CHAPTER 1 AWAL KISAH

38 15 2
                                    

Matahari masih belum menampakkan cahayanya, tampak masih malu-malu untuk menampilkan keindahanya pada dunia yang fana. Seorang gadis tampak masih bergelut dalam mimpi indahnya. Tidak lama kemudian alarm berdering cukup keras, memaksa sang pemilik alarm untuk bangun dari tempat tidurnya. Gadis itu sudah lelah mendengarkan deringan alarmnya.Rasanya ia ingin membanting saja alarm yang tidak berdosa itu. Tetapi dia tidak akan melakukan hal yang bodoh itu untuk memancing amarah ibundanya, karena telah membanting alarm yang mahal itu.

Setelah sekian menit dia bergelut dengan fikirannya dan mengumpulkan nyawanya dia bangun menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat subuh. Setelah selesai melaksanakan kewajibanya sebagai umat islam, dia membereskan tempat tidur dan bergegas untuk mandi.

Dia menuruni anak tangga dengan seragam sekolah yang melekat pada tubuhnya dan jangan lupakan rambut yang di kuncir kuda dengan beberapa anak rambut yang menjuntai kebawah. Serta totebag yang berada di tangan kanannya. Dan sepatu hitam putih berlogo bintang dari brand yang cukup terkenal. Dia terlihat lebih manis dengan polesan bedak bayi dan liptint.

Saat menuruni tangga  samar samar dia mendengar orang tuanya memperdebatkannya. Entah itu karena dia yang belum mempunyai kemampuan, sekolahnya, atau bahkan masalah masalah kecil yang terjadi pada dirinya yang akhir perdebatannya pasti akan menyakiti hatinya. Padahal ini masih pagi waktu yang enak untuk menikmati sarapan, meminum susu coklat panas yang masih menguarkan asap dan menikmati udara pagi dari balik jendela meja makan.

“Gemini pertama kali masuk SMK,jadi kamu yang mengantarnya!” perintah ayah Gemini yang bernama Satria Cakramana  tanpa ada bantahan sedikitpun.

“Enak saja! aku harus membantu bibi membereskan rumah. Kamu saja yang mengantarnya, sekalian kamu berangkat kerja!”  bantah wanita paruh baya yang rambutnya masih tergerai indah dan wajahnya masih terlihat cantik meskipun sudah memiliki seorang anak gadis, karena dia selalu melakukan perawatan. Wanita tersebut bernama Kaca Pitaloka ibunda dari Gemini. Sambil menuangkan air minum untuk suaminya.

“Kamu tidak usah bantah! fungsi pembantu disini untuk membereskan seluruh rumah kita, tanpa kamu mereka bisa. Hanya untuk mengantar anakmu saja kamu banyak alasan seperti itu!” balas Satria dengan memakan sarapannya.

“Dia anakmu juga dan dia bukan anak kecil yang harus diantar dan dijaga ibunya sampai waktu pulang tiba saat pertama masuk sekolah! dia sudah besar, sudah SMK, sudah bisa menjaga diri sendiri, tidak usah terlalu memanjakan dia! Tidak biasanya kau perhatian kepada Gemini, tidak usah sok menjadi ayah yang baik. Bahkan dari dulu kamu hanya mementingkan pekerjaanmu saja! Setidaknya bila aku tidak membantu bibi membereskan rumah aku bisa pergi kesalon dan berbelanja seperti biasanya.” gerutu Kaca.

Gemini yang mendengar itu hanya menghela nafas kasar, ini terlalu menyakitkan. Orang tuanya memperdebatkanya dan akhirnya menjatuhkannya sejatuh-jatuhnya.

“Pelankan suaramu itu, telingaku sungguh sakit merespon suaramu yang memekakkan. Kalau itu maumu aku akan menonaktifkan semua kartumu!” ancam Satria. Sambil meminum minuman yang tadi telah dituangkan oleh istrinya, Kaca terdiam mendengar perkataan Satria dan hanya bisa menggerutu dalam hati, karena baginya itu ancaman yang akan langsung Satria kabulkan apabila dia masih membantah perkataannya.

Gemini sudah berada di meja makan sedari tadi , dia malas untuk ikut larut dalam perdebatan mereka. Dia hanya duduk sambil memperhatikan orang tuanya dan pada saat mereka sudah diam dia berkata,  “ Selamat pagi ayah ibu, aku berangkat sendiri saja naik angkot atau sepeda saja biasanya juga seperti itu.”

“Kenapa baru bilang dan tidak memberhentikan perdebatan kami sedari tadi! Yasudah kami juga tidak akan memaksa, malah keberuntungan bagi kami tidak perlu membuang-buang waktu untuk mengantar  anak sepertimu yang sampai saat ini belum memiliki sedikit kemampuan. Bahkan orang tuanya sedang bertengkar bukannya memisahkan malah hanya jadi penonton.” ucap Satria dengan raut wajah datar dan perkataan yang tajam. Perkataan itu seperti panah tak kasat mata  yang menancap pada hatinya, padahal dia sudah sering mendengar perkataan tajam dari ayah dan ibunya.

Gemini berusaha tersenyum tulus dan berkata “Gemini berangkat sekolah dulu takut terlambat, nanti Gemini sarapan di kantin sekolah saja dan jangan lupa, ayah jangan menonaktifkan kartu ibu. Ayah hati- hati berangkat kerjanya, suruh mang Ayan nyetir mobilnya jangan ngebut-ngebut. Dan, kalau ibu mau belanja atau pergi kesalon nunggu mang Ayan pulang dari kantor ayah, biar dianterin mang Ayan. Assalamualaikum.” sambil mencium tangan ayah dan ibunya. Meskipun sikap orang tuanya dan perkataannya sering menyakitkan tapi dia berusaha tidak durhaka kepada kedua orang tuanya. Dia berkata cukup panjang tanpa ada jeda agar orang tuanya tidak membalas perkataannya dengan tajam kembali.

“Waalaikumsalam.” balas mereka serempak dan memasang raut wajah datar.

Dia bergegas keluar rumah dan menemukan  sepasang suami istri yang bekerja sebagai pembantu dan sopir dalam keluarganya. Bi Asma yang sedang menyiram tanaman dan mang Ayan yang sedang mengelap mobil ayahnya. Tidak lupa dia berpamitan kepada mereka, “Selamat pagi bi Asma, mang Ayan, Gemini berangkat sekolah dulu ya.”

“Wah non Gemini sudah SMK saja, nambah geulis. Gak diantar mang Ayan non?” tanya pembatunya kepada Gemini.

“Iya non, biar mang Ayan antar ke sekolah barunya.” tawar sopir ayahnya itu.

“Aduh, biasanya juga Gemini berangkat sendiri, jadi mamang sama bibi gak usah khawatir, Gemini berangkat sekolah dulu ya. Assalamualaikum.” pamit Gemini sambil menyalimi tangan Bi Asma dan Mang Ayan.

“Waalaikumsalamwarahmatulloh.” balas mereka serempak.

Disaat Gemini telah jalan kaki menuju depan komplek, Bi Asma dan Mang Ayan menatap nanar punggung tegar anak majikannya itu. Mereka merasa kasihan kepada Gemini yang selalu berusaha tersenyum tanpa ada paksaan, padahal di dalam senyumnya itu terdapat luka yang dalam.Bi Asma dan Mang Ayan kadang mendengar perkataan Satria dan Kaca yang menurut mereka tidak pantas dilontarkan kepada Gemini. Tetapi bagaimanapun juga mereka tidak bisa ikut campur dalam permasalahan keluarga majikannya itu.

Jangan lupa Vote&Comment

G(O) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang