4. Cedera

6 0 0
                                    

Hari ini, esok, dan lusa sepertinya akan menjadi hari yang berat bagi Nasfa. Tak disangka tragedi kemarin sore berdampak cukup serius. Kaki Nasfa sekarang tidak selincah dulu, bahkan ia harus jalan pelan-pelan agar kondisinya tidak semakin buruk.

"Pelan, De," ucap Nazril yang sedang memapah Nasfa menuju kelasnya.

Pemandangan Nazril dan Nasfa menjadi pusat sorotan. Jika saja seseorang tidak tahu mereka bersaudara, pasti akan menyangka jika mereka berpacaran. Momen sekarang saja mampu membuat kaum hawa menatap kaget saat melihat Nazril menahan tubuh Nasfa dengan sangat posesif.

"Gak usah liatin mereka, fokus aja jalan," intrupsi Nazril yang sudah kebal ditatap oleh kalangan wanita.

"NASFA!"

Sepasang kembaran itu menatap bersama ke arah Ica yang berlari. Sahabat Nasfa itu lantas berdiri di samping Nasfa dan ikut memapahnya.

"Lo kenapa dih? Pincang lo? Nyangkut? Kenapa bisa pincang gini? Lo gak jatoh gara-gara manjat pager, 'kan?" tanya Ica penuh selidik.

Nasfa menghela nafas panjang. "Manjat pager apaan. Kagak lah!"

"Lah terus ini?"

"DEFA!"

Merek bertiga dikejutkan oleh Bisma yang muncul tiba-tiba dari dalam kelas. Lelaki itu datang dengan wajah kaget saat melihat Nasfa tidak seperti biasanya.

"Tumben dateng pagi. Eh, kok dipapah? Diamputasi lo?" Tanya Bisma ngelantur.

"Lo buta? Kakinya masih berwujud woy," balas Ica sewot.

Tiba-tiba Nazril tertawa kecil. Kemudian, tatapannya seketika menusuk, menatap ke arah Bisma dengan urat dahi yang mulai tergambar.

"Apa? Defa?" Nazril berbicara seolah ada candaan yang menyinggungnya.

"Ih, Ka, udah-udah. Jangan mulai lagi ah," ucap Nasfa yang sedang menahan Nazril. Sepertinya Nasfa tahu betul kesalahan yang terjadi di sini.

"Lo barusan panggil adek gue apa? Defa?" Nazril tetap berkata begitu dengan nada yang semakin tajam.

"Karil! Udah ih!" Nasfa terus mengguncang lengan Nazril agar berhenti mengatakan hal itu.

"Gue manggil apa barusan?" Bisma mulai menanggapi ucapan Nazril. "Defa. Gue manggil dia Defa. Kenapa? Bukannya lo juga suka manggil dia gitu?"

"Bisma!" Nasfa memperingati.

"Emangnya lo udah sedeket apa sampe berani manggil dia Defa?" Tanya Nazril dengan nada dingin. Tatapan lelaki itu lagi-lagi menyorot dan aura yang dipancarkan benar-benar mengandung unsur negatif.

"Ha?" Respon Bisma dengan mimik polos.

"Udah, Ka. Gak usah diperpanjang, nanti aku jelasin ke dia deh. Udah udah, masuk kelas sana," pinta Nasfa mencoba membuat suasana mencair.

"Lo Bima sepupunya Alif, 'kan? Manggil Nasfa wajar-wajar aja, oke?" ketus Nazril sebelum lelaki itu benar-benar melangkah pergi meninggalkan kelas Nasfa.

Setelah jejak Nazril benar-benar hilang dari hadapan mereka. Segera mungkin Nasfa menyuruh Ica dan Bisma untuk duduk. Nasfa sepertinya harus segera menjelaskan.

"Kenapa sih, Fa? Itu si Nazril ngambek ke si Bisma?" tanya Ica penasaran.

"Gue salah di mananya sih? Kaget gue, sampe bawa-bawa Alif segala," timpal Bisma tak kalah penasaran.

Nasfa mengatur nafasnya dulu, kemudian menatap mereka serius. "Nih ya denger, aduh untung banget gue di sana. Jadi gini gais, lo tau Nazril suka manggil gue apa?"

Keep YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang