Aku terlahir dari keluarga kecil yang hidup dalam kesederhanaan. Sejak bayi, aku tinggal di gubuk kecil bertembok papan. Gubuk yang kini terlihat rapuh seakan mau rubuh itu telah menjadi sebagian besar saksi hidupku.
***
Saksi terjalnya perjalanan hidup terasa lekat ditambah dengan hadirnya sosok pahlawan kuat yang membuat hidupku semakin berwarna. Pahlawan itu adalah ayahku yang memiliki sifat pekerja keras dan tidak mudah mengeluh. Ayahku bekerja sebagai buruh tani, dimana menjadi seorang buruh tani adalah pekerjaan yang umum dilakukan warga di desaku. Hal yang aku kagumi dari sosok ayah adalah semangatnya dalam bekerja, dia sosok kuat yang tak pernah lelah melangkahkan kaki untuk mengais rezeki.
***
Selain ayah, ada juga malaikat tak bersayap yang hadir dalam hidupku. Dialah ibuku, wanita hebat yang telah melahirkan dan membesarkanku bersama ayah. Ibuku tak kalah kuat dengan ayahku. Tak jarang, ibu membantu ayah bekerja di ladang melawan panasnya terik matahari. Terkadang, ibu juga memilih untuk berjualan makanan.
***
Sejak kecil aku sudah di ajarkan apa arti kerja keras mencari rezeki. Karena itu, ayah dan ibu sering membawaku pergi bekerja, baik itu membawaku ke ladang ataupun berjualan. Yaa.. walaupun aku tidak bisa sepenuhnya membantu dan hanya bisa menghabiskan waktu untuk bermain-main di sana seperti halnya anak-anak pada umumnya.
***
Seiring berjalannya waktu, aku tumbuh semakin besar. Tepat di usia enam tahun, aku mulai memasuki masa sekolah. Dan di masa Inilah aku mulai mempunyai banyak mimpi. Saat itu aku masih duduk di bangku TK. Di usiaku yang masih dini, aku bermimpi ingin menjadi penyanyi hebat di suatu hari nanti. Karena memang dari kecil aku hobi bernyanyi. Suatu hari, aku ditarik oleh pihak sekolah untuk menjadi salah satu peserta perwakilan sekolah dalam acara lomba menyanyi antar sekolah TK se-Kecamatan. Rasa senang dan gembira benar-benar aku rasakan pada saat itu. Dengan penuh semangat aku terus berlatih agar bisa menampilkan yang terbaik. Hingga tiba saatnya, dimana hari tersebut adalah hari perlombaan dan pengumuman pemenang lomba tersebut.
Tapi mungkin memang belum rezekiku pada perlombaan itu. Aku tidak menjadi pemenang dan tidak juga mendapatkan juara satu, dua, maupun tiga dalam perlombaan itu. Aku sempat putus asa dan berfikir tidak akan bisa menjadi seorang penyanyi hebat karena memang bakatku bernyanyi tidak sehebat mereka.
***
Saat itu, salah satu guruku berusaha menenangkanku dan membantuku untuk bangkit.
Beliau berkata "Sudah, gak papa gak menang, yang penting kamu sudah mau berusaha untuk menampilkan yang terbaik,"
Mendengar perkataan nya itu, aku justru merasa kecewa, aku membalas apa yang beliau katakan, "Tapi kenapa? Kenapa bukan aku yang jadi juara, aku sudah capek latihan Bu. Kenapa aku tidak menjadi juara?"
Guruku tak henti berusaha membuatku tenang, dengan penuh kesabarannya dia berkata "Tapi kamu seneng kan sudah bisa ikut lomba ini? Yang penting itu kamu sudah mendapatkan ilmu dan pengalaman besar dari perlombaan itu."
Seketika aku sadar bahwa memang aku yang salah, kenapa aku hanya mengharapkan menjadi seorang juara, sedangkan ilmu dan pengalaman yang didapat jauh lebih berharga. Bahkan impianku menjadi penyanyi belum berhenti sampai disini, sampai kapan pun aku akan terus mengejar mimpiku, walaupun aku tau itu semua tidak mudah untuk dicapai. Pada saat itu juga aku berjanji pada diriku sendiri, bahwa suatu saat aku akan kembali berjuang menggapai mimpiku untuk menjadi penyanyi profesional.***************
[Udah dulu yaa 😁, jangan lupa baca kisah selanjutnya dari SANG PEMIMPI]
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG PEMIMPI (CERPEN TELAH TERBIT DALAM BUKU ANTOLOGI CERPEN TRANSCEDENTAL)
Short StoryHayy readers!! Kini aku menghadirkan Cerpen dari seorang pemimpi anak pelosok desa. Semoga dengan cerita ini bisa membuat Klian termotivasi dan lebih semangat dalam perjuangan menggapai mimpi. Selamat membaca :-) Cerpen ini juga insyaallah akan ter...