Awan kelabu, mencoba mencari pemandu. Matahari enggan menyapa, membuat siapa saja malas terbuka. Padahal jam tangan sudah menunjuk pukul tujuh lewat delapan. Gadis itu sudah bersiap memakai seragam putih abu-abu. Semuanya tampak baru, gadis itu memang membelinya seminggu lalu. Alasannya klise, takut tidak muat di badan bila membeli sebulan silam. Maklum, kuadrat tubuh makin gembrot seiring libur yang tak pernah membelot.
Jadi diputuskan membeli seminggu lalu. Minatnya juga tak besar-besar amat, bisa dibilang ia tak bersemangat. Impian sederhananya saat menengah pertama ingin mengecam pendidikan didaerahnya, terbayang menikmati masa sekolah yang kata sebagian besar orang puncak paling seru dalam persekolahan, dikelilingi teman karibnya, tapi terkadang ekspetasi tak sesuai realita. Keinginan itu hanya ditelan bulat-bulat. Lamat-lamat dihilangkan sayupan konco-konconya.
Namanya Liona Christarly, biasa dipanggil Lio. Murid kelas sepuluh yang akan melanjutkan pendidikan di tempat ini. Disinilah ia berdiri, di salah satu sekolah menengah atas daerah Medan. SMA Nusantara Medan. Hatinya tak siap kalau boleh jujur. Sudah berapa hari ditepis rasa tak karuan dihatinya, namun sia-sia sekarang.
Lio diantar om Arya dan Tante Nani. Maklum, hari pertama ia jadi siswi SMA ditambah lagi ia belum tahu letak gedung ini. Tante Lio tahu keresahan yang dirasakan keponakannya itu, lantas tersenyum. Kontak mata yang penuh arti, "semangat Lio" kira-kira begitulah kata-kata Tante Nani.
Mereka tiba di bangunan tempat persinggahan Lio tiga tahun mendatang, sekilas sekolah ini amat menarik dimata Lio. Perpaduan putih abu-abu menyapa matanya hangat, bersahabat. Lio menyalami Tante dan Omnya bergantian, melambaikan tangan tanda perpisahan. Lio masuk dengan sedikit gemetar. Maklumlah keadaan ini baru saja dihadapi. Hatinya bercampur aduk, entah apa yang akan terjadi di dalam sana tiga tahun mendatang yang pasti semua akan sedikit menantang. Kamu pasti bisa Lio.Happy reading 😇😇
KAMU SEDANG MEMBACA
CALL ME LIO
Teen FictionLio memutar hidupnya seratus tujuh puluh derajat. Kehidupannya berubah sejak perpindahannya ke rumah om dan tantenya. Lio si kutu buku bisa terhitung jari memiliki teman, kini harus menghadapi kedua cowok gokil di sekolahnya. Karel dan Steven, pert...