan?" Tebak Arion sambil menaruh tangan di dagu.

Gadis itu mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban iya.

"Nyari apa lo sampai jauh kesini?" Tanya Galen dengan tatapan dingin yang mengintimidasi siapapun yang melihat.

"Saya cari ruang kepala sekolah hehe." Jawab Kaila kikuk. Ia mati-matian menahan degup jantungnya yang seakan meronta-ronta hendak keluar.

Kaila diam-diam memperhatikan Galen yang begitu berbeda dari kedua temannya. Penuh wibawa dan kharisma, kaila rasa dia jatuh cinta pada pandangan yang pertama pada orang yang baru saja ia temui pagi ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secarik Mimpi KailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang