Park Jimin, pria berusia dua puluh tujuh tahun yang menjabat sebagai seorang direktur di salah satu perusahaan kecil. Dia mencoba terjun ke dunia bisnis di usianya yang masih tergolong muda untuk melakoni hal itu. Tuntutan sang ayah yang selalu memintanya untuk menjadi yang terbaik agar bisa menjadi pewaris yang pas untuk hc group. Demi ayahnya Jimin bahkan merelakan masa mudanya untuk bermain dengan kertas-kertas putih bertorehkan tulisan hitam di setiap lembarnya. Hal yang selalu memuakkan dan ingin segera ditinggalkan oleh Jimin. Beruntunglah dia memiliki seseorang yang selalu mendukungnya dan memberi dorongan hingga bantuan di saat Jimin merasa lelah akan kehidupannya.
Jika bukan karna sahabatnya itu, mungkin Jimin sudah lari dari rumah karna kekangan ayahnya yang tidak henti-hentinya dengan segala kalimat tuntutan agar Jimin menjadi lebih baik dari hari ke hari. Dan lebih buruknya lagi, jika saat itu Taehyung terlambat sedetik saja, mungkin Jimin sudah mati tergeletak dengan darah yang mengalir dari tangannya yang di sayat dengan silet. Walaupun kehidupan Jimin begitu tertekan, namun dia masih sempat bersyukur karna memiliki sahabat seperti Taehyung. Seorang pria dari keluarga kim yang di kenalnya semasa sma.
Taehyung sendiri tidak berasal dari keluarga yang kaya raya seperti Jimin. Ayahnya seorang sekretaris pribadi ayahnya Jimin. Ibunya bekerja sebagai dokter di rumah sakit lansia di kota besar ini.Lagi dan lagi berkas-berkas itu datang silih berganti ke ruangan Jimin. Pria bersurai hitam legam itu memijit kepalanya melihat yang di tangannya saja belum selesai dan sekarang bertambah lagi. Melihat sahabatnya itu benar-benar kalut dan malas, Taehyung menaruh berkas yang dibawanya di meja lain yang cukup jauh dari Jimin. Taehyung berputar menuju kulkas dan mengambil dua kaleng minuman bersoda. Yang satu dia taruh di hadapan Jimin dan satunya lagi dia buka untuknya sendiri.
"minumlah, jangan terlalu difikirkan, nanti akan ku bantu menyelesaikannya, jika perlu kita begadang malam ini"
Jimin membuang nafas malas dan membuka minuman itu. Taehyung melirik pria yang lengan kemeja putihnya di gulung setengah dan dasinya yang sudah tidak terpasang rapi lagi, bahkan dua kancing di atasnya sengaja dibiarkan terbuka agar memudahkan angin berhembus masuk.
"seksi..."
"bwo?!..."
Taehyung terkekeh menampilkan senyuman kotaknya "kau terlihat seksi setiap kali berpenampilan seperti itu, jika aku wanita aku sudah menerkam mu dari tadi"
"aku tidak ingin bercanda dengan mu kim taehyung"
"ayolah jangan terlalu tegang, kau tau setiap kali aku melihat wajahmu seperti itu membuatku merasa berteman dengan seorang kakek-kakek"
"akan lebih baik jika aku memang seorang kakek-kakek dan tidak perlu melakukan hal menyebalkan ini"
Taehyung menutup rapat mulutnya dan memutar mata mengelilingi meja Jimin yang memang penuh dengan berkas-berkas yang datang tiada henti dari ayahnya. Semua ini harus dipelajari Jimin dalam waktu yang harus sesingkat-singkatnya. Jika tidak Jimin akan mendengar omelan lagi di malam hari saat pulang ke rumah.
"kau mau keluar bersama ku malam ini?"
"aku sibuk, kau tidak lihat?"
"aku tahu, tapi sesekali kita butuh hiburan juga bukan"
"pergi saja jika kau mau, aku tidak ingin di omel pria tua gendut itu lagi"
"sekali saja, ayo"
Taehyung melempar jas kerja Jimin dan mengambil kunci mobil Jimin yang terletak di nakas. Mau tidak mau Jimin bangun dan mengikuti Taehyung keluar. Kurang lebih lima belas menit di perjalanan, Taehyung memarkir mobil di basement salah satu club malam di daerah itaewon itu.
Berjalan mengekori Taehyung dan masuk ke dalam bar yang sudah ramai pengunjung di pukul lima sore hari itu. Tidak sedikit mata Jimin menangkap perempuan yang datang dengan pakaian kurang bahan di tubuh indah mereka.
Menaiki anak tangga dan duduk di salah satu meja yang segera di datangi pelayan laki-laki tampan. Menawarkan dengan penuh keramahan dan membuat orang disekitarnya merasa nyaman. Setelah memesan beberapa minuman, pelayan itu pergi dan menyisakan Jimin bersama Taehyung yang terlihat sangat menikmati waktu itu.
Dalam beberapa detik kemudian, tanpa di undang, empat orang perempuan yang sungguh sangat seksi datang bergabung tanpa meminta izin untuk duduk di meja yang sama dengan mereka. Taehyung tersenyum bahagia, namun Jimin masih datar dan membiarkan dua wanita di kiri kanannya mengelus manja dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
a MOON
FanfictionPertama kali aku bertemu dengannya saat dia bekerja sebagai seorang pelayan di salah satu bar malam. Aku tidak tahu siapa dia yang menawarkan bantuan untukku. Aku ingin mengenalnya lebih dalam, aku ingin memilikinya, aku muak dengan segala hal yang...