Lamar

165 12 0
                                    

Lamar

Dua hari lalu, kami memutuskan untuk bertemu.
Disaat yang tidak kondusif seperti saat ini.
Tapi kami tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku saat ini.
Ya, kami hanya bisa saling melihat satu sama lain.
Aku melihat jauh kedalam bola matanya, yang memancarkan kerinduan yang mendalam, matanya yang sayu sarat akan kelelahan dan lihatlah dia sedang tersenyum bahagia dengan tubuh yang terlihat lebih kurus dari biasanya.
Apa dia hidup dengan baik, selama aku tidak disisinya?
Dia mulai berbicara banyak hal tapi aku berkutat dengan pikiranku sendiri, hingga pada detik ketika dia mengeluarkan sebuah kotak dalam sakunya dan menaruhnya di atas meja aku baru tersadar.

"Apa ini?" Kataku.
"Seperti yang aku katakan tadi, Bukalah." Katanya.

Aku melihat cincin dengan batu permata diatasnya, sangat indah.

Aku melihat lebih dalam kedua matanya, aku tidak melihat ada kebohongan disana

Dia menghela nafas cukup keras, mungkin dia mulai kesal dan tidak sabaran karna aku tidak bereaksi apa-apa dan mulai berbicara.

"Menikahlah denganku, ini perintah! Bukan himbauan, apalagi harapan."

Pernyataannya membuatku terbengong untuk beberapa detik
Sebenarnya dia sedang melamar atau apa? Dia benar-benar luar biasa, huh.
Aku mengambil cincin itu dan memasukannya perlahan ke jari manisku.... sangat manis.
Aku mulai memalingkan pandanganku dari cincin yang sedari tadi menjadi fokus perhatianku dan fokus dengannya.

"Aku mencintaimu" kataku
"Emnn, tidak. Aku sangat mencintaimu, lebih bahkan."katanya.

"Apa kamu tau, akhir-akhir ini aku sering merasa sepi dan dingin, tapi aku selalu ingat kata-katamu."

"Apa kau tau bedanya api dengan kamu? Kalau api hangat yang membahayakan tapi kalau kamu hangat yang membahagiakan"

"Ternyata gombalan recehmu, mampu membuat hatiku selalu hangat, terimakasih"

Kami saling tertawa satu sama lain,  hingga tiba-tiba tatapanya mulai berubah tajam dan serius

"Jangan ada keragu lagi, aku tidak main-main, jadilah ibu dari anak-anakku nanti"

Tak sanggup ku menahan rasa yang bergejolak sejak awal aku melihat dirinya.
Air mata ini mulai menetes tanpa perintah, tak mampu ku tutupi rasa terharu dan bahagia sekaligus mendengar pengakuanya secara langsung.

"Terimakasih, mungkin aku tidak secantik seperti wanita yang lain tapi aku pastikan tidak ada orang lain dihatiku kecuali dirimu." Kataku

"kamu harus menepati janji itu seumur hidupmu dan ingatlah kamu hanya milikku!"katanya.

Lihatlah belum apa-apa dia sangat posesif, tapi aku sangat menyukainya.

Kami saling melihat satu sama lain untuk menuntaskan hasrat rindu yang sudah lama terpendam, kami cukup lama saling pandang sebelum akhirnya kami memutuskan kontak mata.
Ini sungguh berat, aku berjalan tertatih menjauh dari  tempat itu.. Biasanya aku akan selalu menangis, tapi kali ini sedikit berbeda, aku meninggalkan tempat itu dengan senyum kebahagian.

-nita arum sari-

[20/5 23.55]
Klaten, 21 Mei 2020.

#sebuahkata
#puisi
#nanet

Trimakasih

sebuah kataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang