PROLOGUE

66 10 4
                                    

Remaja berusia sembilan belas tahun yang baru saja menutup pintu kamar menghela napas. Menundukkan kepala menatap ujung sepatunya yang tak lagi bersih. Ini bukan kali pertama dia diminta masuk kamar karena papa dan mama sedang bertengkar. Pembahasannya pun itu-itu saja. Jujur, Jio tidak paham. Apa gerangan yang diperdebatkan.

"Ngapain kamu ketemu dia lagi?!" 

Itu teriakan ibu yang sering kali menggema ke penjuru ruangan. Apartemen mereka tidak besar. Hidup di kota biaya sewa cukup tinggi, tapi papa mama punya cukup uang untuk beli apartemen mewah. Meski mewah, tetapi ukurannya kecil.

Dia yang mama bicarakan membuat Jio penasaran. Siapa memangnya? Ia menerka-nerka, apa mungkin papa selingkuh. Jika benar, Jio tidak sangka papa yang menjadi panutannya akan berlaku begitu.

"Aku masih punya tanggung jawab ke dia, Nat."

"Tanggung jawab ke dia atau anak kamu?"

Jio dibalik pintu meremas celana training yang ia kenakan. Setiap kali pertanyaan itu muncul Jio mendadak gemetar. Bukan sebab dia marah, tapi lebih ke penasaran. Ia ingin tahu fakta apa yang sebenarnya papa dan mamanya sembunyikan. 

Suatu hari rumah sepi. Hanya ada Jio seorang. Dia akan mencari tahu sendiri jika papa dan mama tidak mau bagi tahu yang sebenarnya.

"Kalo bener ayah punya anak yang lain, berarti dia pernah nikah sebelumnnya. Dan itu berarti gue punya sodara ya nggak?"

Jio mungkin lupa, kalau dia hanya seorang diri. Tapi inilah sebuah kebiasaan, karena sering sendiri, dia jadi suka bicara sendiri.

Ruang kerja papa biasanya tidak pernah dikunci, maka Jio bisa masuk sesuka hati. Lagaknya sudah seperti pasukan khusus yang jalan sembunyi-sembunyi takut ketahuan musuh. Padahal hanya mau buka laci yang ada di meja kerja. Jaraknya bahkan hanya lima langkah.

"Apaan, cuma amplop kosong," gumamnya begitu buka laci. "Mending ada duitnya."

Jio mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan. Mendapati lemari arsip di dekat pintu. Dia berjalan ke sana, coba buka pintunya yang ternyata dikunci. 

"Lah, kok dikunci? Bukain dong."

Lagi-lagi kebiasaannya tidak bisa dihentikan. Jio sambil menggerutu bongkar sana-sini. Dia biasanya suka simpan sesuatu di antara barang-barang lain. Mana tau papa sama.

"Nah, benerkan. Ini tanda-tanda kalo gue bener anak ayah," katanya dengan bangga sambil colok kunci ke lemari arsip. Kunci itu disimpan di bawah vas bunga.

Remaja berusia sembilan belas tahun itu menghela napas saat lihat ada banyak berkas di dalam lemari. Ia elus dada, sudah siap kerja keras bagai kuda untuk periksa satu per satu. 

"Sambil nyelam minum susu. Mana tau dapet duit ya."

Cari-cari, bongkar sana, bongkar sini. Jio menghentikan gerak tangannya saat sebuah foto jatuh dari celah map berwarna merah muda.  Ia membungkuk, mengambil foto tersebut, dan memperhatikannya baik-baik. 

Dua anak laki-laki sedang tersenyum menatap kamera; yang satu matanya nyaris menghilang, sementara yang lainnya tersenyum lebar. Jio balik lembar foto tersebut dan mendapati sebuah tulisan yang nyaris menghilang.

"Alen dan Woni."

Berawal dari kejadian itu, Jio mulai mencari kebenaran yang lain. Bertanya pada orang terdekat papa dan mama tanpa sepengetahuan mereka. Namun fakta lain kemudian didapatkan, bahwa mamanya pun sama halnya dengan sang papa. Mereka sama-sama pernah menikah dan masing-masing memiliki dua anak. Bahkan anak dari mamanya kembar. 

Jio yang saat itu baru kembali setelah bertemu rekan mamanya termenung di depan pintu apartemen. Otaknya memikirkan banyak hal. Dia yang selama sembilan tahun hidup sebagai anak tunggal ternyata memiliki saudara tiri. Itu bukan satu, tetapi empat sekaligus. Jio tidak bisa percaya ini. Namun alih-alih kecewa dan ingin marah pada saudaranya, ia justru ingin marah pada papa dan mamanya. Alih-alih ingin melupakan saudara tirinya, Jio justru ingin bertemu. Sampai hati papa dan mama tinggalkan mereka. Jio tidak habis pikir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang