mungkin awalnya

645 48 30
                                    

Hallo, selamat membaca🙈
---

"Eh eh eh, sumpah gue tadi liat bu Weni ngomong sama anak barunya coy. Ganteng lagi tuh cowok," ucap Mala yang baru masuk kedalam kelas sambil teriak kegirangan seperti seorang gadis yang berhasil menemukan pangerannya.

"Serius?masuk kelas kita gak dia?" tanya Yuki yang saat ini ikut ikutan ngegosipin anak baru bareng Mala.

"Gak tau sih, tapi kalo bukan masuk kelas kita kenapa tadi doi ngobrol sama bu Weni walas kita cuy?" Mala memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Ya bisa aja kan," sahut Yuki.

"Gantengan mana sama Galih?" Tanya Rahma yang terlihat begitu antusias.

Mala dan Reta yang mendengar itu langsung tertawa lepas. "Galih? Lu bilang ganteng Ma? Mata lu curek kayanya."

"Ya jelas gantengan dia lah," sahut Mala dengan begitu antusias.

"Ntar gitu gitu dia gak masuk kelas kita, huahahaha ketawa paling keras gua ntar." Terlihat Alan sedang berjalan menuju bangkunya dengan tampangnya yang meledek.

"Sirik aja lu," ucap Mala ketus.

Mala dan Alan memang tak pernah akur. Jika mereka berdua sedang bersama, pasti selalu saja ada yang mereka ributkan.

"Oh iya Ret, mana novel gue?" tanya Alan.

Reta menoleh, ia sudah mendapati seorang Alan yang sudah duduk di sampingnya. Kerah baju atas Alan tidak terkancing, dan bajunya juga di biarkan begitu saja keluar, ia juga sering tidak memakai dasi dan gesper sesuai peraturan sekolah. Alan ini adalah tipe anak anak nakal yang selalu mencari masalah dengan guru. Tapi, memiliki otak yang encernya bagaikan air mineral.

Retapun mengambil sebuah novel dari dalam tasnya, dan memberikannya kepada Alan.

"Gimana? Seru kan?" ujar cowok itu.

"Seru, tapi gue masih gak terima kenapa mereka lebih pilih menyembunyikan perasaan mereka? Mereka berdua sama sama tersakiti."

Alan mengangguk setuju, ia mengerti apa yang dimaksud Reta. "Ya udah, ntar gue bawain lagi novel yang sejenis kaya gini."

Reta hanya mengangguk, sementara Alan kembali kebangkunya. Karena, bu Weni sudah masuk kedalam kelas bersama seorang anak laki-laki yang menurutnya sedikit aneh.

Reta memperhatikan sekitarnya, semua gadis dikelas itu tersenyum dengan lebar kecuali Reta. Mereka semua menyambut hangat kedatangannya, Dan impian mereka tentang anak baru itu masuk kedalam kelas ini pun menjadi kenyataan.

Semua cewek sama saja, jika ada yang bening sedikit langsung melupakan sekitarnya.

Seorang laki laki berambut hitam dengan wajah yang bisa dibilang imut  dan sedikit mengesalkan buat Reta.

Entah kenapa, Reta merasa kehadirannya dikelas ini cukup aneh. Entah apa, Reta tidak bisa menjelaskan itu. Ia pun memperhatikan laki laki itu dari ujung rambutnya sampai ujung kakinya, tapi percuma. Ia tidak menemukan kejanggalan sedikitpun.

"Mal, gue rada aneh sama nih anak baru." Reta berbisik tepat di samping telinganya Mala.

"Ngada ngada lo Ret, gak baik nilai orang dari covernya."

"Ayo Reo, perkenalkan diri kamu." ujar bu Weni.

"Kenalin, saya Reo Adinata bisa di panggil Reo."Perkataannya hanya sampai disana.

Bu Weni menatap anak laki laki itu dengan aneh. "Sudah Reo? Tidak mau menjelaskan dari mana asalmu? Ya mungkin " tanya bu Weni.

"Tidak usah bu, tidak perlu." jawabnya singkat.

Karena bu Weni ingin langsung memulai pelajaran iapun mempersilahkan Reo duduk di salah satu bangku yang kosong.

"Silahkan, Reo duduk di bangku yang kosong."

Dan Reo pun menuju kebangku yang kosong, seraya memandang Reta dengan tatapan yang menurut Reta itu aneh.

"Awas, copot tuh mata" celetuk Reta.

Dan iapun duduk di bangku itu Dan kebetulan sekali, bangku yang kosong itu berada di belakang Reta dan Mala.

"Akhirnya gue nemuin lo," ucap Reo berbisik tepat dibelakang Reta.

Suaranya halus, sangat pelan tetapi ntah kenapa terdengar begitu menusuk.

Tbc...

Misteri sekolah #3 : guess who?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang