Pekan berganti tanpa menyisakan hari yang berarti bagi Seokjin. Ia sudah naik tahta menjadi Raja dengan kondisi kesehatan yang melemah beberapa hari belakangan ini.
Hilir mudik tabib istana yang mengunjunginya tiap pagi dan sore hari menjadi pemandangan rutin. Tentu saja ia memiliki tabib khususーorang yang ia percaya tidak akan mencelakainya.
Seokjin jadi jarang berkunjung ke paviliun tempat putera semata wayangnya belajar bersama Guru Jung Hoseok. Sebagai gantinya Pangeran Taehyun yang kini resmi menjadi Putera Mahkota akan mengunjunginya bersama Ratu di malam hari. Mereka akan berbincang santai sebelum Seokjin selalu terlebih dulu berujar ia ingin segera tidur. Maka Ibu dan anak itu akan memakluminya dan segera undur diri dari kediaman Raja.
Seokjin memang tidak pernah berbagi kamar dengan isterinya, Joohyun. Mereka tidak pernah tidur bersama dan sampai kapan pun akan begitu.
Malam ini, Ratu Joohyun hanya datang bersama dayang dan pengawal istana. Seperti biasanya ia membawakan kue kesukaan Seokjin dan minuman herbal dari Ibunya untuk menambah stamina pemangku tahta itu.
"Apakah Taehyun hari ini belajar dengan baik?" tanya Seokjin memulai pembicaraan. Mereka memiliki hubungan yang baik namun Seokjin selalu menegaskan bahwa sampai kapan pun ia tidak bisa memberikan hati dan tubuhnya untuk Joohyun.
"Iya, Yang Mulia. Siang tadi Putera Mahkota belajar berburu dengan Jenderal Min di luar istana. Kelihatannya kemampuan memanahnya meningkat. Dia terlihat senang sekali," ujar Joohyun dengan wajah berseri-seri.
Wanita itu tidak merasa salah bicara karena setelah mendengar informasi itu Seokjin merasa ia kembali ditampar oleh fakta di mana kedudukan Jenderal Perang Istana sekarang diampu oleh Min Yoongi.
Namjoon telah dibawa pergi ke tempat yang Seokjin tidak ketahui.
"Joohyun-ah," panggil Seokjin lirih. Ia tersenyum pada isterinya, teringat selama ini ia selalu memanggil wanita berparas jelita itu dengan nama lahirnya.
"Ya, Yang Mulia?"
Jemari Seokjin mengelus permukaan mangkuk berisi ramuan herbal yang masih hangat, "Setelah aku minum ini, kau kembalilah." Ia kembali tersenyum dan Joohyun merasa ada yang janggal sebab selama ini Seokjin tidak sebanyak ini tersenyum padanya.
"Kau bisa berhenti Joohyun-ah."
"Ya-Yang Mulia? Apa maksud anda?"
"Taehyun tumbuh sangat cerdas, tangguh, juga bugar." Iris mata Seokjin yang kecokelatan bergetar malam itu. "Sudah pantas menggantikan posisiku, bukan?"
Joohyun tercekat mendengar pertanyaan yang tak pernah ia sangka akan keluar dari mulut Seokjin sendiri.
"Ini yang terakhir, heum?" Dengan tangan gemetar Seokjin mengangkat mangkuk itu sejajar dengan dagunya. "Jika kau melakukan ini padaku terus-menerus, aku tidak bisa menyelamatkan anakmu Joohyun-ah."
Keduanya saling melempar pandangan tidak percaya. Amarah dan kekecawan tumpah dari manik Seokjin sebelum menyesap ramuan herbal itu di depan mata kepala isterinya.
"Tidak! Jangan diminum, kumohon!" Joohyun melempar mangkuk itu hingga menggelinding di lantai kayu kamar Seokjin. Cairan di dalamnya menggenang pekat di bawah kaki meja. Dayang istana pasti diliputi rasa khawatir di luar sana mendengar suara barang pecah belah jatuh. Berharap tidak ada pertengkaran yang terjadi di antara Raja dan Ratu.
"Ma-maafkan aku, Yang Mulia.." Wanita itu menggosok kedua telapak tangannya sembari bersimpuh di depan Seokjin. "Ma-maaf... aku terpaksa melakukan ini pada anda karena anakku yang menjadi taruhannya..." Joohyun terisak kencang dan bersujud di kaki Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Moon (✓)
Fanfiction[END] Apa alasan Namjoon menolak Putera Mahkota? Seokjin rasa; Jenderal Perang itu hanya tertarik pada geisha. Warn: Boyslove. Royalty! AU. General War Namjoon. Prince Seokjin. Mpreg.