Cicitan suara burung menyadarkan Jimin dari tidurnya. Tubuhnya terasa begitu lelah dan masih limbung karna mabuknya semalam. Melangkah pelan dengan memegangi dinding agar tidak terjatuh, Jimin keluar dari kamar menyusuri ruangan yang masih sangat asing baginya, karna memang itu malam pertama dia berada di apartemen yang dibelinya. Bahkan dia belum pernah melihat sebelumnya, hanya Taehyung yang datang dan mengurus segala transaksi karna takut akan ketahuan oleh ayahnya.
Samar dan buyar tapi Jimin yakin bahwa seseorang yang berdiri di dapur adalah seorang perempuan. Tidak asing karna pakaiannya juga dikenal oleh Jimin. Pakaian yang sama dengan yang dilihatnya semalam.
Jimin melangkah lagi berniat untuk mencari air yang bisa menyegarkan kerongkongannya. Membuka kulkas namun ternyata masih kosong tidak ada apapun di sana. Bahkan sebotol air mineral pun tidak ada. Dasar Taehyung, tidak melakukan pekerjaannya selesai-selesai selalu setengah dan ada saja yang kurang."tunggulah sebentar, aku sudah memesan makanan untukmu"
Hanri melenggang berniat ingin meninggalkan Jimin, namun Jimin dengan sigap menahan salah satu tangan Hanri dan menghentikan gadis itu.
"apa?"
"maaf karna aku merepotkan mu"
"sudahlah, aku hanya melakukan tugas ku sebagai seorang manusia"
Hanri menarik tangannya dan berjalan meninggalkan Jimin karna mendengar suara bel. Menerima makanan yang sudah di pesannya dan membawa ke dalam. Hanri membuka bungkus jajangmyeon dan bersiap menyantapnya. Namun Hanri mengundurkan niat karna melihat Jimin masih mematung tampak tidak berselera duduk di hadapannya. Hanri menaruh kembali makanan di atas meja, meraih botol air mineral dan membukanya.
"ini minumlah sebelum aku membunuh mu, aku malas makan bersama orang yang tidak punya selera untuk hidup"
"maaf..."
Jimin menerima botol air mineral di tangan Hanri, meneguk minuman itu dan memandangi Hanri yang sudah lahap menyantap mie hitam itu ke dalam mulut.
"makanlah, kau tidak perlu takut, aku akan menemani mu seharian penuh"
"kenapa?"
"taehyung menelfon dia bilang kantor mu sedang ada peperangan di sana, dia bilang seorang pria tua gemuk datang dan mengobrak abrik ruang kerja mu"
"abeoji...."
"hmm?? abeoji?.."
"pasti dia, siapa lagi"
"aigoo ayahmu benar-benar mengerikan jika memang sampai melakukan hal itu pada putranya sendiri"
"sudahlah, makan saja kau juga butuh tenaga, tidak perlu fikirkan hal seperti itu"Hanri melanjutkan makannya, sementara Jimin dia masih memperhatikan gadis itu. Ada sedikit rasa iri bagi Jimin melihat kebebasan yang dimiliki Hanri. Hal yang selalu diimpikan oleh Jimin namun tidak pernah di dapatkannya. Membuang segala hal yang ingin dilamunkannya, Jimin mengambil satu porsi yang lain dan menyantap sarapannya.
Tengah menikmati makanan bersama, Jimin kembali melirik Jimin karna bunyi ponsel Hanri. Jimin melihat ekspresi wajah Hanri sedikit berubah dan tangannya menaruh wadah mie yang dipegangnya kembali ke atas meja."ada apa?"
"mereka benar-benar gila"
"siapa?"
"lihatlah"
Hanri menyodorkan layar ponselnya ke wajah Jimin. Hal yang pertama kali di lihat Jimin adalah, kertas yang berserakan di mana-mana, lemari yang kacanya sudah pecah, dan semua benda berserakan di mana-mana. Menandakan ruangan Jimin benar-benar hancur karna di obrak abrik oleh orang suruhan ayahnya.
Jimin kembali larut dalam lamunannya memikirkan bagaimana nasibnya setelah ini. Apa yang harus dilakukannya saat kembali ke kantor yang belum tentu kapan. Langkah apa yang harus diambilnya untuk menyikapi kelakuan ayah kandungnya sendiri.
Jimin semakin merasa ngeri karna melihat ayahnya semakin tidak terkendali setiap harinya. Semakin tua pria itu, semakin buruk tempramental di dalam dirinya. Jimin takut jika itu akan menghancurkan dirinya sendiri, Jimin juga tidak ingin jika suatu hari nanti, wanita setengah gila yang sudah melahirkannya itu menjadi sasaran amukan pria itu. Lebih dari apapun, Jimin bertahan selama ini hanya untuk wanita itu. Walaupun dia sudah mengirim ibunya jauh ke rumah sakit jiwa terpencil, namun Jimin tidak bisa berhenti was-was memikirkan apa tindakan selanjutnya dari sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
a MOON
FanfictionPertama kali aku bertemu dengannya saat dia bekerja sebagai seorang pelayan di salah satu bar malam. Aku tidak tahu siapa dia yang menawarkan bantuan untukku. Aku ingin mengenalnya lebih dalam, aku ingin memilikinya, aku muak dengan segala hal yang...