[1]

4.7K 293 11
                                    

Cintalah yang membantuku bertahan

.
.
.
.
.
.

Disinilah aku, memandang rasa sakitku. Tak sedikitpun aku berpaling, aku masih tetap melihatnya, melihat kearah rasa sakitku.

.
.
.
.
.
.

Aku duduk dikursi taman, sambil memandang kearah dua pasangan yang.. entahlah, aku rasa mereka bukanlah sepasang kekasih. Mungkin itu hanyalah mainan lelaki yang saat ini bermesraan dan bercanda tawa dengan perempuan itu. Tapi hal itu tentu saja itu membuatku iri, ya.. aku iri! Aku tidaklah bisa bermesraan dan bercanda tawa seperti itu, dan hal itu juga menambah rasa sakitku. Kenapa aku harus sakit? Apa hubungannya? Hey! Kalian tau? Itu adalah suamiku. Dia Off Jumpol, orang yang aku benci! Namun.. aku mencintainya. Mungkin, tanpa adanya rasa cinta.. aku sudah meninggalkannya. Tak kan ada rasa sakit, tak kan ada penderitaan, tak kan ada ikatan. Jikalau kau bertanya, apakah aku lelah menjalaninya tanpa adanya rasa cinta dari suamiku, aku langsung menjawabnya dengan sepontan. Ya! Aku lelah! Sangat lelah! Namun bodohnya aku yang mencintainya begitu dalam sampai sampai aku hanya bisa menangis tanpa berkata apapun padanya.

Awalnya.. bajingan itu, ekhm maksudku.. suamiku. Suamiku dan aku saling mencintai, bahkan.. kami telah berpacaran selama 3 tahun, lalu kami menikah karena adanya restu dari kedua orangtua kami. Tapi, rasa cinta itu berubah saat dia telah berkerja untuk mengelola perusahaan papanya. Kurasa.. bukan hanya rasa cintanya yang berubah, namun dia telah mengubah dirinya. Sepenuhnya! Sepenuhnya yang ada pada dirinya berubah. Dia bukanlah Off Jumpol yang sederhana, dia bukanlah Off Jumpol yang penyayang, dia bukanlah Off Jumpol yang baik hati. Bahkan.. dia bukanlah Off Jumpol yang memiliki perasaan, yang memiliki kesetian. Dia sekarang menjadi Off Jumpol yang gila harta, dia adalah Off Jumpol yang kasar, tidak berperasaan, dan.. tidak memiliki kesetiaan. Namun aku yang bodoh ini masih saja mencintainya.

Aku mengetahui semuanya, dia berselingkuh. Hey! Kau tau? Dia berselingkuh bukan hanya sekali, namun berkali kali. Dan yang lebih parahnya lagi, dia selalu mengganti ganti pasangannya. Oh.. bodohnya aku yang tetap saja mencintainya! Bayangkan saja, betapa tergila gilanya seorang Gun Attaphan mencintai bajingan yang bernama Off Jumpol. Dan suamiku, apakah dia mengetahui kalau aku mengetahui semua perbuatannya? Tidak! Si bodoh itu tidak mengetahuinya! Dia masih saja terlihat seperti mencintaiku saat berada dirumah. Namun aku tau, tatapannya telah menunjukkan kebohongan. Perlakuannya tidaklah lagi sama. Dia bodoh! Atau.. aku saja yang terlalu bodoh karena mencintainya?

.
.
.
.
.
.

Entah berapa lama aku membuang buang waktuku hanya untuk melihat bajingan itu bermesraan didepan mataku. Entah berapa banyak air mata yang sudah kuhabiskan untuk kebodohanku ini. Entah berapa lama lagi aku harus menyaksikan semua ini. Akhirnya bajingan itupun selesai, mereka berdiri dan beranjak pergi menuju parkiran. Dan aku.. tetap saja mengikutinya. Aku tau aku bodoh! Benar benar bodoh! Namun rasa penasaranku amatlah besar, jadi aku mengikutinya. Dan akhirnya aku sampai didepan hotel mewah. Dan kalian tau saja apa yang akan mereka lakukan disana. Aku tentu saja mengetahuinya. Karena aku pernah meminjam, yang lebih tepatnya menyewa area CCTV untuk memantau kegiatan bajingan itu. Dan aku kembali mendapatkan rasa sakit, dan membuang waktuku dengan sia sia hanya untuk melihat semua ini. Karena aku terlalu lelah melakukan hal bodoh lagi jadinya aku pulang dan melanjutkan kegiatanku untuk menangis.

.
.
.
.
.
.

"Gun, papii pulang!"

Oh sial! Suamiku sudah pulang, dan aku masih berada didalam kamar mandiku. Duduk dibawah pancuran air shower sambil menangis, dan aku tertidur dalam keadaan air masih saja membasahi diriku. Tapi.. sudah berapa lama aku tidur? Sudahlah, lebih baik aku segera mandi.

Tok tok tok

"Baby! Apa kau didalam?"

"Tunggu papii, aku masih mandi" Suaraku begitu serak, aku rasa aku terlalu lama menangis.

"Gun, suaramu kenapa?"

"Tidak apa, aku hanya kurang minum" Sangat sulit bagiku untuk berbicara, rasanya tenggorokanku sakit sekali.

"Hey, nampaknya parah, sampai kesuliatan berbicara seperti itu, ayo kita kedokter. Cepat selesaikan mandimu, aku mau ganti baju. Setelah itu kita kedokter"

"Tapi.." aku berusaha menolak, namun dia memotong pembicaraanku

"Tidak ada penolakan" oh sial! Mau tidak mau aku harus pergi. Tanpa menjawab apa apa, aku dengan cepat menyelesaikan mandi.

Setelah selesai mandi, aku keluar dari kamarku. Dan melihat suamiku yang sudah tertidur.

"Papii?" Hem.. aku rasa dia lelah, jdi aku tidak membangunkannya. Akupun berpakaian, lalu pergi kedokter sendirian.

.
.
.
.
.
.

Setelah selesai berobat kedokter, aku mampir untuk membeli makan malam. Aku rasa aku sangat lapar, sampai sampai aku sangat lemas sekarang. Setelah membeli makanan, aku langsung pulang kerumah.

Akupun menyiapkan makan malam dan berniat membangunkan suamiku.

"Papii? Bangun" tidak ada jawaban, nampaknya dia sangat lelah

"Papii!" Aku menepuk nepuk pipinya

"Jangan bangunkan aku Mook" Dia mulai lagi menjadi bajingan, dan air matakupun menetes, sesegera mungkin aku menghapusnya

"Papii!" Aku kali ini hanya memanggil namanya, karena air mataku sekarang sudah membanjiri pipiku, aku segera beranjak dari tempat tidur, dan pergi kekamar mandi untuk membasuh mukaku. Setelahnya, aku keluar dan suamiku belum juga bangun. Dan akupun mendekati tempat tidur dan membangunkannya lagi

"Papii!" Aku kembali menepuk pipinya

"Sudah aku bilang!" Akupun menangis, dan agak menjauhkan diriku

"Jangan bangunkan aku.. Mo.. eh, Gun?" Aku segera menghapus air mataku, dan tersenyum kepadanya

"Papii, ayo kit.."

"Gun.. maafkan aku"

"Tidak apa, ayo kita makan malam"

"Ayo, tapi.. kau mau kedokter kan?"

"Gun udah pergi tadi"

"Kenapa gak bangunin?"

"Papii tadi sedang tidur"

"Hem.. kenapa gak bangunin"

"Gak ada, Gun mau pergi sendiri aja"

"Lain kali.. bangunin aja"

"Hem.."

"Apa kata dokter?"

"Suaraku serak karena aku kurang minum, dan aku hanya boleh makan bubur selagi suaraku serak. Dan.. gak boleh banyak bicara"

"Hem.. okhee, ayo makan. Kalo gitu jangan bicara lagi"

"Iya pa.."

"Jangan bicara baby.."

.
.
.
.
.
.
.

Tbc~

Sad gak sih? Jangan lupa dukungannya teman🤗

LuvYu♡

-anaknyaOffGun🐣

Rasa Sakit [OffGun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang