(Nakabashi) 49, Kawahara-cho, Takayama city, prefecture Gifu23 April 2020
Tepat setahun lalu setelah aku wisuda, akhirnya aku mendapatkan gelar S1 Sarjana Ekonomi. Saat ini aku berprofesi sebagai seorang Investor Relation Associate di salah satu perusahaan swasta di negari ginseng, Korea Selatan. Pendapatannya cukup besar untuk menghidupiku dan juga keluargaku.
Setelah bekerja, susah sekali untuk pulang ke rumah karena padatnya pekerjaan. Namun, aku sesekali pulang ke Indonesia ketika menjelang Hari Natal. Sehingga aku bisa merayakan hari raya tersebut dengan kebersamaan bersama keluarga besarku.
Hari ini, tepat pukul delapan malam aku berdiri di jembatan Hida Takamaya seraya menikmati pemandangan yang diterangi lampu dan melihat detik-detik pemandangan musim semi yang fantastis. Selain itu, aku juga melihat spot bunga sakura yang tersebar di pusat kota.
Pemandangan malam di sini begitu indah. Dapat aku lihat adanya bunga sakura yang berusia 1100 tahun di Taman Wolong, membuat siapapun ingin singgah di tempat ini.
Udara malam hari di Jepang pada saat menjelang musim semi cukup hangat meskipun angin kencang seringkali bertiup, karena suhu dingin mulai berkurang dan udara perlahan menjadi hangat.
Ngomong-ngomong, saat masa kuliah dulu aku sangat suka mengunjungi tempat ini. Sudah lama sekali rasanya tidak menapakkan kakiku di negeri ini. Aku sangat merindukan kenangan yang ku punya saat masa-masa kuliah dulu di kota Nagoya ini. Biasanya, waktu terbaik melihat sakura mekar itu sekitar pertengahan sampai akhir April.
Sekarang sudah memasuki pertengahan April. Aku sengaja mengambil keputusan untuk berlibur di Jepang selama masa cutiku. Hitung-hitung agar aku dapat kembali merasakan euforia ketika menyambut musim semi di negeri sakura.
"Aku merindukanmu." Entah kepada siapa aku berucap. Hanya saja, tiba-tiba kalimat itu keluar begitu saja dari mulutku.
Grep
Mataku membola, sesaat setelah merasakan ada seseorang memeluk diriku dari belakang. Pelukannya terasa erat, bahkan orang yang memelukku membenamkan kepalanya di ceruk leherku.
Apa-apaan ini?!
"Watashi wa anata ga koishii desu, Kirana-San."
Tak sekhawatir tadi, justru air mata perlahan mulai menggenang di pelupuk mataku. Jika saja aku berkedip, maka air mataku akan tumpah ruah mengalir begitu saja di kedua pipiku.
Aku mengenal suara ini.
Suara itu begitu familiar di telingaku.
"Kazuki.." ucapku dengan menahan bibirku yang terasa bergetar.
Sungguh, tak pernah terbayangkan bagiku untuk kembali bertemu dengannya setelah setahun lamanya. Khususnya setelah pernyataan cinta itu terjadi. Aku pikir akan jauh dari bayang-bayang pemuda itu. Tapi nyatanya baru mendengar suaranya saja aku dadaku masih berdesir walaupun sedikit menyakitkan.
"Watashi wa anata ga koishii desu, Kirana-San."
trans : aku sangat merindukanmu, Kirana.
Kazuki terus saja merapalkan kalimat itu berulang kali. Pelukannya masih erat seperti tadi, bahkan tak mengendur sedikitpun. Aku mencoba melepaskan pelukannya karena merasa tak nyaman dalam posisi seperti ini terus menerus.
"Kemana saja kamu selama ini? Kamu tahu? Tepat sehari setelah pernyataan cintamu itu aku berpisah dengan Yuki. Aku minta maaf karena perkataan kasarku dulu. Aku minta maaf karena tak segera menghampirimu dan meminta maaf padamu, Kirana. Sungguh, setelah kelulusan dulu, aku berniat untuk mendatangimu dan meminta maaf atas semuanya. Akan tetapi yang kudapatkan justru kabar bahwa kamu sudah kembali ke Indonesia. Kirana, tolong maafkan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Musim semi bersamamu
Romance❝Aku pikir aku akan berhenti mempercayai ucapan Khalil Gibran mengenai cinta adalah satu-satunya bunga yang dapat tumbuh dan berbunga tanpa bantuan musim. Nyatanya musim semilah yang membantu cintaku tumbuh dan berbunga sebegitu mekarnya.❞ - Kira...