"Hyung, ini kopinya" haechan memandang lelaki didepannya yang sedang terduduk sembari menundukan kepalanya. Kemudian ia berikan kopi americano kesukaan sih lelaki itu.
Hening setelahnya, haechan memasang wajah penuh kasih kepada lelaki itu. Dan semua itu tak luput dari pandangan keluarganya dan juga keluarga dari pihak lelaki itu.
"Mark hyung, jangan merasa bersalah seperti itu. Tak apa" haechan mulai bosan melihat posisi sih lelaki itu dan berlutut didepan sang lelaki dan menyematkan jemari cantiknya disisi kanan dan kiri wajah itu.
"Haechan ah" mark masih menatap mata jernih yang selama sepuluh tahun menemaninya, mengapa disaat seperti ini perasaan bersalah langsung menyeruak menggerogoti hatinya.
Haechan tersenyum kearah mantan suaminya, tadi saat dipersidangan ia meminta keluarga lelaki itu untuk datang kerumah itu, sebagai tanda berakhirnya hubungannya dengan cara yang baik.
"Jujur aku kecewa padamu hyung, tapi aku tersadar bahwa aku tak bisa memaksamu untuk tetap mencintaiku dan setia padaku. Ketika aku memaksamu bukankah itu sama saja aku dengan psikopat?..-" haechan memulai pembicaraannya, baekhyun langsung saja merangkul anaknya dan menangis di sisi anak bungsunya.
"Teman temankupun menyarankanku untuk memperjuangkanmu, mark hyung. Rasa egois di hatiku juga ingin seperti itu, tapi aku tersadar lagi bahwa kau itu bukan barang ataupun anak kecil kau itu sudah dewasa hyung. Jadi malam itu aku tanya mau mu apa..-"
Orang tua mark memilih terdiam di belakang tempat duduk sang anak. Jangan lupakan bahwa mina disana juga, wanita yang merebut hati mark dari haechan.
"Dan saat kau mulai menjelaskan bahwa ternyata orang tuamu ingin kau memiliki anak dari mu, aku mulai paham ko. Kau mulai goyah, lagipula itu wajar saja karna ketika dua manusia menikah ia ingin memilki keturunannya...-" haechan langsung menatap teduh mantan mertuanya itu, ia sudah tahu pasti reaksi ibunya akan berbeda darinya.
"Jadilah persidangan perceraian itu dengan aku sebagai penggugat. Mark hyung, aku tak pernah menyesal pernah mengenalmu. Karna aku rasa ketika aku masih menjadi istrimu aku sudah memberikan yang terbaik untukmu dan ternyata yang terbaik dariku masih membuatmu berpaling berarti usahaku cukup sampai disitu saja." Haechan mendekati mantan mertuanya,
"Maafkan aku, ibu. Sudah menghabiskan waktu yang mark miliki untuk hidup denganku. Ayah terimakasih sudah mau berdiri disisiku, tapi sudah cukup kau haru berdiri disisi mark sekarang." Haechan memberi bungkukan hormat untuk kedua orang tua mark. Lalu ia beralih ke mina, gadis itu.
"Kau cantik sekali, selalu bahagia ya. Jaga mark dengan dirimu sendiri wahai gadis cantik" haechan tersenyum manis dan mengusap pundak gadis itu dengan sayang. Haechan tak bodoh gadis itu menatapnya dengan mata berkaca kaca yang seolah olah mengatakan -terimakasih.
"Kurasa ayah dan ibuku tak ingin berbicara apapun pada kalian, tak masalah bukan? Oiya mark hyung, aku sudah membereskan barang barangku. Aku pamit, semoga tidak ada 'haechan ke dua' lagi ya setelah ini" haechan membiarkan ayah dan ibunya berlalu ke mobil terlebih dahulu.
"Mungkin itu saja yang ingin aku sampaikan, karena etikanya ketika mark memintaku kepada keluarga dengan cara baik baik begitu juga dengan memulangkanku dengan cara baik baik pula. Walaupun hanya aku yang mengoceh dari tadi. Kukembalikan marga lee kepada kalian, terimakasih sudah mau membuatku menyematkan marga itu di namaku ini. mungkin inilah keinginan tuhan...
- Baiklah aku pamit pulang, karna aku sudah kembali dengan selamat kepada keluargaku. Jadi, selamat tinggal" Haechan melanjutkan ucapannya dengan senyuman teduh miliknya dan mulai berlaly ke pintu keluar utama rumah ini.
"Haechan ah, kau seharusnya tinggal disini" Mark berdiri dan menatap haechan, begitupula orang tuanya serta mina.
Haechan menggelengkan kepalanya, "Kau itu tidak perlu menanggung hidupku dengan rumah ini hyung, karna kita memang tidak memiliki anak dari pernikahan kita jadi tak ada kewajiban untukmu memberikan rumah ini padaku...-