Camer,Tiara,dan Fisika

22 3 0
                                    

Cuaca pagi ini tidak begitu bersahabat. Langit tampak tak bersemangat dan matahari tak menunjukan minat untuk show up . Awan pun seakan mendukung suasana mendung di pagi hari ini. Namun cuaca yang mendung itu dianggap sebagai berkah untuk para siswa 12 Mipa A. Tau kenapa? Apalagi kalau bukan karena Fisika yang begitu menyeramkan untuk hampir semua murid kelas itu. Mereka bahkan mendo'akan supaya setiap harinya bisa hujan. Sungguh bukan contoh yang baik.

"Nggik!!!! Gimana??? Mertua gue udah dateng?" Teriakan Tiara menggelegar memenuhi gendang telinga Anggita Ranu Utami. Ia berlari menghampiri Anggi demi mendapatkan kabar apakah orang yang ditanyakannya telah tiba atau belum.

"Dih brisik!mertua apaan halu aja . Mertua lo belom dateng. Tadi sih gue liat belom dateng lagian doi juga udah telat 20 menit,hampir setengah jam pelajaran kan. Doa aja semoga ga dateng hahah." Ucap Anggi sambil tersenyum kecut seperti biasanya.

Jawaban Anggi membuat Tiara bernapas lega. Pasalnya sang mertua yang disebut Tiara merupakan Guru Fisikanya,Bu Eli.Usut punya usut kenapa Tiara memanggilnya dengan embel-embel 'mertua' karena pernah suatu hari anak Bu Eli datang ke sekolah Tiara dan kebetulan berpapasan dengan Tiara and the geng karena ingin bertanya di mana keberadaan Ibu Eli,awalnya Tiara biasa saja karena kalau sudah berurusan mengenai Bu Eli Tiara enggan untuk terlalu kepo dan perhatian. Tapi ketika kakak itu memulai perkenalan tanpa diminta oleh mereka,Tiara pun terkagum-kagum karena sosoknya itu masuk dalam list tipe ideal Tiara,bagaimana mungkin Tiara tidak melirik kalau ia anak Teknik,mantan anak pesantren terkenal di Sumatera,wajah manis,dan lebih-lebih merupakan mahasiswa alamater terkenal di Bandung,apalagi kalau bukan ITB. Sontak setelah mengetahui CV dari kakak itu,Tiara ke sem-sem sendiri. Mulai hari itu ia mendeklarasikan bahwa kakak itu adalah calonn suami masa depannya dan walaupun Tiara tidak menyukai fisika bahkan hampir membencinya terlebih dengan keadaan guru nya,ia rela berdamai dan berusaha mendekati Fisika dan gurunya. Haha. Ya namanya juga cinta. Tiara bisa apa. Tapiii,apakah itu benar cinta? Atau bisa saja itu cuma rasa kagum sementara karena latar belakang yang mengagumkan? Hanya Tiara yang bisa menyimpulkan.

******

"Yak,Gue bawa bekal ayam geprek hari ini dan lo tauu apa---"

"Ya ga tau lah." Potong Tiara ketika Dita belum sempat menyelesaikan kalimatnya. Seketika hal itu membuat Dita merengut kesal,pasalnya Tiara memang suka sekali mengisengi Dita.

"Is dengerin dulu njir omongan gue. Nyebelin banget sih. Udah ah kalo ga mau yaudah. Malesin banget." Terlanjur kesal dibuat Tiara,Dita pun hendak membalikkan badan dan berniat kembali ke tempat duduknya.

"Eitss jangan ngambek dong dut. Kan gue bercanda,lagian emang bener kok jawaban gue,gue kan emang ga tau. Kalo lo ngambek ntar lauk gue ga punya temen dong. Kasian cuma berdua bareng nasi doang."

"Ya makanya kalo gue ngomong dengerin dong. Kan tadi gue belom selesai ngomongnya,lo langsung asal jeplak aja. Bikin kesel aja. Udah ah males gue lagi." Merajuknya Dita merupakan tanda bahaya buat Tiara,karena kalau Dita merajuk imbas nya bisa-bisa berhari-hari dia akan terus dalam mode merajuk. Tiara pun terlihat mengejar Dita yang belum sampai ke tempat duduknya.

"Ih tak kok gitu sih,gue kan cuma bercanda. Jangan marah dong. Ya ya ya. Plisss. Lo mau apa? Bakso mang sapri,es krim,atau kue yang di koperasi? atau lo mau---" belum sempat tawaran terakhir Tiara tawarkan kepada Dita suara ibu-ibu yang sudah familiar di telinga Tiara menyeruak masuk ke dalam ruangan ini,seakan memberitahu penghuni nya kalau sudah saat nya penyikasaan di mulai.

"Maaf ya ibu telat,tadi soalnya ibu masuk lobang dan ban motor ibu pecah makanya agak lama masuknya. Tapi alhamdulillah ibu bisa bertatap muka dengan kalian. Oke bisa kita mulai pelajarannya. Siapkan buku kalian,kita bahas sampai Bab terakhir kemaren." Sontak Tiara dan begitupun teman yang lain segera berhamburan kembali ke kursi masing-masing tanda telah di mulainya peperangan otak.

Setelah Bu Eli menyampaikan pidato pertamanya tadi tampaknya menimbulkan reaksi untuk sekelompok orang yang sedang berbisik-bisik di bangku belakang.

"Huh dia nya Alhamdulillah,kitanya yang astaghfirullah. Mana hujan lagi. Pas banget buat tidur. Hmm ga semangat gue mak." Cerocos Tiara kepada mak yon a.k.a Fiona. Gadis itu tampak setuju dengan Tiara melalui ekspresi lusuhnya.

"Ya mau gimana lagi,ya namanya mertua lo yang udah melekat banget dengan gelar rajinnya,hm 11 12 sama Ibu Marwayah. Cepatlah jamm berputar ku ingin gas kantin" sungut Fiona sambil membuka lembaran buku mencari halaman yang menjadi pokok bahasan hari ini.

"Haaaa kenapasii camer gue kek gini mak. Kok gue pesimis sih mak mau deketin Fisika aja ga bisa apalagi deketin pawangnya fisika. Kenapa sih semua guru Fisika tuh jenisnya kayak ibu-ibu ini. Setipe mereka tuh,gak Bu El ga ibu Marwayah,sama aja,sama-sama rajinnya."

"Haha semangat dah buat lo. Semoga sukses wkwk semoga makin deket lo sama fisika biar kakak idaman lo tuh bisa lo pepetin kwkwk." Cengengesan Fiona atau lebih tepatnya ejekkan Fiona berhasil membuat barisan depan menegur mereka

"Ssttttt.... diemm woi ntar dimarah sama camer lo Tir." Perkataan Fitri membuat Tiara memajukan mulutnya.

"Kan kita ngomongnya pelan bis---"

"Shhhhhhhsssstt bacot banget sih lo Tir. Kalo sama camer ga boleh berisik. Mending perhatiin biar lo ada cara buat pedekate nanya-nanya gitu biar di notice sama Camer kan lumayan biar ada kemajuan." Nasehat Anggi membuat Tiara semakin memajukan mulutnya dengan muka tertekuk akhirnya ia dengan sangat terpaksa memperhatikan sosok yang tengah menjelaskan ah tidak lebih tepatnya berbicara sendiri di depan sambil menjabarkan rumus dan memberitahukan darimana lahirnya a,kok bisa rumusnya seperti ini dan beliau menjelaskan dengan begitu semangatnya.

Yaps. Itulah yang Tiara kurang sukai dari Sang guru a.k.a camer nya. Ia seakan hanya berdiskusi dan bermonolog dengan dirinya sendiri di depan sana. Dan apabila ia telah selesai kami pun mencatat. Begitu seterusnya,terkadang saja ada beberapa yang bertanya dari mana datangnya a,b,atau c,itupun tak semua nya bisa dipahami kalaupun paham hanya untuk orang dengan kapasitas otak di atas rata rata. Atau orang barisan terdepan. Sebenarnya Bu Eli ini pintar bahkan sangat pintar untuk sesusianya yang sudah memasuki kepala 5. Bukan apa-apa,beliau ini merupakan alumni dari universitas yang sama dengan anaknya. ITB. Tapi mau bagaimanapun dan sepintar apapun kalau cara pengajarannya tidak sesuai dengan Tiara tetap saja tidak bisa masuk ke dalam otaknya. Apalagi di luar sedang hujan,semakin senang setan bertumpuk di pelupuk mata Tiara,sekarang Tiara hanya berharap jam berputar dengan cepat agar ia bisa terbebas dari penyiksaan ini.

********

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang