Akhirnya benar-benar berakhir

27 2 2
                                    

  

  "Li.." panggil mamanya pelan

  "Iya Ma?" Lio cepat-cepat menghampiri mamanya. Takut-takut kalau mamanya perlu sesuatu.

  "Maafin Mama ya Li. Jadi anak baik" Lio tercekat, masih belum hilang kesedihannya kini diperparah dengan perkataan mamanya.

  "Mama ga buat salah kok. Kenapa mesti minta maaf Ma. Udah ya sekarang Mama tidur aja dulu" Lio berusaha setenang mungkin, berharap itulah yang dibutuhkan Mamanya, terutama dirinya.

   "Ga usah pura-pura Li. Mama tahu kamu menderita. Semenjak papamu meninggalkan kita, mama jadi orang tua yang kurang baik ke kamu" mama Lio memang pedas berkata-kata, langsung menuju topik pembicaraan yang sudah di wanti-wanti.

   "Ma, gapapa kok. Aku paham mama kehilangan sosok papa dan mencoba mencari kekosongan itu. Sekarang kan mama udah lupain dia, kita hidup dari awal ma, buruan sembuh mama" Lio meneteskan air matanya. Kemustahilan selalu di percayai, itu akan selalu ada.

   "Kamu berbesar hati sekali Li, mama menyesal telah melakukan semuanya. Itu pasti sangat menyakitkan buatmu" mama Lio mulai menangis, tak ada yang bisa di sesali. Sekarang dirinya hanya mampu bertahan dan memulai semuanya lagi atau bahkan menyerah dengan sebuah harapan.

   "Mama yang mengajariku. Ingat tidak sewaktu kecilku mama seorang malaikatku" Lio menghapus air matanya, mencoba tersenyum untuk meneduhkan hati mereka. Sang waktu pasti akan menghampiri, entah kapan datangnya.

  " Li, jaga diri baik-baik. Mama sayang kamu" mama Lio menutup mata untuk selamanya, benar-benar selamanya. Bahkan sang takdir tak memberikan ruang untuk mereka memperbaiki semuanya.

   Hari itu, tepat setelah beberapa tahun silam kehilangan, ia kembali merasakannya untuk kedua kali. Air matanya tak mampu dibendung lagi, mengalir begitu saja. Mereka pergi untuk selamanya, tanpa meninggalkan jejak, namun mengundang duka.

   Tante Nani menghampiri Lio, menarik tubuh Lio dan memeluknya. Ia sangat sedih, tentu. Setelah memendam sakit, akhirnya kakaknya benar-benar terlepas. Lio menangis sejadi-jadinya, antara tidak terima dan belum siap, sejuta tawa kembali terelakan.

  "Tante, aku ga siap, Mama ga boleh pergi. Aku butuh mama Tan. Tante......" Isakan tangis Lio seakan pilu.

  "Yang sabar Li, ini udah jalan Tuhan"

  "Mama..."

  Selamat jalan mama, kita mungkin akan bertemu, atau tidak sama sekali. Aku akan merindukan pelukan hangatmu, aku akan selalu mendambakan senyummu. Terimakasih telah merawatku, mungkin ini adalah perpisahan setelah pertemuan kita yang sebenarnya. Aku akan merindukanmu, jangan lupa sering-sering menghampiri mimpiku.

Dari anakmu, Lio.
Dan akhirnya cerita kita di bumi sudah berakhir ma.

************

Acara pemakaman mama Lio dilakukan tertutup, Lio yang memintanya. Hanya kerabat-kerabat terdekat yang hadir. Mereka bahkan berusaha menghibur Lio, namun Lio hanya bisa terdiam.

Beberapa kali ia mencoba tersenyum, menghormati mereka yang terus menghibur. Awan mendung seperti mendukung, ikut menangisi setiap kepergian. Keniscayaan seakan kembali berkata, ia selalu ada dan bertindak.

Kembali duka terajut, kembali luka terbuka, kembali jiwa merana. Apa yang harus dilakukan kecuali menerima, ia seakan tidak bisa mengatakan belum waktunya karena semesta yang berkuasa.

Akhirnya status baru tercipta baginya, bila dulu yatim kini piatu.
Pukul 2 siang tepat mamanya kembali ke asalnya, roh dan tubuhnya harus berpisah. Dan akhirnya benar-benar berakhir.




********

Sedih sekali, aku juga tak bisa berkata lagi. Ini memang harus sudah terjadi. Sebagai penulis saya turut merasakan. Tenang saja, setelah kehilangan akan ada kebahagiaan meski dalam pengertian yang berbeda. Kami akan kembali dengan sejuta cerita, jangan lupa vote dan baca. Salam hangat, penulis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CALL ME LIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang