Two

36 4 0
                                    

"Pagiii. Ran, loe ko gak read chat gue? Padahal loe kemarin buka hp kan?"
Dia Mars, sahabat sekaligus teman yang selalu ada. Kami kenal semenjak kelas 9. Awalnya memang hanya sekedar teman, tapi perasaan itu muncul tiba-tiba seiring berjalannya waktu. Berawal dari sering chat, lalu sering saling berbagi cerita. Semesta menyatukan kami dengan membawa pilu masing-masing. Saling menceritakan hari-hari yang berwarna ataupun hari yang abu. Mars adalah lelaki biasa, namun bagiku ia adalah sosok yang bisa membuat ku menjadi lebih baik, jadi menurut ku dia itu luar biasa, bukan karena paras yang bisa membuat semua perempuan terpikat, bukan ketenaran yang bisa saja hilang setiap saat, tetapi sifat nya yang membuatku bisa mengagumi nya dan membuat ku terpikat.

"Jugaaa, ya gue males aja buka chat dari loe. Pasti cerita masalah Caca lagi kan?" Jawabku sambil menyimpan tas dibangku. Oh ya, namaku Uranus biasa dipanggil Ran. Kata orang lain sih, aku anaknya ceria dan kalau sekalinya badmood, sekolah bisa kebakaran haha.
"Ran, kok gitu sih. Loe katanya mau denger setiap unek-unek gue."
"Ya mau sih, tapi gue dapet apa dari cerita loe itu?" Ledekku
"Ah tau ah males banget. Katanya sahabat."
"Yeee, loe untung karena gue selalu ada disaat loe butuh. Lah gue kan gapunya doi jadi jarang cerita ke loe."
"Tapi, masalah ini penting loh Ran. Kayanya gue gamau lanjut sama Caca."
"Bodoamat......"
Ya begitulah percakapan aku dan Mars. Dia orangnya batu, tapi kalau cerita wah panjangggg banget. Btw, Caca itu mantan pacar yang masih suka chattan sama Mars. Tapi, entah kenapa Mars merasa sudah gak nyaman. Mankanya, dia cerita ke aku untuk minta saran dan lain-lain. Aku memang berusaha terlihat tidak memiliki rasa apapun padanya. Karena kami memang sudah bersahabat sejak 1 tahun lalu, masa dari sahabat jadi cinta. Tapi begitulah, perasaan tidak bisa dibohongi.
Kami tidak sekelas, tapi setiap pagi dia selalu ke kelas ku untuk ocehan yang tidak penting.
Jam pelajaran pun selesai.
"Ran, pulang bareng gak?" Tanya salah satu teman ekskul ku.
"Enggak Sya, duluan aja." Jawabku.
"Ekhem, pasti mau pulang sama Mars." Tanya Syahla sambil sedikit meledekku. Karena nama yang kita miliki, membuat teman-temanku selalu menganggap kami lebih dari sahabat.
"Enggak sya, yakali pulang bareng cowo. Mati gue dimarahin papah hahaha"
Tiba-tiba Mars datang,
"Ran, baca chat gue ya. Penting banget. Dan bukan soal Caca. Dadah, hati-hati yaa.."

Dear MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang