2. 'RAIN

254 34 10
                                    

" Let's just sit quietly and listen to the secrets the rain wants to tell us "

ー John Mark Green

.
.
.

Suara musik mengalun memenuhi seisi ruangan. Disana duduk seorang lelaki yang tengah memperhatikan sobatnya yang menari dengan semangat. Dengan lincah meliukkan tubuhnya kesana-kemari mengikuti alunan lagu. Taehyung tertawa melihat api yang membara disekitar si Pria mungil. Disampingnya- Jennie tengah mengikuti setiap pergerakan Jimin yang ia lihat dari kaca dihadapannya. Tatapan berbeda Taehyung berikan untuk Jennie. Penuh kekaguman, penuh cinta dan kasih sayang tak kasat mata.

Jimin tersenyum puas sesaat setelah ia dan Jennie menyelesaikan tariannya. Ia berbalik dan memberi kode pada Taehyung untuk mematikan musik yang menjadi pengiring tarian mereka. Jimin melangkah ke sudut ruangan untuk mengambil sebotol minuman di tasnya. Dihiasi senyuman manis ia berjalan mendekati Taehyung dan menempelkan minuman dingin itu di pipi Taehyung sembari tertawa.

" Hey. Ini minum untukmu "

" Kau yang baru saja menari kenapa harus aku yang minum? "

" Ck- ambil saja "

Taehyung tertawa kecil sebelum akhirnya menerima sebotol air mineral dari tangan mungil itu. Jimin tanpa aba-aba duduk di samping Taehyung sambil menyeka keringat di keningnya. Ia menoleh memperhatikan Taehyung yang masih asik melihat Jennie di depan sana. Jimin bisa melihat senyum itu. Taehyungnya bahagia melihat gadis itu. Taehyung berdiri dan mendekat pada Jennie yang terus mencoba menghafal tariannya, Jimin terus memperhatikan setiap pergerakannya. Memperhatikan bagaimana Taehyung memberikan air mineral darinya pada Jennie. Mereka teman dekat, wajar berbagi minum seperti itu kan?

" Ini sudah malam. Aku harus segera pulang "

Jimin mengangguk menanggapi ucapan Jennie. Benar- ini sudah larut. Mereka terlalu lama berada disini. Seharusnya mereka berlatih dua hari lagi, sesuai jadwal. Tapi Jennie tiba-tiba menelfonnya sore tadi dan mengajaknya berlatih. Jimin tak pernah menolak untuk menari jadilah mereka menari hingga selarut ini.

" Baiklah, hati-hati Jen "

" Huum! Terima kasih untuk hari ini Jimin"

" Mau ku antar? "

" Tidak perlu Tae- aku sudah meminta Kai untuk menjemputku. Sampai jumpa "

Gadis manis itu melambaikan tangan pada keduanya. Atmosfer dalam ruangan menjadi begitu dingin dan sepi setelah Jennie pergi. Jimin yang bingung untuk memulai pembicaraan dan Taehyung yang enggan mengajak bicara. Mereka fokus mengemasi barang bawaan masing-masing sebelum suara petir mengejutkan keduanya. Jimin berteman baik dengan hujan tapi tidak dengan petir. Dengan tangan gemetar ia mencoba memegang lengan Taehyung untuk menarik atensinya. Itu berhasil. Taehyung menoleh dengan wajah bingung. Bukankah Taehyung tau jika ia benci petir? Ah- mungkin dia lupa.

" Ayo pulang. Sebentar lagi hujan turun "

Ia menarik lengan Jimin dan berjalan terburu-buru meninggalkan studio. Benar saja. Tepat setelah mereka keluar dari gedung hujan mengguyur dengan deras. Jimin dengan sigap mengeluarkan payungnya. Ia tersenyum lebar sembari mengulurkan tangan untuk menyentuh air yang berlomba-lomba turun ke bumi. Sedang Taehyung mencoba memfokuskan pandangannya ke seberang jalan. Itu Jennie. Berdiri di halte sembari memeluk tubuhnya sendiri. Taehyung berlari tanpa bicara apa-apa pada manusia di sampingnya.

Jimin menatap keduanya penuh luka. Ia menurunkan tangannya dengan mata berkaca-kaca. Sebelah tangannya meremat payung yang dipegangnya dengan erat. Sesakit inikah? Ia hendak beranjak pergi sebelum suara bariton itu menghentikannya. Itu Taehyung. Taehyung kembali untuknya. Secercah harapan muncul di lubuk hatinya yang mendung. Setitik senyuman terbit di wajah manisnya. Namun, Taehyung dengan segala tindakan tak terduga menghancurkan harapan dan memudarkan senyumnya.

" Jimin. Aku pinjam payungnya ya? Aku harus pergi ke parkiran dan mengantar Jennie pulang. Dia bisa basah kalau tidak pakai payung. Kau tunggu disini sebentar. Setelah mengantar Jennie aku akan menjemputmu "

Tak ada satupun kata yang terucap dari bilah bibirnya. Ia belum mengiyakan atau pun menolak tapi Taehyung sudah merebut payung di tangannya dan kembali pada Jennie. Di bawah guyuran hujan Jimin menangis. Bukan. Jimin bukannya sedih melihat Taehyung bersama Jennie. Ia bahagia jika dia bahagia meski tidak bersamanya. Ia menangisi dirinya sendiri. Meratapi nasibnya. Menangis pada semesta yang tak kunjung berpihak padanya. Haruskah ia menunggu? Taehyung akan kembali untuk menjemputnya bukan? Tolong berikan ia harapan. Sedikit saja.

Ia mendongak dengan mata terpejam. Membiarkan guyuran hujan membasahi wajahnya. Suka sekali menangis dibawah hujan. Tak ada yang melihat dukanya. Tak satupun melihat air matanya. Dia ingat. Dulu Jimin sangat suka hujan. Dulu, sebelum hujan membawa setengah hatinya pergi bersama orang lain dengan payung hitam kesayangannya.

" Hey Dumb. Sedang apa kau disini? Ayo pulang denganku "

Dia membuka mata mendengar suara serak yang tak asing baginya. Jimin diam. Tak menyahuti ucapan pria pucat di hadapannya. Sedang apa dia disini?

" Jangan bodoh Sunshine. Dia tidak akan kembali. Ayo pulang ke rumah denganku "

[ F I N ]

----------------'

Bagaimana Amigos-?! Menikmati cerita kedua ini-?

Untuk cerita selanjutnya akan di update pada hari Kamis tanggal 21 Mei 2020-

Bisa saja aku majukan jadwal update-nya tergantung seberapa banyaknya komentar kalian-!

Remember Amigos- berkomentarlah dengan baik dan bijaksana- karena kata laksana pedang tajam terasah yang berbahaya.

Jangan lupa VOTE -!!!

Salam kasih dari Rain. Sampai jumpa lagi-!

ありがとう-!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mi Casa (YoonMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang