[7]

155 47 28
                                    

Sudah sekitar 2 hari gadis itu tidak membuka suaranya semenjak kejadian kemarin. Dan sejak 2 hari juga laki-laki itu belum menampakkan lagi batang hidungnya. Gadis itu berusaha mencoba menyembunyikan raut wajah yang sekarang ini sedang kacau. Berharap sahabat di depannya ini tidak mencurigainya. Laki-laki yang selama ini di percaya olehnya. Bahkan kepercayaan itu seakan mulai pudar. Atas tindakan bodoh yang dia lakukan kepadanya. Dia telah merenggut ciuman pertama nya dan memaksanya untuk menjadi miliknya. Gadis itu tidak menyangka dia bertindak sejauh ini.

Oh tuhan Kenapa semua ini harus terjadi kepada ku.

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat gadis itu bersiap untuk pulang.

"Soyoung-ahh kajja!"  Tiba-tiba seseorang menyembulkan kepalanya dibalik pintu

" Ahh ne hyemi-ahh" setiap pergantian minggu aku dan hyemi selalu bergilir tempat antara di kitchen dan di bagian kasir. Kami bersama berjalan menuju pintu. Dan kami juga selalu pulang bersama.

"Soyoung-ahh mianhe sepertinya seseorang sedang menunggu ku di halte."

"Nugu?"

"Ah.. itu.." ucapannya terhenti oleh sahabat yang langsung memotong pembicaraannya. sebenarnya hyemi malu apa yang ingin dia katakan.

"Arraseo, pergilah semoga kencan mu menyenangkan" Soyoung mengerti akan keadaan sahabat nya ini.

"Anieyo.. aku duluan Soyoung-ahh kau berhati-hati lah." hyemi terlihat sangat terburu-buru. Jangan lupakan semburat merah yang menghiasi pipinya. Soyoung hanya bisa tersenyum atas tingkah sahabatnya itu yang menurutnya sangat menggemaskan.

Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya di sertai dengan suara gemuruh petir. Cuaca yang sangat dingin menusuk sampai ke tulang-tulangnya. Gadis itu pun mengeratkan mantelnya. Sialnya dia lupa membawa payung, gadis itu pun melangkahkan cepat kakinya menuju halte. Tanpa henti hujan terus mengguyur tubuhnya dan juga jalanan kota Seoul.

Langkahku terhenti saat melihat mobil sedan hitam berhenti tepat di depanku. Aku melihat seorang pria turun dari mobil itu dengan membawa payung. Sialnya pria itu adalah pria yang dari kemarin berusaha untuk aku hindari kini berada di depanku.Membawakan payung untukku.

"Masuklah" lirihnya. Dengan nada suara yang dingin

Aku tidak menghiraukan dan terus berjalan meninggalkan nya yang mematung di tepi jalan. Jangan lupakan keadaan ku sekarang. Rambut  yang berantakan ditambah lagi baju yang di  pakai semuanya basah kuyup akibat derasnya air hujan. Hingga lengan itu menggeret lenganku dengan kasar dan membawanya masuk menuju pintu mobil. Secara kasar dia mendudukan ku dan menutup pintu mobil nya dengan kencang.

Blamm

Selama perjalanan suasana dalam mobil hening. Hanya air hujan yang menghiasi suasana keheningan di dalam mobil. Tidak ada satu pun yang ingin membuka suaranya. Aku benci suasana seperti ini. Tapi aku juga tidak ingin berbicara dengan nya aku masih sangat kesal. Aku mengalihkan pandanganku menatap embun pada kaca jendela yang ada di sampingku dan rintikan hujan. Tak terasa mobil sudah berhenti di depan apartemen ku. Saat aku akan membuka pintu mobil tiba-tiba dia menarik ku dan

Cupp

Dia menciumiku lagi. Aku pun secara paksa melepaskan nya

Plakk..

Satu tamparan mendarat di pipi mulusnya. Aku terkejut dengan apa yang aku lakukan. Jimin memalingkan mukanya. Hingga aku menemukan raut wajah Jimin yang memerah padam. Dia mendekatkan wajahnya dengan ku. Aku bisa merasakan deru nafasnya yang tak beraturan. Aku yakin dia sangat marah kepadaku. Dia menarik dagu ku dan menekan kedua pipiku. Rasanya sangat sakit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CYPHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang