Malam ini sungguh menyenangkan meski sudah berulang kali memasuki tempat ini, namun baru kali ini aku merasakan suasana hatiku lepas tanpa beban. Kejadian minggu kalu tlah lenyap dibius oleh dentuman-dentuman music dan lalu lalang gadis-gadis cantik yang berbusana you can see, hampir tak berbusana. Ya, inilah hidup. Inilah kebebasan!!! Teriakku ditengah hingar-bingar suasana disco.
Seminggu yang lalu aku "BERPERANG" dengan ayahku. Ya, ayahku sudah tidak tahan lagi dengan kelakuanku yang slalu keluyuran dsn pulang dini hari dengan jalan sempoyongan dan bau alkohol yang menyengat dari mulutku. Kuliahkupun tak karuan. Ayahku msrsh bahkan sempat mensmparku hingga pipiku merah, darah segar mengucur dari sudut bibirku. Aku meringis kesakitan dengan hati yang pedih.
"Ricky mau jadi apa kau? Mau jadi preman yang gak karuan?" Bentak ayahku.
Aku menunduk diam, dadaku panas. Dalam hati aku memberontak membela diri 'aku masih muda, bagiku sebuah kewajaran jika seorang remaja sepertiku hidup seperti ini.'
"Ricky lihat ayah nak! Apakah tidak ada sedikitpun dalam hatimu untuk membahagiakan orang tuamu?" Tangan kekarnya menggoncang-goncang tubuhku
'Aku ingin bebas aku ingin seperti Ali Topan anak jalanan,bebas tanpa ikatan aturan.'
"Ricky sudah dewasa yah. Aku ingin menentukan jalan hidup sendiri. Tanpa aturan dan kekangan." jawabku sambil menahan sakit. Ayah nembeku pandangannya tajam, sepertinya ayah menahan amarah dalam dadanya.Semenjak itu ayah eserta keluargaku tak menghiraukanku. Aku menjadi orang asing di rumah itu, tiba-tiba saja aku hidup dan terikat dengan aturan keluarga yang serba otoriter. Seakan-akan terkurung dalam sebuah sangkar dan tak bisa mengepakkan sayap jiwaku untuk melihat alam. Karna itulah aku ingin jadi diriku sendiri. "BEBAS"
°○°◇°
Dua minggu pasca kejadian itu berlalu. Aku tersenyum menikmati kebebasanku. Berharap hari aku tidak pulang kerumah. Aku tidak betah hidup dengan berhala-berhala kaku di hadapanku. Namun dalam hati aku berteriak "INILAH KEBEBASANKU."
Aku tinggal di sebuah rumah tua tak berpenghuni bersama gankku dalam melakukan aksi mabuk-mabukan, narkotika, dan perempuan. Kadang juga aku tidur ditempat mana saja mata ini terpejam dengan mulut bau alkohol dan darah melebur dengan obat terlarang. Sekali lagi 'INILAH KEBEBASANKU'°○°◇°
"Kak gimna kabarnya?" Aku terkejut, seorang gadis berjilbab memnghampiriku saat aku termenung seorang diri ditepi sungai, ku pandangi ia lekat-lekat. Aku tersenyum, Indah. Ya, aku yakin, gadis solehah teman SMA ku dulu. Kini dia lebih anggun setelah belajar di pesantren. Kamipun berbincang-bincang. Tak ku duga Indah tau banyak tentang kehidupanku.
"Apakah kakak ingin begini selamanya?" Tanyanya
"Aku juga tidak tahu In...! Yang jelas untuk saat ini aku ingin bebas tanpa ada yang mengaturku. Apa lagi sekarang seluruh keluarga sudah tidak mengganggapku sebagian dari mereka, tak ada lagi yang menyayangiku."
Indah terseyum dan menatapku "kakak tudak sendirian. Indah yakin disekitar kakak banyak yang masih menyayangi kakak. Cuma mungkin kakak aja yang tidak merasakan bentuk kasih sayang mereka." Indah terdiam sejenak "dan satu hal lagi yang harus kakak tahu, bahwa sejak SMA dulu Indah menyayangi kakak." Ucapnya pelan sambil berlalu meninggalkanku sendiri, terpekur dengan suasana yang tak pernah kuduga.Sejak kejadian di tepi sungai itu, Indah slalu datang menemuiku, kadang membawa makanan, buku-buku tentang agama dan sering bercerita tentang banyak hal. Indah memberikan perhatian yang lebih terhadapku. Namun, pantaskah aku untuk wanita solehah sepertinya? Apa lagi aku sering menghabiskan malamku dengan lonte-lonte jalanan, namun aku bersyukur tidak pernah sampai kelewatan batas. Dengan perhatian yang diberikan Indah, ia membuatku masih berharga untuk hidup di dunia ini.
°○°◇°
"Kak sebenarnya Indah ingin kakak berubah, menjadi orang yang Indah impikan dari dulu, Indah akan slalu ada untuk kakak, Indah akaan slalu menunggu sampai kapanpun. Percayalah kak." Ucapnya pelan suatu hari.
Aku tersentuh dari penuturan polosnya. ."Jujur In, aku merasa gengsi untuk kembali kerumah"
Indah tersenyum "kak Ricky, buanglah rasa itu pantaskah sesrorang yang akan berbuat kebaikan merasa gengsi untuk melakukannya? Sedangkan untuk melakukan kesalahan tidak sedikitpun mersa bersalah dan malu. Indah yakin, orang tua kakak pasti mengharapkan kakak berubah, mereka pasti senang melihat kakak meninggalkan pergaulan ini. Karna tidak ada satupun orang tua yang menginginkan anaknya menjadi anak jalanan. Apa lagi Allah, Dia pasti senang melihat hambanya memiliki tekad untuk mengenalnya dan kembali pada jalan-Nya." Jelas Indah menyakinkanku.
Aku tertegun dengan penjelasan panjangnya, perlahan kurasakan membelai jiwaku. Tanpa terasa air mataku meleleh, baru kali ini aku menangis didepan seorang wanita. Aku berjanji dihadapanya kalau aku akan berubah, aku akan meninggalkan dunia gelap ini, Indan terseyum bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Itu Bernama Indah
Espiritual"kak sebernsrnya indah ingin melihat kakak berubah menjadi seorang kakak yang indah impikan dari dulu, indah akan slalu ada untuk kakak, indah akan slalu menunggu sampai kapanpun. Percayalah kak." ucapnya pada suatu hari ~ Ku hampiri ia dan berbisik...